Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 19970 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nadifa Fikriyuanti; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Budi Hartono, Satria Pratama
Abstrak: Skripsi ini merupakan kajian kepustakaan (literature review) mengenai faktor risiko yang mempengaruhi leptospirosis dari segi individu dan lingkungan di wilayah Asia Pasifik. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan dan individu yang menyebabkan kasus peningkatan leptospirosis di Asia Pasifik. Skripsi ini menggunakan desain literature review dan dianalisis menggunakan metode kualitatif berdasarkan desain study case control dan cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa artikel internasional dalam bentuk full text pdf dari database internasional seperti ScienceDirect, ProQuest, Scopus, dan PubMed. Analisis data yaitu deskriptif dengan menyajikan hasil sintesis data penelitian dalam bentuk teks narasi dan tabular untuk melihat perbandingan faktor risiko dari masing-masing literatur. Sebagian besar literatur berasal dari wilayah Sri Lanka, India, Laos, Vietnam, dan Malaysia. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling signifikan menyebabkan leptospirosis berdasarkan case-control study ialah jenis pekerjaan di bidang pertanian (OR 4,588), sedangkan berdasarkan cross-sectional study faktor risiko yang paling signifikan adalah keberadan tikus (p value 0,001) dan jenis pekerjaan (p value 0,005). Kesimpulan dari kajian ini adalah jenis pekerjaan dan keberadaan tikus merupakan faktor risiko yang paling signifikan menyebabkan leptospirosis. Hal ini didukung oleh jenis pekerjaan yang tergolong high risk occupational, misalnya bekerja di bidang pertanian lebih berisiko meningkatkan leptospirosis dibanding pekerjaan yang berisiko rendah.
This study is a literature review study that examine risk factors of leptospirosis from individual and environmental perspectives in the Asia Pacific region. This study aims to examine the environmental and individual risk factors that cause leptospirosis infection. This study uses a literature review study approach and analyzed using qualitative methods based on case-control study and cross-sectional study. This study uses secondary data of the international articles from the internet or websites, especially 8 international articles from the international database such as ScienceDirect, ProQuest, Scopus, and PubMed. Most of the international articles are from Sri Lanka, India, Laos, Vietnam and Malaysia. The results of this study indicate that the most significant risk factor for leptospirosis based on the case-control study is the occupation, especially in the wet cultivation sector (OR 4.588), while the most significant risk factor based on the cross-sectional study is the presence of rats (p value 0.001) and occupation (p value 0.005). The conclusion of this study is the occupation and presence of rats are the most significant risk factors for leptospirosis. This is supported by the occupation that is classified as high risk occupational, for example, working in agriculture has a higher risk of increasing leptospirosis than work with low risk.
Read More
S-10958
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jemmima Fajarin Putri; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Zakianis; Alvina Widhani
S-10496
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Angelica Savitrie Joanna; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Zakianis, Alvina Widhani
S-10278
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Arrum Shafa Maulidiazmi Umar; Pembimbing: Suyud Warno Utomo; Penguji: Budi Hartono, Alvina Widhani
Abstrak: Penelaahan ini dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai peran faktor stres terhadap kejadian Lupus Eritematosus Sistemik, khususnya pada aspek fisik dan aspek psikologis penyintas LES. Penelaahan kualitatif ini menggunakan desain literature review. Hasil penelaahan ditemukan 9 jurnal internasional yang meneliti peran faktor stres terhadap aspek fisik, dan 11 jurnal internasional yang meneliti peran faktor stres terhadap aspek psikologis penyintas Lupus LES. Sebagian jurnal internasional berasal dari Amerika Serikat dan Eropa. Hanya terdapat dua jurnal yang berasal dari Asia (Korea dan Jepang). Jurnal internasional terlama yang digunakan dalam penelaahan ini adalah jurnal oleh Wekking, et al yang dipublikasi pada tahun 1991. Sedangkan jurnal internasional terbaru yang digunakan dalam penelaahan ini adalah jurnal oleh Sumner, et al pada tahun 2019. Dampak dari faktor stres lebih mendominasi pada aspek psikologis dibandingan dengan dampak pada aspek fisik pasien LES. Kesimpulan dari penelaahan ini, yaitu stres dapat memicu flare dan memperburuk gejala LES. Jenis stres yang paling berpengaruh dalam munculnya flare dan perburukan gejalanya adalah daily stress (interpersonal dan stres dari lingkungan pekerjaan). Daily stress juga menimbulkan dampak pada emosional, kognitif, dan perilaku pasien. Hal tersebut didukung oleh persepsi pasien, dan penelitian perbandingan antara pasien LES dengan kontrol maupun pasien penyakit autoimun lain. Intervensi kognitif-perilaku dan psikologis dapat menjadi alternatif dalam penurunan tingkat stres pasien LES. Kata Kunci: Autoimun, Lupus Eritematosus Sistemik, Stres The focus of this study is to know about the role of stress in Systemic Lupus Erythematosus, especially on the physical aspects and psychological aspects of SLE patients. This qualitative study uses a literature review design. The study found 9 international journals that discussed the role of factors in physical aspects, and 11 international journals that discussed the role of factors in the psychological aspects of SLE patients. Most international journals were from the United States and Europe. There were only two journals from Asia (Korea and Japan). The oldest international journal used in this study was journal by Wekking, et al published in 1991. The latest international journal used in this study was journal by Sumner, et al in 2019. The conclusion from this review, that stress can trigger flares SLE symptoms. Source of stress that can trigger flares and worsen symptoms most is daily stress (interpersonal and stress from the work environment). Daily stress also affects the emotional, cognitive, and behavior of patients. These facts supported by patients' perceptions, and studies between SLE patients and controls as well as other autoimmune disease patients. Cognitive-behavioral and psychological interventions can be alternatives in reducing the stress level of SLE patients. Key words: Autoimmune disease, Stress, Systemic Lupus Erythematosus,
Read More
S-10482
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Almadinah Hakim; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Suyud Warno Utomo, Abdur Rahman
Abstrak: Hazard mikrobiologis, khusunya virus, memiliki kontribusi yang cukup besar pada penyakit, terlebih lagi dengan ukurannya yang mikroskopik. Penilaian risiko mikrobiologis merupakan cara untuk mengestimasi probabilitas suatu virus menyebabkan suatu efek pada manusia, dan sebagai rujukan untuk melakukan manajemen risiko yang sesuai dan tepat. Namun, pelaksanaan penilaian risiko mikrobiologi s lebih kompleks karena sifat mikroorganisme yang berbeda dengan hazard kimia. Kajian ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mesintesis informasi terkait penilaian risiko mikrobiologis dengan menggunakan metode kajian kepustakaan naratif. Hasil kajian menunjukkan bahwa penilaian risiko dilakukan berdasar tujuan manajemennya. Penilaian risiko kualitatif dan semi-kuantitatif dapat dilakukan untuk sebagai awalan sebelum melakukan penilaian kuantitatif, karena pelaksanaannya yang cepat dan sederhana. Penilaian kuantitatif juga disesuaikan dengan konteks penelitian untuk perhitungan exposure assessment dan dose-response. Manejemen risiko dari hasil penilaian juga perlu diverifikasi dengan kembali melaksanakan penilaian risiko.
Kata kunci: Penilaian risiko mikrobiologis, virus, kajian kepustakaan

Microbiological hazard, particularly virus, contributing highly in disease, moreover with its microscopic size. Microbial risk assessment is a tool to estimate a probability of virus causing effect to human body, and as reference to generate appropriate and precise risk management. However, conducting microbial risk assessment is more complex because of its microorganism nature that is different from chemical hazard. This review aims to collect and synthesize information regarding microbial risk assessment using narrative literature review method. This review suggests that microbial risk assessment conducted based on its management purpose. Qualitative and semi-quantitative risk assessment can be performed for initial assessment before assessing quantitatively, due to its speed and simplicity. Quantitative assessment also executed based on its context for quantifying the exposure assessment and dose-response. Risk management from risk assessment result needs to be verified by reenacting risk assessment.
Key words: Microbial risk assessment, virus, literature review
Read More
S-10481
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mustika Marwah; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Dewi Susanna, Meiliana Sari
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko keberadaan agen COVID-19 dalam bentuk aerosol serta bagaimana kontrol teknik udara dalam ruangan dapat berperan terhadap risiko penularan penyakit tersebut. Selain itu, penelitian ini juga menilik bagaimana kebijakan eksisting sebagai kontrol administratif dalam mengatur risiko penularan COVID-19 dengan menilik kontrol teknik udara dalam ruangan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian sistematis dan kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan risiko keberadaan aerosol agen COVID-19 pada udara dalam ruangan. Selain itu, kontrol teknik udara dapat berperan dalam mereduksi risiko penularan COVID-19 via aerosol melalui (1) peningkatan pergantian udara dalam ruangan dengan udara luar ruangan, (2) penggunaan perangkat pembersih udara, serta (3) Memperhatikan tata letak perangkat ventilasi, arah dan distribusi alirah udara, serta alur udara bersih dan udara kotor pada suatu ruangan. Adapun kebijakan yang ada saat ini masih minim dalam mempertimbangkan risiko penularan COVID-19 via aerosol dalam ruangan sehingga masih dibutuhkan pengembangan kebijakan.
Read More
S-10811
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sofia Rizki Aulia; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Bambang Wispriyono, Adi Rusmiati
S-10279
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ghifari Surya Satria; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Suyud Warno Utomo, Satria Pratama
Abstrak: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitik serta menggunakan metode tinjauan kepustakaan (literature review) dan bertujuan untuk memberikan gambaran pengelolaan bencana nonalam yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia serta negara yang telah berhasil mengendalikan pandemi COVID-19. Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku elektronik, situs web pemerintah, basis data, dan mesin pencarian terpercaya dengan memasukkan kata kunci yang sesuai. Implementasi pengelolaan bencana dilihat berdasarkan pedoman pengelolaan pandemi COVID-19 yang diterbitkan oleh WHO serta teori siklus manajemen bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, respons, hingga pemulihan.
Read More
S-10486
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Isti Suistiandari; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Zakianis, Tina Sumirah
Abstrak: ABSTRAK
 
 
Latar belakang. Kejadian diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cisaat terhitung masih tinggi dengan total kejadian diare yang terjadi pada tahun 2017 adalah 1924 kasus. Kejadian diare di Desa Cisaat dengan 245 kasus, Desa Sukamanh 534 kasus, Desa Cibatu 274 kasus, Desa Sukasari 306 kasus, Desa Nagrak 260 kasus, dan Desa Sukaresmi 305 kasus. Presentase kepemilikan jamban di willayah UPTD Puskesmas Cisaat tahun 2017 60,9 , ketersediaan tempat sampah 79,6 , dan sarana air bersih 78,4 . Metode.Penelitin ini menggunakan desain studi cross sectional untuk melihat hubungan variabel dependen dan independen dan menggunakan data primer yang diambil dalam waktu bersamaan. Subyek penelitian sebanyak 100 responden yang merupakan ibu rumah tangga. Data dianalisis secara bivariat dengan chi square. Hasil. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel karakteristik individu yang terdiri dari pendidikan, pendapatan, pengetahuan, dan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cisaat. Selain itu variabel lingkungan yang juga diteliti meliputi pewadahan sampah, pengangkutan sampah, air bersih, dan sarana jamban keluarga juga tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kejadian diare. Simpulan. Tidak ada hubungan pengetahuan, pendidikan, pendapatan, phbs, pewadahan sampah, pengangkutan sampah, air bersih dan sarana jamban.
 

 
ABSTRACT
 
 
Background. As the largest waste producer, households have a potential health risks that caused by unstructured waste management behavior. The objective of this research is to analyze the association between respondent characteristic and environment factors towards the incidence of diarrhea in UPTD Puskesmas Cisaat working area. Methods. The design of this study is cross sectional to analyze the association between dependent and independent variables using primary data taken at the same time. The subjects of the study are 100 respondents who are housewifes. The data collected in this research are analyzed bivariate using chi square. Result. The result of this research shows that individual characteristic variable which consist of education, income, knowledge, and also clean and healthy living behavior PHBS has no significant association with the incidence of diarrhea in UPTD Puskesmas Cisaat working area. In addition, environmental variables including waste collection, waste transportation, clean water, and family toilet facilities are also has no significant association with the incidence of diarrhea. Conclusion. There is no have a significant relationship between education, knowladge, salary, health behaviour, waste management, and sanitation with the incidence of diarrhea in the UPTD Puskesmas Cisaat working area 2018.Keywords waste, household, diarrhea
Read More
S-9836
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agus Supriyanto; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Budi Hartono, Abdul Rahman
Abstrak: Disinfektan adalah agen kimia yang bersifat merusak atau menghambat pertumbuhan organisme mikrobiologi patogenik pada fase vegetatif (bakteri, jamur) atau nonspora (virus). Meningkatnya kejadian kasus Covid-19, menyebabkan penggunaan disinfektan kimia meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penggunaan disinfektan kimia terhadap kesehatan manusia dan media lingkungan dan juga mengetahui rekomendasi disinfektan kimia untuk penanganan Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode literature review dalam memperoleh informasi. Hasil dari penelitian ini didapati bahwa sebagian besar disinfektan kimia bersifat iritan terhadap lapisan mukosa, kulit dan mata manusia. Beberapa disinfektan kimia bersifat korosif seperti alkali dan halogen iodium. Adapun efek terhadap kesehatan manusia didapati bahwa pajanan terhadap disinfektan kimia dapat menyebabkan stres oksidatif, gangguan pada saluran pernapasan, hingga gangguan pada fungsi paru-paru. Pada media lingkungan air dan udara, penggunaan disinfektan kimia (senyawa halogen) dapat menyebabkan terbentuknya Disinfection Byproduct (DBP) seperti trihalomethanes (THM) dan haloacetic acids (HAAs). Adapun rekomendasi disinfektan kimia yang dapat digunakan untuk menangani Covid-19 dengan virusnya yaitu SARS-CoV-2 adalah QACs (quaternary ammonium compounds), etanol 62-71%, H2O2 0,5%, atau NaClO 0,1%. Diperlukan penelitian ekperimental secara lebih lanjut menggunakan virus SARS-CoV-2 untuk mengetahui secara pasti disinfektan kimia mana yang paling efektif untuk menangani Covid-19 dengan ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan manusia.
Kata kunci: Covid-19, disinfektan kimia, Disinfection Byproduct, kesehatan manusia, media lingkungan, SARS-CoV-2

Disinfectants are chemical agents that are destructive or inhibit the growth of pathogenic microbiological organisms in the vegetative (bacterial, fungal) or nonsporal (viral) phase. The increasing incidence of Covid-19 cases, causes the use of chemical disinfectants to increase. This study aims to determine the impact of the use of chemical disinfectants on human health and environmental media and also to know the recommendations of chemical disinfectants for handling Covid-19. This study uses the literature review method in obtaining information. The results of this study found that most chemical disinfectants are irritant to the mucosal lining, skin and human eyes. Some chemical disinfectants are corrosive such as alkali and halogen iodium. The effects on human health are found that exposure to chemical disinfectants can cause oxidative stress, disorders of the respiratory tract, to disorders of lung function. In water and air environmental media, the use of chemical disinfectants (halogen compounds) can cause the formation of Disinfection Byproducts (DBP) such as trihalomethanes (THM) and haloacetic acids (HAAs). The chemical disinfectant recommendations that can be used to treat Covid-19 with the virus, namely SARS-CoV-2 are QACs (quaternary ammonium compounds), ethanol 62-71%, 0.5% H2O2, or NaClO 0.1%. Further experimental research is needed using the SARS-CoV-2 virus to find out exactly which chemical disinfectants are most effective in dealing with Covid-19 in an friendly and safe way for human health.
Keywords: Covid-19, chemical disinfectant, Disinfection Byproduct, environmental media, human health, SARS-CoV-2
Read More
S-10480
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive