Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 23053 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Riris Dian Hardiani; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Iwan Ariawan, Besral, Elsa Novelia, Doni Arianto
Abstrak:
Beban penyakit dan kematian akibat PGK di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya prevalensi faktor risiko PGK seperti diabetes, hipertensi dan obesitas. Sejak diluncurkannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), jumlah renal unit di Indonesia berkembang sangat pesat diikuti dengan peningkatan jumlah pasien karena meningkatnya akses masyarakat. Namun peningkatan akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tidak diiringi dengan pemerataan akses pelayanan kesehatan antara penduduk perkotaan dan pedesaan. Untuk mengetahui hubungan wilayah tempat tinggal pasien (kabupaten/kota) dan peran variabel kontekstual di tingkat provinsi terhadap mortalitas pasien PGK rawat inap peserta JKN dilakukan penelitian potong lintang menggunakan data sampel BPJS Kesehatan 2015-2016. Analisis multivariat dilakukan dengan Generalized Estimating Equations dan dilanjutkan dengan analisis multilevel. Dari penelitian ini didapatkan proporsi kematian pasien PGK rawat inap JKN tahun 2015-2016 sebesar 19,95%. Pasien PGK rawat inap JKN yang tinggal di kabupaten dan dirawat di rumah sakit regional 1 memiliki risiko kematian lebih tinggi OR 1,37 (95% CI 1,33-1,4; p<0,05) dibandingkan dengan pasien yang tinggal di kota setelah dikontrol oleh variabel kovariat lain. Sedangkan pasien yang tinggal di kabupaten dibandingkan dengan tinggal di kota dan dirawat di rumah sakit regional 3, 4 dan 5 secara berurutan memiliki risiko kematian OR 1,82 (95% CI 1,72-1,92), OR 0,51 (95% CI 0,45-0,59), OR 5,90 (95% CI 4,28-8,12) dan bermakna secara statistik. (p<0,05). Tidak ada perbedaan kematian yang bermakna secara statistik untuk pasien yang tinggal di kabupaten dibandingkan kota dan dirawat di rumah sakit regional 2 dengan OR 1,03 ( 95% CI 0,96-1,12; p>0,05). Terdapat variasi mortalitas di tingkat provinsi dan variasi yang disebabkan oleh variabel kontekstual dari dimensi ketersedian yakni rasio rumah sakit, rasio unit hemodialisis, rasio dokter konsultan hipertensi, rasio dokter umum, rasio perawat bersertifikat dan rasio mesin hemodialisis sebanyak 8,98%. Untuk analisis multilevel lebih lanjut dapat digunakan variabel kontekstual lain dari dimensi aksesibilitas geografis, aksesibilitas keuangan dan akseptabilitas

Background: The burden of disease and mortality caused by Chronic Kidney Disease (CKD) has increased with the increasing prevalence of CKD risk factors. The National Health Insurance (JKN) program has increased healthcare access. However, the access in urban population is not the same as in rural. Objectives: To find out the relationship between the patients’ residential area (urban or rural) and the role of the contextual variables at the provincial level on the mortality of hospitalized JKN patients with CKD. Methods: A cross-sectional study was conducted using BPJS Kesehatan 2015-2016 sample data. Multivariate analysis was performed with Generalized Estimating Equations and continued with multilevel analysis. Results: The study showed the proportion of deaths was 19.95%. Respectively, rural residents compared to urban and treated in hospitals at Regional 1, 3 and 5 had higher mortality risk OR 1.37 (95%CI 1.33-1.41), 1.82 (95%CI 1.72-1.92), 5.90 (95%CI 4.28-8.12) with p<0.01. However, rural residents compared to urban and treated in hospitals at Regional 4 had reduced risk of death, OR 0.51 (95%CI 0.45-0.59;p<0.01) and those whom treated in hospitals at regional 2 had OR 1.03 (95%CI 0.96-1.12; p>0.05). The contextual variables of the study caused 8.98% mortality variance at provincial level. Conclusions: Rural residents had higher risk of death than those in urban and there was small variation in mortality between provinces.

Read More
T-5981
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Inez Sakhi Wisista; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Popy Yuniar, Uswatun Hasanah
Abstrak:
Latar belakang: Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan di Indonesia, dengan data Global Cancer Observatory 2022 mencatatkan 68.271 kasus baru, 209.748 kasus dalam lima tahun terakhir, dan 22.598 kematian. Angka kesintasan 5 tahun pasien kanker payudara di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara lain. Berbagai faktor, termasuk faktor individu dan layanan kesehatan, dapat memengaruhi kesintasan pasien. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesintasan pasien kanker payudara peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) beserta faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode: Penelitian ini menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan tahun 2018-2023 dengan desain studi kohort retrospektif. Analisis dilakukan dengan metode Kaplan-Meier dan uji Cox Proportional Hazard. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesintasan 5 tahun sebesar 52,2% (95% CI: 46,4-58,7%), yang menunjukkan tingkat kesintasan yang masih rendah. Faktor individu yang berpengaruh terhadap kesintasan adalah status kawin/cerai (aHR = 1,632; 95% CI: 1,102 – 2,416), wilayah tinggal di Regional 4 (aHR = 2,230; 95% CI: 1,497 – 3,321), dan adanya penyakit penyerta ≥1 (aHR = 1,498; 95% CI: 1,182 – 1,899). Sementara itu, faktor penyedia layanan kesehatan yang memengaruhi kesintasan adalah tingkat keparahan II (aHR = 5,566; 95% CI: 3,396 – 9,12) dan tingkat keparahan III (aHR = 11,118; 95% CI: 6,706 – 18,432). Kesimpulan: Kesintasan 5 tahun pasien kanker payudara di Indonesia masih tergolong rendah. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan upaya penanggulangan kanker payudara secara komprehensif, mulai dari masyarakat, BPJS Kesehatan, hingga pemangku kebijakan.


Background: Breast cancer is the leading cause of cancer-related deaths among women in Indonesia, with data from the Global Cancer Observatory 2022 recording 68,271 new cases, 209,748 cases in the last five years, and 22,598 deaths. The 5-year survival rate of breast cancer patients in Indonesia remains relatively low compared to other countries. Various factors, including individual factors and healthcare services, may affect patient survival. Therefore, this study was conducted to determine the 5-year survival rate of breast cancer patients under the National Health Insurance (JKN) program and the factors influencing it. Methods: This study uses data from the BPJS Kesehatan sample from 2018 to 2023 with a retrospective cohort study design. The analysis was conducted using the Kaplan-Meier method and Cox Proportional Hazard test. Results: The study found a 5-year survival rate of 52.2% (95% CI: 46.4-58.7%), indicating a still-low survival rate. Individual factors that influenced survival were marital status (aHR = 1.632; 95% CI: 1.102 – 2.416), residence in Regional 4 (aHR = 2.230; 95% CI: 1.497 – 3.321), and the presence of one or more comorbidities (aHR = 1.498; 95% CI: 1.182 – 1.899). Meanwhile, healthcare provider-related factors influencing survival were severity level II (aHR = 5.566; 95% CI: 3.396 – 9.12) and severity level III (aHR = 11.118; 95% CI: 6.706 – 18.432). Conclusion: The 5-year survival rate of breast cancer patients in Indonesia remains low. Therefore, comprehensive efforts are needed to address breast cancer, involving the community, BPJS Kesehatan, and policymakers.
Read More
S-12037
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sulung Purwoko; Pembimbing: Meiwita Budiharsana; Penguji: Besral, Wan Aisyiah Baros
S-8982
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maritsa Putriniandi Az-Zahra; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Popy Yuniar, Uswatun Hasanah
Abstrak:
Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit tidak menular yang dapat diobati dan konsekuensinya dapat dihindari atau ditunda dengan pola makan, aktivitas fisik, pengobatan, serta skrining dan pengobatan komplikasi secara teratur. Namun, penyakit ini didiagnosis beberapa tahun setelah timbul sehingga komplikasi dan komorbid telah muncul dan menjadi kasus penyakit yang sering sekali masuk dalam daftar 10 besar penyakit yang menjalani rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keparahan dan komorbiditas terhadap lama rawat inap pasien diabetes melitus tipe 2 di FKRTL pada peserta BPJS Kesehatan tahun 2023, dengan dikontrol oleh variabel tipe FKRTL, kepemilikan FKRTL, segmentasi, kelas rawat, usia, dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan data sampel BPJS Kesehatan 2023 dengan studi potong-lintang. Analisis yang dilakukan mencangkup analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis bivariat menghasilkan hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan terhadap lama rawat inap (p-value= 0,001) dan hasil yang tidak signifikan untuk komorbiditas dengan lama rawat inap (p-value= 0,285). Tingkat keparahan sedang dan berat dan komorbiditas dengan skor CCI lebih dari sama dengan 1 beresiko lebih tinggi untuk menjalani lama rawat inap panjang dan beresiko lebih rendah untuk menjalani rawat inap pendek daripada ideal (RRR=4,95; 95%CI=0,82–29,85; RRR=0,46; 95%CI=0,29–0,72 | RRR=1,11; 95%CI= 0,25–4,92; RRR=0,67; 95%CI=0,41–1,10). Analisis multivariat untuk mengontrol variabel tipe FKRTL, kepemilikan FKRTL, segmentasi, kelas rawat, usia, dan jenis kelamin didapatkan hasil yang tetap signifikan antara tingkat keparahan dengan lama rawat inap setelah dikontrol oleh variabel tipe FKRTL dan kepemilikan FKRTL dan komorbiditas tetap tidak signifikan walaupun setelah dikontrol oleh variabel kontrol. Upaya peningkatan program deteksi dini klinis derajat tingkat keparahan dan komorbid DM tipe 2 agar tidak memperpanjang durasi rawat inap akibat komplikasi dan keparahan yang menimbulkan beban kesehatan yang berarti.


Type 2 diabetes mellitus is a non-communicable disease that can be treated, and its consequences can be prevented or delayed through proper diet, physical activity, medication, as well as regular screening and treatment of complications. However, this disease is often diagnosed several years after onset, by which time complications and comorbidities may have developed, making it one of the top 10 causes of hospitalizations. This study aims to determine the effect of severity and comorbidity on the length of hospital stay among patients with type 2 diabetes mellitus in advanced referral health facilities (FKRTL) among BPJS Kesehatan participants in 2023, controlled for variables such as FKRTL type, FKRTL ownership, segmentation, care class, age, and gender. This research used 2023 BPJS Kesehatan sample data with a cross-sectional study design. The analysis included univariate, bivariate, and multivariate methods. Bivariate analysis showed a significant relationship between severity and length of stay (p-value = 0.001), while comorbidities were not significantly associated with length of stay (p-value = 0.285). Moderate to severe severity and comorbidities with a CCI score of ≥1 were associated with a higher risk of prolonged hospitalization and a lower risk of short hospitalization compared to the ideal length of stay (RRR = 4.95; 95% CI = 0.82–29.85; RRR = 0.46; 95% CI = 0.29–0.72 | RRR = 1.11; 95% CI = 0.25–4.92; RRR = 0.67; 95% CI = 0.41–1.10). Multivariate analysis controlling for FKRTL type, FKRTL ownership, segmentation, care class, age, and gender showed that the association between severity and length of stay remained significant after controlling for FKRTL type and FKRTL ownership, while the association between comorbidity and length of stay remained insignificant even after adjusting for control variables. Efforts to enhance clinical early detection programs for the severity level and comorbidities of type 2 diabetes mellitus are necessary to prevent prolonged hospital stays due to complications and disease severity, which contribute to a significant healthcare burden.
Read More
S-12078
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Faris Naufal; Oembimbing: Tris Eryando; Penguji: Pujiyanto, Chandra Nurcahyo
Abstrak:

Angka persalinan sesar (C-Section) senantiasa meningkat sebagaimana dilaporkan SDKI, Riskesdas, dan SKI. Persalinan C-Section merupakan layanan kesehatan yang dijamin oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dengan klaim terbanyak yaitu 1.117.463 operasi pada tahun 2023 dan total biaya Rp 6.266,59 Miliar. Pada tahun yang sama, Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengalami defisit. Di antara penyebabnya adalah kinerja penerimaan iuran dari Segmentasi Kepesertaan PBPU dan Bukan Pekerja yang hanya mencapai 69,29%. Hal ini diperparah sebagian oknum PBPU yang menunjukkan kecenderungan adverse selection, hanya membayar iuran agar dapat layanan persalinan. Penelitian ini bertujuan menganalisis asosiasi segmentasi kepesertaan JKN dan metode persalinan dalam Data Sampel BPJS Kesehatan 2018-2023 Kontekstual KIA. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan sampel Ibu yang mengakses layanan persalinan dengan pembiayaan JKN di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) pada data sekunder di atas. Hasil regresi logistik pada penelitian ini menunjukkan hubungan signifikan antara Segmentasi Kepesertaan JKN PBPU dan CSection setelah dikendalikan kovariat (ref. PBI, OR=1,22 [1,14 - 1,30] dan ref. PPU, OR=1,12 [1,05 - 1,20]). Karena OR secara substansial tidak besar, peneliti menyarankan upaya umum tanpa segmen spesifik untuk mengatasi defisit BPJS Kesehatan, yaitu penggunaan kelengkapan kunjungan antenatal care sebagai mekanisme gatekeeping untuk mendapatkan pembiayaan persalinan dalam program JKN.




Cesarean section (C-Section) rate is continually increasing as reported in IDHS, Riskesdas, and SKI. Childbirth with C-Section is a healthcare covered by Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) with the highest number of claims reaching 1.117.463 surgeries in 2023 and total funding of Rp 6.266,59 billion. At the same year, deficit struck Indonesia’s Social Security Agent (BPJS) for Health. One of the causes is Non-Wage Earner and Non-Worker membership segment’s contribution collection only reaching 69,29% of target. The situation is exacerbated by certain Non-Wage Earner member showing signs of adverse selection, paying contributions only for childbirth. This study aims to analyze the association of JKN membership segment and childbirth method in BPJS Kesehatan Sample Data 2018-2023 on Maternal-Child Health Context. This is a cross-sectional study involving as samples mothers accessing childbirth services with JKN funding at advanced referral health facilities in said secondary data. Logistic regression results demonstrate significant association between Non-Wage Earner segment and C-Section after covariates are controlled (ref. Beneficiaries, OR=1,22 [1,14 - 1,30] and ref. Wage Earner, OR=1,12 [1,05 - 1,20]). As the OR not substantially high, general measures not catering to particular segment is suggested to address the deficit. Said suggestion being the establishment of antenatal care visit completeness as a gatekeeping mechanism to access childbirth funding with JKN program.

Read More
S-12063
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Iqbal Ibrahim; Pembimbing: Artha Prabawa; Penguji: Besral, Rico Kurniawan, Andri Mursita, Erwin Azizi Jayadipraja
Abstrak: Penyakit Gagal Ginjal Kronis (PGK) merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Sedangkan di Indonesia, perawatan penyakit ginjal merupakan peringkat kedua pembiayaan terbesar dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan setelah penyakit jantung. Jumlah penderita gagal ginjal kronis di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 22.304 dengan 68,8% kasus baru dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 28.782 dengan 69,1% kasus baru. Alkohol diketahui memiliki efek pada metabolisme kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL-C), kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL-C) dan trigliserida serta tekanan darah. Jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, salah satu masalah yang bisa berujung pada gangguan ginjal. Mengonsumsi etanol sangat berbahaya karena reaksi kimia senyawa ini membentuk nefrotoksik kuat hingga menyebabkan gangguan fungsi dan kematian sel (nekrosis) pada sel tubulus proksimal. Dengan mempromosikan penyakit hati, konsumsi alkohol kronis memiliki efek merusak lebih lanjut pada ginjal. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dalam rangka mempelajari korelasi antara faktor risiko dengan efek gagal ginjal kronis dengan menggunakan data sekunder Riskesdas tahun 2018, dimana variabel-variabel yang termasuk factor risiko dan variabel efek diobservasi sekaligus pada saat yang sama, dalam hal ini disebut penelitian cross sectional
Read More
T-6409
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adinda Arumantika Sahara; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Mila Herdiyati, Sutanto Priyo Hastono, Theresia Patipeme, Dieta Nurrika
Abstrak: Indonesia memiliki ratio kematian ibu (AKI) tertinggi di Asia Tenggara sebesar 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dengan MMR yang jauh lebih tinggi yaitu di Indonesia Timur sebesar 489. Beban kematian ibu sering dikaitkan dengan ketimpangan akses ke layanan kesehatan ibu. Pemerintah Indonesia meluncurkan program asuransi kesehatan yaitu Jaminan Kesehatan Nasional pada tahun 2014 untuk mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan diantaranya pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama pada kelompok wanita kurang beruntung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengtahui hubungan jaminan kesehatan nasional terhadap pemanfaatan layanan kesehatan ibu yang dinilai dari kunjungan antenatal, persalianan di fasyankes dan pemeriksaan nifas. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2017 mencakup 2257 wanita usia 15-49 tahun yang pernah melahirkan dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat adanya hubungan yang signifikan secara statistik terhadap pemanfaatan layanan kesehatan ibu baik itu kunjungan ANC, persalinan di fasyankes maupun pemeriksaan nifas setelah dikontrol variabel confunder. Namun kunjungan ANC ada hubungan signifikan secara statistik dengan status ekonomi atas, paritas multipara, akses ke fasyankes bukan masalah besar dan ibu dengan komplikasi kehamilan. Persalinan di fasilitas kesehatan secara statistik ada hubungan dengan umur >35 tahun, wilayah tempat tinggal perkotaan, status ekonomi atas, pendidikan ibu tinggi, riwayat paritas primipara, dan ada komplikasi kehamilan. Serta pemeriksaan nifas secara statistik ada hubungan dengan wilayah tempat tinggal perkotaan, status ekonomi atas, akses ke Fasyankes dan ada komplikasi kehamilan. Hubungan kepemilikan JKN terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu belum dapat dibuktikan di Indonesia bagian timur, akan tetapi peningkatan cakupan kepemilikan JKN tetap perlu diupayakan untuk menunju Indonesia Universal Health Coverage (UHC).
Read More
T-6339
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ibnu Muyassar; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Wahyu Septiono, Sedy Fajar Muhamad
Abstrak:
Disparitas antara layanan kesehatan diabetes melitus antara kota dan kabupaten masih menjadi tantangan di Indonesia meskipun sudah ada Jaminan Kesehatan Nasional. Akses ini menjadi penting karena pasien sangat bergantung terhadap manajemen diabetes melitus tipe 1 untuk menjaga kualitas hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran akses layanan kesehatan pada pasien diabetes melitus tipe 1 di Indonesia tahun 2015-2022 berdasarkan kabupaten/kota. Penelitian ini menggunakan data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2022 dengan desain penelitian cross sectional. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk melihat proporsi pada setiap karakteristik pasien berdasarkan kabupaten/kota. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 3,8% pasien memiliki akses adekuat dengan mayoritas adalah laki-laki, berada dalam segmentasi PBI, berobat ke wilayah kota apabila tinggal di wilayah kabupaten, berobat ke wilayah kabupaten apabila tinggal di wilayah kota, dan memiliki komorbid hipertensi. Perluasan jaminan manfaat program Prolanis dan pedoman manajemen penyakit diabetes melitus tipe 1 menjadi hal yang penting untuk meningkatkan akses pada pasien.

Healthcare access disparity between cities and regencies in diabetes mellitus healthace is a challenging issue despite Indonesia already have National Health Insurance. This access become an important subject because type 1 diabetes mellitus patients depend on good management to maintain their quality of life. The aim of this study is to describe the healthcare access among type 1 diabetes mellitus patients based on regency-city status. This study used Indonesia National Health Insurance 2015-2022 Sample Data with cross sectional as its study design. The results showed that 3,8% type 1 diabetes mellitus in patients in Indonesia have adequate access with majority of them are men, in PBI scheme, seeking treatment in the city if they lived in the regency, seeking treatment in the regency if they lived in the city, and have hypertension as a comorbid. The expansion of Prolanis program and type 1 diabetes mellitus management guidelines are important to improve patients’ access to healthcare.
Read More
S-11582
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riko Setiawan; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Hafizah Jusril
Abstrak:
Pergeseran global dalam pola penyakit menyoroti pentingnya data yang akurat untuk perencanaan pembangunan kesehatan yang efektif, terutama di Indonesia yang saat ini mengalami triple burden disease. Studi ini menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan untuk mengamati perubahan pola penyakit lewat prevalensi yang didapat dari diagnosis ICD-10 pelayanan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada tahun 2017 dan 2022. Metode studi potong lintang berulang digunakan untuk menganalisis perubahan ini secara univariat. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun infeksi pernapasan tetap menjadi penyakit dengan prevalensi tertinggi, Indonesia menghadapi tantangan dari meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, gangguan mental, dan kondisi neurologis. Sebaliknya, terjadi penurunan untuk penyakit pernapasan kronis dan kondisi neonatal. Analisis juga menunjukkan adanya variasi dalam perubahan pola penyakit berdasarkan jenis kelamin, usia, wilayah geografis, dan jenis kepesertaan. Temuan dapat digunakan untuk dasar penelitian lanjutan atau landasan program pembangunan kesehatan.

Global shifts in disease patterns highlighted the critical importance of accurate data for effective health development planning, particularly in Indonesia, which faced a triple burden of disease. This study used data from Indonesia's national health insurance program, BPJS Kesehatan, to investigate changes in disease patterns based on the prevalence derived from ICD-10 diagnoses among participants in 2017 and 2022. The study applied a repeated cross-sectional approach to conduct a thorough univariate analysis of these changes. The findings revealed that while respiratory infections remained most prevalent, Indonesia witnessed increasing rates of non-communicable diseases such as diabetes mellitus, mental disorders, and neurological conditions. Conversely, cases of chronic respiratory diseases and neonatal conditions decreased. The analysis also identified variations in disease patterns based on gender, age, geographical region, and type of insurance participations. Findings can be used for further research or as groundwork for health development programs.
Read More
S-11641
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gebi Denisa; Pembimbing: Meiwita Budiharsana; Penguji: Artha Prabawa, Titi Soenarni
Abstrak: Banyak tantangan yang dihadapi Sistem Informasi Kesehatan, khususnya padasarana pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang. Indonesia salahsatunya, yang berada dalam upaya pergerakan dari sistem manual menuju sistemelektronik. Bersamaan dengan diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)yang membutuhkan sistem berbasis komputer sebagai cara untuk klaim biayaperawatan pasien. Rumah sakit mulai beralih dari sistem manual ke sistemelektronik. Tujuan penelitian adalah mengambarkan Kesiapan Rumah Sakit untukImplementasi Rekam Medis Elektronik dalam Menyambut Jaminan KesehatanNasional. Penelitian di Rumah Sakit X, dengan 3 variabel utama; kesiapan sumberdaya manusia, kesiapan organisasi dan pertimbangan untuk penerapan JKN. Datadikumpulkan melalui review restrospektif dokumen rekam medis dan wawancaramendalam pada SDM level operasional dan manajemen. Hasil yang didapatkan organisasi dan infrastruktur IT mulai mengembangkan RKE, pergerakan level manajemen sudah menuju RKE. SDM level masih membutuhkan sosialisasi dantraining.
Kata Kunci :Rekam Medis Manual, Rekam Medis Elektronik (RKE), Rumah Sakit,Organisasi, Manajemen
There are many challenges facing health information systems, particularly inhealth care facilities of developing countries; Indonesia being one of them. Alongwith the implementation of National Health Insurance (which requires computerbased systems to track cost of care for patients), Indonesia is moving from amanual system to a electronic system. Many hospitals in Indonesia have already begun this process. The purpose of the study is to describe hospital readiness inanticipating the application of electronic medical record system for the nationalhealth insurance. There are two main variables: readiness of human resources ,and organizational readiness for implementation of national health insurance(JKN). Data was collected through a retrospective review of medical records,documents, and in-depth interviews of human resources at the operational andmanagement level. Once research was completed, the organization began todevelop an Electronic Medical Record IT infrastructure. Progress has so far takenplace mostly at the RKE management level. Operational levels still needsocialization and training.
Key Words :Medical Record, Manual, Electronic Medical Record, Jaminan KesehatanNasional
Read More
S-8063
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive