Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37512 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Elsi Novitasari; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yovsyah, Rina Handayani
S-10301
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atikah Salsabila; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Soewarta Kosen, Meilina Farikha
Abstrak:
Tuberkulosis Paru merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dengan insidens yang meningkat. Merokok diketahui menjadi faktor risiko signifikan dalam perkembangan TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status merokok dengan kejadian TB Paru pada laki-laki usia > 18 tahun di Indonesia menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan analisis multivariat untuk mengontrol variabel kovariat seperti usia, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, status gizi, tempat tinggal, dan diabetes mellitus. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara status merokok dan TB paru, individu yang merokok memiliki hubungan protektif terhadap TB dibandingkan yang tidak merokok dengan POR sebesar 0,68 (95% CI: 0,58–0,75). Konsumsi rokok 1–11 batang per hari memiliki POR sebesar 0,92 (95% CI: 0,76–1,12), sedangkan konsumsi lebih dari 11 batang per hari memiliki POR sebesar 0,70 (95% CI: 0,53–0,93). Penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki yang merokok selama 1–25 tahun memiliki POR sebesar 0,49 (95% CI: 0,39–0,61) dengan p-value = 0,000. Pada perokok dengan durasi lebih dari 25 tahun, hubungan tidak signifikan secara statistik (p-value = 0,593) dengan POR sebesar 1,07 (95% CI: 0,82–1,40), yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam peluang kejadian TB Paru dibandingkan yang tidak merokok. Analisis menunjukkan hubungan tidak biasa antara merokok dan TB paru, berbeda dari literatur yang umumnya melaporkan peningkatan risiko pada perokok. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti populasi, kualitas data, dan bias informasi, sehingga perlu kehati-hatian dalam interpretasi. Merokok tetap diketahui meningkatkan risiko dan memperburuk progresi TB. 

Pulmonary tuberculosis (TB) remains a public health concern in Indonesia, with an increasing incidence rate. Smoking is recognized as a significant risk factor in the development of pulmonary TB. This study aimed to analyze the relationship between smoking status and the incidence of pulmonary TB among males aged >18 years in Indonesia, using data from the 2023 Indonesian Health Survey. The study employed a cross-sectional design with multivariate analysis to control for covariates such as age, education, occupation, socioeconomic status, nutritional status, residence, and diabetes mellitus. The findings revealed a significant association between smoking status and pulmonary TB. Smokers exhibited a protective relationship against TB compared to non-smokers, with an Adjusted Prevalence Odds Ratio (POR) of 0.68 (95% CI: 0.58–0.75). Smoking 1–11 cigarettes per day had a POR of 0.92 (95% CI: 0.76–1.12), while smoking more than 11 cigarettes per day showed a POR of 0.70 (95% CI: 0.53–0.93). The study also found that males who had smoked for 1–25 years had a POR of 0.49 (95% CI: 0.39–0.61) with a p-value of 0.000. However, for smokers with a duration of more than 25 years, the association was not statistically significant (p-value = 0.593), with a POR of 1.07 (95% CI: 0.82–1.40), indicating no meaningful difference in the likelihood of developing pulmonary TB compared to non-smokers.The analysis revealed an unusual relationship between smoking and pulmonary TB, differing from existing literature, which generally reports an increased risk among smokers. These findings may be influenced by factors such as the study population, data quality, and information bias, warranting caution in interpretation. Despite this, smoking remains a known factor that increases the risk and worsens the progression of TB.
Read More
T-7169
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Henny Kurniati; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Dwi Gayatri; Endang L. Achadi , Mahmud Fauzi
Abstrak:
Obesitas merupakan permasalahan global yang semakin sering ditemukan diberbagai negara. Obesitas berkaitan erat dengan permasalahan penyakit tidak menular lainnya dan menyebabkan kematian pada 2,80 juta orang dewasa setiap tahunnya. Beberapa penelitian menemukan bahwa obesitas dapat disebabkan oleh status pertumbuhan individu pada usia dini. Sementara itu prevalensi obesitas saat dewasa di negara berkembang juga meningkat bersamaan dengan tingginya prevalensi kekurangan gizi pada masa anak-anak. Beberapa studi menunjukkan adanya fenomena catch up growth atau mengejar ketertinggalan pertumbuhan yang berdampak pada kelebihan gizi di masa depan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan status gizi stunting saat balita terhadap risiko obesitas saat dewasa di Indonesia berdasarkan analisis data Indonesia Family Life Survey tahun 1993 dan 2014. Desain penelitian adalah kohort retrospektif. Besar sampel yang digunakan adalah 588 sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi stunting saat balita terhadap risiko obesitas saat dewasa (p=0,003). Hasil analisis multivariat juga menunjukkan bahwa responden dengan status gizi stunting saat balita cenderung 1,63 (95% CI 1,18-2,27) kali berisiko mengalami obesitas saat dewasa setelah dikontrol variabel riwayat obesitas ibu, jenis kelamin, berat badan lahir, dan daerah tempat tinggal. Perlu penguatan program gizi spesifik, seperti pemeriksaan antenatal care (ANC) pada ibu hamil dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK). Selain itu adanya upaya penguatan edukasi pada remaja perempuan saat mulai memasuki masa pubertas, dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi protein seperti telur, susu, daging, ikan, keju, kerang dan udang. Protein nabati juga dianjurkan untuk dikonsumsi seperti tempe, tahu dan kacang- kacangan.

Obesity is a global problem that is increasingly found in various countries. Obesity is closely related to other non-communicable disease problems and causes death in 2,80 million adults each year. Several studies have found that obesity is also caused by an individual growth status in early age. Meanwhile, the prevalence of obesity as adults in developing countries has also increased, the prevalence of malnutrition in childhood was high. Several studies have shown that there is a catch- up growth phenomenon that results in excess nutrition in the future. The purpose of this study was to determine the relationship between stunting in childhood to the risk of obesity in adulthood in Indonesia based on analysis of Indonesia Family Life Survey data in 1993 and 2014. We used a retrospective cohort study. The sample size was 588 respondents based on inclusion and exclusion criteria. The results showed that the nutritional status of stunting in children associated with the risk of obesity in adolescent (p=0,003). The results of the multivariate analysis also showed that respondents with stunting nutritional status in children tended to be 1,63 (95% CI 1,18-2,27) times at risk of developing obesity in adolescent after controlling for the variables of history of maternal obesity, sex, birth weight, and area of residence. It is necessary to strengthen specific nutrition programs, such as antenatal care examinations for pregnant women and provision of additional food for pregnant women with chronic energy deficiency. In addition, there are efforts to strengthen education for teenager when they start entering puberty, by consuming foods that consist of high protein such as eggs, milk, meat, fish, cheese, shellfish, and shrimp. Plant-based or nabati protein is also recommended for consumption such as tempe, tofu, and nuts.
Read More
T-6626
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endah Febri Lestari; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Engkus Kusdinar, Iip Syaiful
Abstrak: Asupan makanan memiliki hubungan dengan kejadian obesitas di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2010 untuk mengetahui hubungan asupan makanan dengan kejadian obesitas pada penduduk dewasa di Indonesia berdasarkan jenis kelamin dan umur. Dengan menggunakan standar obesitas Indonesia (IMT≥27 kg/m2) didapatkan sebanyak 13,7% penduduk dewasa Indonesia menderita obesitas. Prevalensi obesitas terbesar berada di Provinsi Sulawesi Utara dan terendah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara. Prevalensi obesitas lebih tinggi pada wanita (18,1%) dibandingkan pria (9,1%), prevalensi tertinggi pada usia 40-49 tahun (30,1%) dan terendah usia 60+ (8,4%). Sebanyak 8,3% responden memiliki asupan energi lebih, 50% memiliki asupan karbohidrat lebih, 50% memiliki asupan lemak lebih dan 29,8% memiliki asupan protein lebih. Asupan energi, lemak dan protein memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian obesitas berdasarkan jenis kelamin dan usia.
 

Food intake associate with Obesity in Indonesia. This research using quantitative with cross sectional study based on health research survey 2010 to determine the association of food intake with obesity among adult population in Indonesia by respondent characteristics. By using standart indonesian obesity (BMI≥27 kg/m2) were obtained 13,7% Indonesian people are obese. The highest prevalence of obesity in province of North Sulawesi and the lowest prevalence in province of East Nusa tenggara and Southeast Sulawesi. The Prevalence of obesity were higher among woman (18,1%) than men (9,1%) The highest prevalence among aged 40-49 years (30,1%) and the lowest prevalence among aged 60+ years (8,4%). 8,3% respondent with high energy intake, 50% with high carbohydrat intake, 50% with high fat intake, and 29,8% with high protein. Energy intake, fat intake and protein intake have a significant association with the incident of obesity by sex and age.
Read More
S-6622
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diraya Adani Kiasatina; Pembimbing: Trisari Anggondowati; Penguji: Helda, Misti, Kamaluddin Latief
Abstrak:
Sebanyak 26%-50% orang dengan prediabetes berkembang menjadi diabetes melitus (DM) tipe 2 dalam waktu 5 tahun, namun kondisinya reversibel sehingga dianggap golden period untuk melakukan intervensi agar tidak berkembang menjadi DM tipe 2. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko signifikan dari prediabetes. Sebesar 81,1% penderita hipertensi memiliki tekanan darah tidak terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara status kendali hipertensi dengan kejadian prediabetes pada penduduk usia ≥ 18 tahun di Indonesia dengan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah hipertensi berdasarkan diagnosis dokter dan memiliki data yang lengkap untuk minimal dua kali pengukuran tekanan darah, glukosa darah puasa (GDP), dan glukosa darah 2 jam setelah pembebanan/postprandial (G2PP). Sedangkan kriteria eksklusinya adalah diabetes berdasarkan diagnosis dokter dan pemeriksaan kadar gula darah (GDP dan G2PP) serta sedang hamil. Sampel sebanyak 1.384 responden dianalisis dalam penelitian ini. Prevalensi prediabetes pada penduduk usia ≥ 18 tahun yang hipertensi di Indonesia sebesar 67,3% dan proporsi hipertensi tidak terkendali sebesar 80,8%. Analisis menggunakan Poisson regression menunjukkan prevalence ratio (PR) = 1,16 (95% CI: 1,04−1,29) setelah mengontrol usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengobatan hipertensi, dan obesitas sentral. Sebesar 14% kasus prediabetes terjadi karena tekanan darah yang tidak terkendali dan 11,5% kasus prediabetes dapat dicegah apabila tekanan darah sepenuhnya dikendalikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi untuk mencegah prediabetes atau perkembangan prediabetes menjadi DM tipe 2.

Between 26% and 50% of people with prediabetes develop type 2 diabetes mellitus (T2DM) within 5 years, but the condition is reversible, making it a golden period for intervention to prevent progression to T2DM. Hypertension is a significant risk factor for prediabetes. As many as 81.1% of hypertensive patients have uncontrolled blood pressure. This study aims to analyze the relationship between hypertension control status and the incidence of prediabetes among individuals aged ≥18 years in Indonesia using data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI 2023). The inclusion criteria for this study were hypertension based on a doctor's diagnosis and having complete data for at least two blood pressure measurements, fasting blood glucose (FBG), and 2-hour postprandial blood glucose (2hPPG). Exclusion criteria included diabetes diagnosed by a doctor and blood glucose level tests (FBG and 2hPPG), as well as being pregnant. A sample of 1,384 respondents was analyzed in this study. The prevalence of prediabetes among hypertensive individuals aged ≥ 18 years in Indonesia was 67.3%, and the proportion of uncontrolled hypertension was 80.8%. Analysis using Poisson regression showed a prevalence ratio (PR) = 1.16 (95% CI: 1.04–1.29) after controlling for age, gender, education level, hypertension treatment, and central obesity. Approximately 14% of prediabetes cases occur due to uncontrolled blood pressure, and 11.5% of prediabetes cases could be prevented if blood pressure were fully controlled. Therefore, efforts to control blood pressure in hypertensive patients are necessary to prevent prediabetes or the progression of prediabetes to T2DM.
Read More
T-7453
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wulan Sari; Pembimbing: Gayati Dwi; Penguji: Krisnawati Bantas, Ratna Djuwita, Anies Irawati
Abstrak: Sindroma metabolik merupakan kombinasi kelainan metabolik yang meliputi komponen obesitas sentral, hipertensi, hipertrigliserida, rendahnya kolesterol HDL, dan hiperglikemia. Pada penduduk dewasa (≥ 18 tahun) telah terjadi peningkatan dari beberapa komponen sindroma metabolik pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Kejadian hipertensi meningkat sebesar 9,5% lebih besar dibandingkan tahun 2007 (7,6%). Prevalensi diabetes melitus meningkat sebesar 2,1% dibandingkan tahun 2007 (1,1%). Sementara itu, prevelensi obesitas sentral meningkat sebesar 26,6% dibandingkan tahun 2007 (18,8%). Konsumsi sayur dan buah ≥ 5 porsi/hari pada penduduk Indonesia juga masih rendah (3,3%). Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap kejadian sindroma metabolik pada penduduk dewasa (≥ 18 tahun) di Indonesia. Penelitian yang menggunakan desain studi cross sectional ini menggunakan data Riskesdas 2013. Sampel adalah seluruh dewasa (≥ 18 tahun) di Indonesia tahun 2013 yang terdaftar dalam survei Riskesdas 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis menggunakan cox regression untuk mendapatkan hubungan dari konsumsi sayur dan buah dengan sindroma metabolik. Hasil penelitian diperoleh prevalensi sindroma metabolik sebesar 28,2% dan konsumsi sayur dan buah cukup sebesar 1,5%. Konsumsi sayur dan buah tidak memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian sindroma metabolik (PRR = 0,987; 95%CI: 0,790-1,233) setelah dikontrol oleh variabel aktifitas fisik, jenis kelamin, umur, dan wilayah tempat tinggal. Diperlukan pencegahan pada komponen sindroma metabolik dan peningkatan konsumsi sayur dan buah yang cukup. Kata Kunci: Dewasa, Konsumsi sayur dan buah, Riskesdas 2013, Sindroma metabolik
Read More
T-4476
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizky Andriani Alimy; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Soewarta Kosen, Ajeng Tias Endarti
Abstrak:

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar di udara saat penderita TB batuk. Penyakit ini biasanya mempengaruhi organ paru dan dapat juga mengenai organ yang lain. Sampai saat ini TB masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian telah diterapkan lama. Anak merupakan salah satu kelompok risiko yang berdampak dalam penularan TB. Dari seluruh penderita TB di dunia, sekitar 11% terjadi pada anak usia <15 tahun. Dari data Riskesdas 2018, prevalensi TB paru pada anak berkisar 0,1-0,3%. Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian TB pada anak adalah malnutrisi yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh anak dan memudahkan anak terserang penyakit TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian tuberkulosis pada anak usia 0-14 tahun. Desain penelitian adalah cross sectional dilakukan dari Mei-Juli 2023 dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Kelompok terpapar adalah anak dengan status gizi kurang sebesar 19.821 responden dan anak dengan status gizi buruk sebesar 7.307 responden. Kelompok tidak terpapar adalah anak dengan status gizi baik sebesar 170.934 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tuberkulosis anak usia 0-14 tahun di Indonesia sebesar 0,19%. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis pada anak usia 0-14 tahun setelah dikontrol dengan variabel umur dan status pekerjaan ibu. Anak dengan status gizi kurang memiliki risiko 1,8 kali lebih tinggi untuk mengalami tuberkulosis dibandingkan dengan anak dengan status gizi baik (nilai p = <0,001; POR = 1,82 (95% CI 1,38-2,40)). Anak dengan status gizi buruk memiliki risiko 2,2 kali lebih tinggi untuk mengalami tuberkulosis dibandingkan dengan anak dengan status gizi baik (nilai p = <0,001; POR = 2,19 (95% CI 1,47-3,25)). Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran pentingnya pemantauan status gizi pada anak dalam peningkatan kekebalan tubuh anak sehingga terhindar dari penularan dan perkembangan penyakit tuberkulosis.  


 

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis, which can spread through the air when people with TB cough. The disease usually affects the lungs and can also affect other organs. TB is still a public health problem worldwide despite long-standing control efforts. Children are one of the risk groups for TB transmission. Of all TB patients in the world, about 11% occur in children aged <15 years. From the 2018 Riskesdas data, the prevalence of pulmonary TB in children ranged from 0.1-0.3%. One of the risk factors that can cause the incidence of TB in children is malnutrition, which can cause a decrease in children's immunity and make it easier for children to get TB disease. This study aims to determine the relationship between nutritional status and the incidence of tuberculosis in children aged 0-14 years. The research design was cross sectional, conducted from May-July 2023 using the 2018 Riskesdas data. The exposed group was children with a nutritional status of 19,821 respondents and children with a nutritional status of 7,307 respondents. The unexposed group was children with a good nutritional status of 170,934 respondents. The results showed that the proportion of tuberculosis among children aged 0-14 years in Indonesia was 0.19%. There was a significant relationship between nutritional status and the incidence of tuberculosis in children aged 0-14 years after controlling for the variables of age and maternal employment status. Children with undernutrition had a 1.8 times higher risk of developing tuberculosis compared to children with good nutrition (p value = <0.001; POR = 1.82 (95% CI 1.38-2.40)). Children with malnutrition had a 2.2 times higher risk of developing tuberculosis compared to children with good nutrition (p value = <0.001; POR = 2.19 (95% CI 1.47-3.25)). This is expected to illustrate the importance of monitoring children's nutritional status in improving children's immunity so as to avoid the transmission and development of tuberculosis.

Read More
T-6831
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nabilla Niken Widyastuti; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Wahyu Pudji Nugraheni
Abstrak: TB paru merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang seringterjadi pada anak. Data WHO 2018 menyebutkan terdapat 1,1 juta kasus TB pada anak-anak terjadi tiap tahunnya. Salah satu penyebab TB pada anak adalah status gizi. Statusgizi yang buruk dapat membuat imunitas anak rentan dan dapat terserang Tuberculosisparu. Penelitian ini bertujuan unuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi terhadapkejadian tuberculosis (TB) paru anak usia 1-5 tahun di Indonesia. Penelitian inimerupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi crossectional dengan menggunakandata Riskesdas 2018. Sampel penelitian adalah anak usia 1-5 tahun dengan jumlah sampel27779. Variabel perancu jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, status imunisasi BCG,status pendidikan orang tua, status pekerjaan orang tua, keberadaan perokok, dan kondisifisik rumah. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square Hasil analisis bivariatedidapat bahwa terdapat hubungan antara status gizi terhadap tuberculosis paru anak usia1-5 tahun (p<0,05) dengan PR 1,78 (95% CI; 1,1-2,9). Anak yang memiliki status gizikurang akan berisiko 1,78 kali mengalami TB paru anak dibanding anak dengan statusgizi normal. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan desain yang berbedadan variabel lainnya.Kata Kunci : Tuberculosis Anak, Status gizi
Tuberculosis is one of the causes of morbidity and death that often occurs in children.WHO 2018 data states that there are 1.1 million TB cases in children occur each year.One of the causes of TB in children is nutritional status. Poor nutritional status can makea child's immunity vulnerable and can be affected by pulmonary tuberculosis. This studyaims to see whether there is a relationship between nutritional status and the incidenceof pulmonary tuberculosis (TB) in children aged 1-5 years in Indonesia. This research isa quantitative study with cross-sectional study design using Riskesdas 2018 data. Thesample of the study is children aged 1-5 years with a total sample of 27779. Variableconfounding, like as sex,, residence area, BCG immunization status, parental educationstatus, parental employment status old age, the existence of smokers, and the physicalcondition of the house. Bivariate analysis using Chi-Square test The results of bivariateanalysis found that there was a relationship between nutritional status and pulmonarytuberculosis of children aged 1-5 years (p <0.05) with PR 1.78 (95% CI; 1.1-2.9 ).Children who have less nutritional status are 1.78 times at risk of developing pulmonaryTB compared to children with normal nutritional status. Further research is needed byusing different designs and other variables.Keyword : Tuberculosis Children, Nutritional Status.
Read More
S-10419
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Saffana Hilmy Mahmudah; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Yovsyah, Esti Widiastuti
S-10421
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Binti Khofifah; Pembimbing: Helda; Penguji: Yovsyah, Sri Lestari
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Binti Khofifah Program studi : Epidemiologi Komunitas Judul Tesis : Hubungan Waist – Hip Ratio/ WHR (Rasio Lingkar Pinggang – Lingkar Pinggul) Terhadap Kejadian Disabilitas Pada Usia ≥ 45 Tahun di Indonesia (Analisis Data Indonesia Family Life Survey V Tahun 2014) Disabilitas ADLs dari tahun ke tahun meningkat, sehingga rasio ketergantungan lanjut usia juga meningkat setiap tahunnya. Pengukuran rasio lingkar pinggang – lingkar pinggul pada lanjut usia merupakan indikator yang tepat untuk mengukur tingkat kelebihan massa lemak. Hal itu berkaitan erat dengan berbagai penyakit kronis dan memungkinkan berkembang ke arah disabilitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan rasio lingkar pinggang – lingkar pinggul dengan kejadian disabilitas pada usia ≥ 45 tahun. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dengan analisis data ROC (untuk mengetahui titik pototng disabilitas ADLs), Chi – Square dan Regresi Cox. Populasinya adalah seluruh seluruh populasi usia ≥ 45 tahun yang memenuhi kriteria pada IFLS V tahun 2015. Hasil menunjukkan bahwa PR disabilitas ADLs dan rasio lingkar pinggang – lingkar pingul adalah sebesar 2,7 setelah dikontrol variabel interaksi WHR dengan jenis kelamin, WHR dengan pekerjaan dan WHR dengan status merokok. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan  selalu melakukan uji konfirmasi pengukuran rasio lingkar pinggang – lingkar pinggul khususnya pada usia ≥ 45 tahun teritama pada mereka yang tidak melakukan pekerjaan dan juga pada mereka yang merokok, sebab keduanya mempunyai interaksi sinergis dengan WHR yang akan meningkatkan disabilitas ADLs. Kata Kunci : disabilitas ADLs, IFLS V, rasio lingkar pinggang – lingkar pinggul, lanjut usia


ABSTRACK Name : Binti Khofifah Study Program : Community of Epidemiology Tittle : Relationship of Waist – Hip Ratio/ WHR with Disability at ≥ 45 years age in Indonesia (Data Analysis of  Indonesia Family Life Survey V, 2014) ADLs disability have been increasing every year, so dependently ratio of oldests people increased too every years. Measurements of waist – hip ratio in oldest people are as the true indicator to identify at increased risk of accumulation of abdomial fat. It’s related with some chronical diseases and maybe can be developing into disability. Research objective is to analyze the relationship between waist hip ratio with ADLs disability in people with ≥ 45 age years. Research design is cross sectional, with data analysis with ROC (it’s to determine cut off point of ADLs disability), Chi – Square and Cox Regression Analysis. Population are all peoples with ≥ 45 age according criteria in IFLS V at 2014. The result showed that Prevalence Ratio ADLs disability with waist – hip ratio are 2,7 after controlled by interaction variable of gender by WHR, job by WHR, and smoking status by WHR. According the result to advices someone always have been measured waist – hip ratio especially for someone with ≥ 45 ages, and there are without activity but there are smoking, becouse the both have sinergic interaction with waist hip – ratio and increased ADLs disability. Keyword : ADLs disability, IFLS V, WHR, oldest – peoples

Read More
T-4906
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive