Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 38737 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Lelitasari; Promotor: L. Meily Kurniawidjaja; Kopromotor: Sabarinah, Robiana Modjo; Penguji: Fatma Lestari, Purnawan Junadi, Lana Saria, Sudi Astono, Baiduri Widanarko
Abstrak:
Kelelahan dalam operasi tambang merupakan isu yang serius dan merupakan kontributor signifikan untuk terjadinya kecelakaan. Secara hukum perusahaan yang mengoperasikan tambang batubara harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk mengendalikan setiap risiko keselamatan dan kesehatan yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan instrumen penilaian kinerja manajemen risiko kelelahan di perusahaan tambang batubara di Indonesia. Pendekatan studi merupakan gabungan antara pendekatan kualitatif untuk menemukan indikator kinerja dan kuantitatif untuk menguji validitas, reliabilitas dan kualitas instrumen penilaian kinerja manajemen risiko kelelahan di perusahaan tambang batubara. Sampel sebanyak 90 perusahaan tambang batubara yang ada di Indonesia. Penelitian menghasilkan instrumen penilaian kinerja manajemen risiko kelelahan di perusahaan tambang batubara yamg terdiri dari 31 indikator, dengan validitas dan reliabilitas instrumen sudah memenuhi persyaratan. Hasil analisis kurva ROC diperoleh cut off point 73 dan AUC 71,3% yang artinya skor kinerja MRK memiliki kekuatan prediksi sedang untuk terjadinya kecelakaan karena kelelahan. Ditemukan kinerja manajemen risiko kelelahan di perusahaan tambang batubara dengan kategori kurang baik 45,6% dan baik 54,4% Kategori kinerja manajemen risiko kelelahan berkategori kurang baik paling banyak terdapat pada perusahaan yang jumlah karyawannya Fatigue in mining operations is a serious issue and a significant contributor to accidents. According to the law, companies operating coal mines must develop and implement strategies to control any safety and health risks associated with worker fatigue. This research was conducted to develop an instrument for assessing the performance of fatigue risk management in coal mining companies in Indonesia. The study approach combines a qualitative approach to find performance indicators and a quantitative one to test the validity, reliability, and quality of fatigue risk management performance assessment instruments in coal mining companies. The sample is 90 coal mining companies in Indonesia. The study produced a tool for assessing the performance of fatigue risk management in coal mining companies consisting of 31 indicators, with the validity and reliability of the instrument meeting the requirements. The results of the ROC curve analysis obtained a cut off point of 73 and an AUC of 71.3%, which means that the Fatigue Risk Management performance score has moderate predictive power for accidents due to fatigue. It was found that the fatigue risk management performance in coal mining companies was in the poor category (45,6% and 54,4% good). From the type of company permits, the fatigue risk management performance category was in the good category, the most in companies with IUJP permit types 80% and the poor category the most in companies with Production Operation IUP permit types 73,7%. It was found that there was a relationship between fatigue risk management performance with the number of employees and the type of company permit. In order to measure, monitor, and evaluate the performance of fatigue risk management in coal mining companies, it is hoped that the Indonesian Ministry of Energy and Mineral Resources and Indonesian coal mining companies will implement the fatigue risk management performance evaluation tool.
Read More
D-472
Depok : FKM UI, 2022
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hendra; Promotor: Budi Utomo; Kopromotor: I Made Djaja, Syahrul Meizar Nasri; Penguji:Mondastri Korib Sudaryo, Robiana Modjo, Indri Hapsari Susilowati, Sutanto Priyo Hastono, Lana Saria, Heny D. Mayawati
Abstrak:

Kelelahan merupakan hal umum yang dikeluhkan oleh pekerja dan hampir 20% pekerja melaporkan gejala kelelahan. Khusus pada pengemudi, kelelahan berkontribusi secara signifikan terhadap kecelakaan transportasi. Selain meningkatnya kerugian akibat kecelakaan, kelelahan mengemudi juga menyebabkan kerugian finansial yang besar di sesluruh dunia. Kelelahan mengemudi juga dialami oleh pekerja tambang batubara di Indoneisa, khususnya pekerja operator. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan determinan strategis kelelahan dari faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor eksternal pada operator tambang batubara di Kalimantan dan Sumatra tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 2 perusahaan tambang batubara, 7 lokasi tambang, dan 480 operator. Pengumpulan data dilakukan secara daring dengan menggunakan kuesioner. Kelelahan diukur dengan menggunakan 3 instrumen yaitu checklist individual streght-20 (CIS-20), multidimensionall fatigue inventory-20 (MFI-20), dan swedish occupational fatigue inventory (SOFI). Tipe kelelahan yang diteliti meliputi kelelahan umum, kelelahan fisik, kelelahan mental, dan kelelahan emosional. Beberapa instrumen standar juga digunakan dalampenelitian ini seperti perceived stress scale untuk mengukur stres, dutch boredom scale untuk mengukur rasa bosan, dan Pittsburg sleep quality index untuk mengukur kualitas tidur. Analisis data menggunakan chi-square dan regresi logistik ganda. Operator yang menjadi responden penelitian mempunyai umur 32,13 ± SD 6,1 tahun (21 – 58 tahun), sedangkan IMT diperoleh rerata sebesar 24,86 ± SD 3,1 dengan rentang (16,51 – 33,75) serta IMT terbanyak 24,22. Terdapat 26,9% operator termasuk kategori obesitas. Mayoritas operator sudah menikah (85%) dan sebagian besar (63,5%) tinggal di luar mess dengan keluarga (55,8%) serta mayoritas (96%) berpendidikan SMA atau sederajat. Rerata masa kerja operator adalah 9,52 ± SD 4,2 tahun dengan rentang (124 tahun) serta masa kerja terbanyak adalah 10 tahun. Sebagian besar operator bekerja di area tambang (65,8%). Jumlah operator berdasarkan pola shift dan waktu shift, masingmasing 240 (50%). Prevalensi kelelahan pada operator berkisar antara 20%-31% dengan kelelahan umum 24,8%, kelelahan fisik 22,3%, kelelahan mental 32,3%, dan kelelahan emosional 30,6%. Determinan strategis kelelahan pada operator terdiri dari faktor individu yang meliputi tingkat stres, kualitas tidur, gangguan eksternal tidur, faktor pekerjaan meliputi lokasi kerja di tambang, dan faktor eksternal yaitu tinggal dengan keluarga. Sedangkan faktor pola shift kerja dan masa kerja merupakan faktor kontekstual. Faktor yang menjadi determinan pada semua tipe kelelahan adalah faktor tingkat stres dan lokasi kerja. Determinan strategis pada kelelahan umum adalah tingkat stres (OR=3,0), lokasi kerja (OR=2,5), kualitas tidur (OR=1,8), dan tinggal dengan keluarga (OR=1,6). Pada kelelahan fisik, determinan strategis adalah tingkat stres (OR=2,5), gangguan eksternal tidur (OR=2,2), dan lokasi kerja di tambang (OR=1,7). Kelelahan mental mempunyai determinan strategis yaitu kualitas tidur (OR= 2,1), lokasi kerja di tambang (OR=2,1), tingkat stres (OR=1,7) dan gangguan eksternal tidur (OR=1,6). Sedangkan kelelahan emosional mempunyai determinan strategis yaitu tingkat stres (OR=2,0), lokasi kerja (OR=1,9), dan kualitas tidur (OR=1,9). Kelelahan emosional juga mempunyai faktor pola shift yang merupakan faktor kontekstual dengan OR= 1,9 dan masa kerja dengan OR=1,6. Dapat disimpulkan bahwa determinan kelelahan pada operator tambang batubara meliputi faktor individu, faktor pekerjaan, dan faktor eksternal. Kelelahan mental merupakan tipe kelelahan yang paling banyak dirasakan oleh operator. Determinan kelelahan yang terdapat pada semua tipe kelelahan adalah tingkat stres dan lokasi kerja. Semua determinan dapat menjadi perhatian dalam pengembangan kebijakan dan program manajemen risiko kelelahan di perusahaan tambang batubara. Kata kunci: kelelahan, kerja shift, kualitas tidur, operator batubara, stress


 

Fatigue is a common complaint by workers, and almost 20% of workers report symptoms of fatigue. Especially for drivers, fatigue contributes significantly to transportation accidents. In addition to the increasing loss due to accidents, driving fatigue is also causing many financial losses worldwide. Fatigued driving is also experiencing by coal mining workers in Indonesia, especially operator workers. This study aims to obtain strategic determinants of fatigue from individual factors, occupational factors, and external factors for coal mining operators in Kalimantan and Sumatra in 2021. This study uses a cross-sectional design for two coal mining companies, seven mine sites, and 480 operators. Data collection was online using a questionnaire. Fatigue was measured using three instruments, namely the individual strength-20 checklist (CIS-20), the multidimensional fatigue inventory-20 (MFI-20), and the Swedish occupational fatigue inventory (SOFI). The types of fatigue studied included general fatigue, physical exhaustion, mental fatigue, and emotional exhaustion. Several standard instruments were used in this study, such as the perceived stress scale to measure stress, the Dutch boredom scale to measure boredom, and the Pittsburgh sleep quality index to measure sleep quality. Data analysis used chi-square and multiple logistic regression. Operators who became research respondents had an age of 32.13 ± SD 6.1 years (21 – 58 years), while the BMI obtained an average of 24.86 ± SD 3.1 with a range (16.51 – 33.75) and the highest BMI 24.22. There are 26.9% of operators included in the obese category. The majority of operators are married (85%), and most (63.5%) live outside the mess with their families (55.8%), and the majority (96%) have a high school education or equivalent. The average operators' tenure is 9.52 ± SD 4.2 years with a range (1-24 years), and the most tenure is ten years. Most of the operators work in the mining area (65.8%). The number of operators based on shift patterns and shift times is 240 (50%). The prevalence of fatigue in operators ranges from 20%-31%, with general fatigue 24.8%, physical fatigue 22.3%, mental fatigue 32.3%, and emotional fatigue 30.6%. The strategic determinants of operator fatigue consist of individual factors, including stress levels, sleep quality, external sleep disturbances, work factors including work locations in the mine, and external factors, namely living with family. The work shift pattern and working period are contextual factors. Factors that determine all types of fatigue are stress levels and work locations. The strategic determinants of general fatigue were stress level (OR=3.0), work location (OR=2.5), sleep quality (OR=1.8), and living with family (OR=1.6). On physical exhaustion, strategic determinants were stress level (OR=2.5), external sleep disturbance (OR=2.2), and work location in the mine (OR=1.7). Mental fatigue has strategic determinants, namely sleep quality (OR = 2.1), work location in the mine (OR = 2.1), stress level (OR = 1.7) and external sleep disturbances (OR = 1.6). Meanwhile, emotional exhaustion has strategic determinants, namely stress level (OR=2.0), work location (OR=1.9), and sleep quality (OR=1.9). Emotional fatigue has a shift pattern as a contextual factor with OR = 1.9 and job tenure with OR = 1.6. The conclusion is the determinants of fatigue in coal mine operators include individual factors, occupational factors, and an external factor. Mental fatigue is the type of fatigue most felt by operators. The determinants of fatigue found in all fatigue types are work sites and stress levels. All determinants might be accountable for developing fatigue policy and risk management programs at coal mining companies. Keywords: coal mining operator, fatigue, shift work, sleep quality, stress

Read More
D-515
Depok : FKM-UI, 2021
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meilisa Rahmadani; Promotor: Robiana Modjo; Kopromotor: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Adang Bachtiar, Besral, Fatma Lestari, Indri Hapsari Susilowati, Ali Ghufron Mukti, Sutoto, Astrid B. Sulistomo
Abstrak: Kelelahan kerja berdampak besar terhadap kinerja, keselamatan, dan kesehatan tenaga kesehatan rumah sakit. Penelitian ini mengembangkan model sistem manajemen risiko kelelahan berbasis pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui studi literatur, FGD, wawancara, dan observasi. Hasilnya adalah model ICHAFIT (Integrated Collaboration Healthcare Adaptability for Fatigue Intervention and Tracking) dengan lima elemen utama dan strategi pencegahan berbasis data. Terdapat 24 indikator valid dan reliabel untuk menilai implementasinya. Model ini berfungsi sebagai kerangka konseptual dan alat praktis, serta menghasilkan policy brief untuk advokasi kebijakan nasional.
Work fatigue significantly affects hospital workers' performance, safety, and health. This study developed a fatigue risk management model using qualitative and quantitative approaches through literature review, FGD, interviews, and observations. The result is the ICHAFIT model (Integrated Collaboration Healthcare Adaptability for Fatigue Intervention and Tracking) comprising five key elements and a data-driven prevention strategy). It includes 24 valid and reliable indicators to assess implementation. ICHAFIT serves as both a conceptual framework and practical tool, and also produced a policy brief to support national advocacy for fatigue risk management in hospitals.
Read More
D-591
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bimo Prasetyo; Promotor: Fatma Lestari; Kopromotor: Robiana Modjo; Penguji: Adang Bachtiar, Besral, Dadan Erwandi, Suryo Hapsoro Tri Utomo; Akhmad Suraji
Abstrak:
Sektor konstruksi memiliki risiko kecelakaan kerja tinggi. Studi ini mengembangkan pengukuran sistem manajemen k3 konstruksi menggunakan kriteria sistem manajemen keselamatan konstruksi sesuai peraturan Permen PUPR No.10/2021, dapat digunakan dalam menilai keselamatan di industri konstruksi. Metodologi menggunakan pendekatan mixed-method exploratory design. Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan BUMN karya yang diobservasi menerapkan sistem manajemen keselamatan konstruksi berdasarkan peraturan yang berlaku dan dilaksanakan berbeda-beda sesuai visi misi perusahaan. Meskipun pengukuran belum dilakukan dengan aplikasi khusus, namun penelitian menunjukkan bahwa pengukuran dapat dilakukan melalui aplikasi yang dikembangkan. Faktor-faktor kompetensi, SOP, dan SMKK 10/21 ditemukan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan konstruksi.

This study focuses on developing a measurement for assessing the construction safety management system in the construction sector, known for its high risk of work accidents. The researchers used the criteria outlined in Permen PUPR No.10/2021 to evaluate safety in the industry. The study employed a mixed-method exploratory design approach. The findings indicate that state-owned construction companies adhere to the construction safety management system based on relevant regulations, albeit with variations depending on each company's vision and mission. While a specific application of the measurement has not been conducted, the study demonstrates that it is feasible to measure safety in construction through the developed tool. The study also identified competency, SOPs, and SMKK 10/21 as significant factors influencing the implementation of construction safety management systems
Read More
D-497
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adenan; Promotor: Zulkifli Djunaidi; Kopromotor: Fatma Lestari, Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Budi Hartono, L. Meily Kurniawidjaja, Herlina J. EL- Matury, Kusnendi Soehardjo, Suparni
Abstrak:

Keselamatan kerja pada jalur hauling di industri pertambangan batubara merupakan aspek penting yang memerlukan perhatian serius, mengingat tingginya risiko kecelakaan kerja pada aktivitas pengangkutan material. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kecelakaan kerja dan menyusun model pencegahan berbasis Human Factor Analysis and Classification System for Mining Industry (HFACS-MI) serta metode investigasi Australian Transport Safety Bureau (ATSB). Pendekatan campuran digunakan dalam penelitian ini, dengan data kuantitatif diperoleh melalui survei terhadap 420 operator dump truck di tiga perusahaan tambang terbuka di Kalimantan, serta data kualitatif dari wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), dan observasi langsung di lapangan. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh enam variabel independen faktor eksternal, pengaruh organisasi, kepemimpinan tidak berkeselamatan, pengendalian risiko, kondisi lingkungan, dan tindakan individu terhadap kecelakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki pengaruh signifikan, dengan kepemimpinan tidak berkeselamatan dan kondisi lingkungan sebagai faktor dominan penyebab kecelakaan. Temuan ini mengindikasikan perlunya penguatan pengawasan, perbaikan perilaku kerja operator, serta peningkatan kualitas jalur hauling. Model pencegahan yang diusulkan menitikberatkan pada penguatan kepemimpinan, pengendalian risiko, dan perawatan infrastruktur hauling secara berkelanjutan untuk menurunkan angka kecelakaan kerja di sektor pertambangan.


 

Occupational safety in hauling roads within the coal mining industry is a critical aspect that requires serious attention, considering the high risk of work accidents during material transportation activities. This study aims to analyze the factors influencing occupational accidents and to develop a preventive model based on the Human Factor Analysis and Classification System for Mining Industry (HFACS-MI) and the Australian Transport Safety Bureau (ATSB) investigation method. A mixed-method approach was used, with quantitative data collected through a survey of 420 dump truck operators across three open-pit mining companies in Kalimantan, and qualitative data gathered from in-depth interviews, focus group discussions (FGDs), and direct field observations. Multiple linear regression analysis was employed to assess the influence of six independent variables external factors, organizational influence, unsafe leadership, risk control, environmental conditions, and individual actions on work accidents. The results indicated that all variables had a significant effect, with unsafe leadership and environmental conditions emerging as the dominant contributing factors. These findings highlight the need to strengthen supervision, improve operator behavior, and enhance the quality of hauling road infrastructure. The proposed accident prevention model emphasizes the reinforcement of leadership roles, risk control management, and continuous improvement of hauling infrastructure to reduce the incidence of occupational accidents in the mining sector.

Read More
D-589
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Setya Haksama; Promotor: Amal C. Syaaf, ; Ko-Promotor: Purnawan Junadi, Adang Bachtiar; Penguji: Anhari Achadi, Sudarti Kresno, Dian Ayubi, Boy Subirosa Sabarguna, Delina Hasan
D-250
Depok : FKM UI, 2011
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andi Surayya Mappangile; Promotor: Doni Hikmat Ramdhan; Kopromotor: Ede Surya Darmawan; Penguji: Besral, Dumilah Ayuningtyas, Indri Hapsari Susilowati, Iting Shofwati, Agus Triyono, Sudi Astono
Abstrak:

Pendahuluan : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mengelola dan mengontrol keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanda tanya akan efektivitas penerapannya, dengan kondisi saat ini yakni Kecelakaan kerja yang masih terus meningkat, yang menyebabkan peningkatan biaya, berkurangnya produktivitas, hingga mempengaruhi daya saing suatu negara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai tingkat penerapan Sistem Manajemen K3 dan menganalisis hubungannya dengan kinerja K3 (safety climate, incidence rate, frequency rate, dan severity rate) di perusahaan.
Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan design cross sectional study pada perusahaan yang memenuhi kriteria penerapan SMK3 dan beroperasi di wilayah Kalimantan Timur, sebanyak 94 perusahaan. Total responden untuk pengukuran safety climate sebanyak 8.055 orang.
Hasil : Tingkat penerapan Sistem Manajemen K3 perusahaan di Kalimantan Timur berada pada Level 3/Konsisten yaitu penerapan SMK3 yang pendekatan sistematis dan konsisten, upaya pengendalian risiko dilakukan secara terstruktur, terukur secara kualitatif, integrasi antarprosedur dan manajemen risiko berjalan di semua divisi. Penerapan sistem pembelajaran melalui monitoring, laporan K3, dan proses perbaikan belum berjalan secara menyeluruh. Komponen tertinggi di Hazard control and prevention, dan skor terlemah di Education and training. Safety climate berada dalam kondisi baik, dengan skor tertinggi di dimensi 6 (Pembelajaran komunikasi dan inovasi) serta skor terendah di dimensi 5 (Prioritas keselamatan pekerja dan tidak ditoleransinya risiko bahaya). Faktor safety climate dan kinerja K3 (incidence rate dan frequency rate) memiliki hubungan signifikan dengan tingkat Sistem Manajemen K3 yang diterapkan di perusahaan. Terdapat hubungan antara tingkat penerapan SMK3 dengan safety climate, incidence rate, dan frequency rate berdasarkan tersertifikasi SMK3.
Kesimpulan : Semakin baik tingkat penerapan SMK3 pada suatu perusahaan maka akan menghasilkan kinerja K3 yang lebih baik. Pada perusahaan yang tersertifikasi SMK3 namun penerapan SMK3 masih pada tingkat Adhoc & Coping akan menghasilkan kinerja K3 yang buruk (safety climate membutuhkan perbaikan; incidence rate dan frequency rate cenderung meningkat).


Introduction: Work accidents that continue to increase has caused the increased costs, reduced productivity, and affect the competitiveness of a country, making the Implementation of Occupational Safety and Health Management System a question mark about its effectiveness. The purpose of this study was to assess the level of implementation of the OSH Management System and analyze its relationship with OSH performance (safety climate, incidence rate, frequency rate, and severity rate) in the company.
Method: This study uses a quantitative design with a cross-sectional study approach in companies that meet the criteria for implementing SMK3 (Occupational Safety and Health Management System) and operate in the East Kalimantan region, as many as 94 companies. Total respondents for safety climate measurement were 8,055 people.
Results: The level of implementation of the company's OSH Management System in East Kalimantan is at Level 3/Consistent, namely the implementation of SMK3 (OSH Management system) with a systematic and consistent approach, risk control efforts are carried out in a structured manner, measured qualitatively, integration between procedures and risk management runs in all divisions. The implementation of the learning system through monitoring, OSH reports, and improvement processes has not been carried out comprehensively. The highest component is in Hazard control and prevention, and the weakest score is in Education and training. The safety climate condition is in good condition, with the highest score in dimension 6 Learning, communication and innovation and the lowest score in dimension 5 Priority of worker safety and zero tolerance of hazard risks. Safety climate factors and OSH performance (incidence rate, frequency rate,) have a significant relationship with the level of OSH Management System implemented in the company. There is a relationship between the level of OHS implementation with safety climate, Incidence rate and frequency rate based on OHS certification.
Conclusion: The better the level of OHS implementation in a company, the better OHS performance will be. In companies that are SMK3 certified but the implementation of SMK3 is still at the Adhoc & Coping level, it will result in poor K3 performance (SC needs improvement; IR and FR tend to increase).

Read More
D-552
Depok : FKM UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Guspianto; Promotor: Budi Hidayat; Kopromotor: Purnawan Junadi, Amal C. Sjaaf; Tim Penguji: Anhari Achadi, Dian Ayubi, Soewarta Kosen, Dumilah Ayuningtyas, Harimat Hendarwan
D-311
Depok : FKM UI, 2015
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Ramadhani; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Zulkifli Djunaidi, Istiati Suraningsih
Abstrak: Penelitian ini membahas tentang manajemen risiko keselamatan dan kesehatankerja pada proses pembuatan gong di sektor informal Pabrik X tahun 2016.Desain penelitian ini adalah survei dengan pendekatan semi-kuantitatif,menggunakan tools Job Hazard Analysis (JHA) untuk mengidentifikasi bahaya,mengacu pada Standar Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004. Penilaian risikodilakukan dengan menganalisis nilai kosekuensi, pajanan serta peluang terjadinyadampak, kemudian dianalis dengan metode Fine pada AS/NZS 4360:2004. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa level risiko yang belum acceptable pada setiapproses pembuatan gong di Pabrik X, yaitu very high, priority 1, substansial danpriority 3. Telah dirumuskan rekomendasi pengedalian risiko yang bersifatengineering dan administratif.
Kata Kunci: AS/NZS 4360:2004, penilaian risiko, sektor informal.
The research was about occupational safety and health risk management of gongmanufacturing process at informal sector Factory X in 2016. The design of thatresearch was based on a survey with semi-quantitative approach, Job HazardAnalysis (JHA) was used to identify hazard referred to Risk ManagementStandard AS/NZS 4360:2004. The risk evaluation was conducted by analyze thequality of consequence, exposure and probability of the impacted, then it wasanalyzed by Fine method in AS/NZS 4360:2004. The result of this researchshowed level of risk was unacceptable, there were very high, priority 1,substantial and priority 3. Gong manufacturing was suggested to control the riskby engineering and administrative control.
Keywords: AS/NZS 4360:2004, risk evaluation, informal sector.
Read More
S-9147
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Peristiwanto Adiyono Kodrat Pramudho; Promotor: Purnawan Junadi; Ko-Promotor: Azrul Azwar, Adang Bachtiar; Penguji: Sudijanto Kamso, Soekidjo Notoatmodjo, Triono Sundoro, Trihono, Minarto
D-226
Depok : FKM UI, 2009
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive