Ditemukan 22934 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Perkembangan dan pergeseran paradigma bisnis di dunia usaha sebagai akibat globalisasi dan perdagangan bebas telah membentuk kompetisi bisnis yang semakin ketat. Hal ini mendorong perusahaan berupaya mempertahankan kepuasan pelanggan dengan membuat perencanaan yang terintegrasi, penilaian kinerja pada perspektif keuangan dan non keuangan. Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja adalah Balanced Scorecard. RSU QRS Karawang belum pemah melakukan evaluasi terhadap kinerja dengan pendekatan empat perspektif dari Balanced Scorecard. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini dibatasi pada penerapan secara sederhana keempat perspektif Balanced Scorecard pada objek penelitian di RSU QRS Karawang. Hasil evaluasi kinerja tahun 2006 dan 2007 RSU QRS Karawang adalah sebagai berikut: - Perspektif keuangan: Keuntungan kotor turun dari 27,6% menjadi 26,6%, keuntungan bersih naik dari 2,3% menjadi 2,6%, tingkat pengembalian aset naik dari 9,7% menjadi 12,8%, tingkat pengembalian modal sendiri turun dari 44,3% menjadi 38,2% , efektifitas biaya turun dari 94,7% menjadi 94,6% , dan peningkatan utilsasi aset naik dari 4,1 x menjadi 4,9 x. - Perspektif pelanggan: Kepuasan pelanggan rata-rata 70%, tingkat akuisisi total turun dari 25,9% menjadi 20,4%, tingkat retensi total naik dari 74,1% menjadi 79,6%. - Perspektif bisnis intemal: Jumlah kunjungan rawat jalan turun dari 45.41 I menjadi 40.661, jumlah kunjungan rawat inap naik dari 3.619 menjadi 3715, BOR turun dari 63,S% menjadi 61,3% , LOS naik dari 3 hari menjadi 3,4 hari , T0I naik dari 3 hari menjadi 3,4 hari , sedangkan BTO tetap 63 kali (2006 & 2007). Jumlah pihak ketiga yang menjalin kerjasama naik dari 101 menjadi 110. Kecepatan pelayanan pada bagian pendafiaran tidak ada perbedaan pada pasien umum maupun pasien kontrak. - Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran: Tingkat kepuasan karyawan 54,04% (rata-rata). Tingkat kepatuhan karyawan naik dari turunnya tingkal ketidakpatuhan karyawan dari 11 menjadi 7 pelanggaran. Fokus kinerja RSU QRS Karawang saat ini masih terpaku pada perspektif keuangan sedangkan perspektif non keuangan belum dikelola secara maksimal.
Growth and fuction of business paradigm in corporate world as effect of free trade and globalization have formed business competition which progressively tighten. This matter push company cope to maintain satisfaction of customers by making integrated planning, assessment of performance at is in perspective of finance and non finance. One of the tools able to be utilized to measure performance is Balanced Scorecard. QRS Hospital in Karawang has never evaluated to performance with approach four is in perspective the than balanced scorecard. This research use descriptive method qualitative. This research is limited by at in perspective fourth applying simply balanced scorecard at research object in QRS Hospital Karawang result of evaluation performance of year activity 2006 and 2007 QRS Hospital Karawang as following: - In perspective of finance : Gross margin alight from 27,6 % becoming 26,6%, net profit margin go up from 2,3% becoming 2,6%, rate of return on asset go up from 9,7% becoming 12,8%, rate of return on equity alight from 44,3% becoming 38,2, cost effectiveness improvement of alighting from 94,7% becoming 94,6, and asset turnover go up from 4.1 x become 4,9 x. - In perspective of customer: Satisfaction of customer of mean 70%, level of acquisition total alight from 25,9% becoming 20,4%, level retention total go up from 74,1% becoming 79,6%. - In perspective of internal business: Amount of outer patient department visiting alight from 45.411 becoming 40.661, amount of outer patient department visiting to go up from 3.619 becoming 3.715, BOR to alight from 63,5% becoming 61,3, LOS go up from 3 day become 3,4 day, TOI go up from 3 day become 3,4 day, while BTO remain to 63 times (2006 & 2007). Amount of third party brading cooperation go up from 101 becoming 110. Speed of service at part of registration there no difference at public patient and also contract patient. - In perspective of learning and growth: employee satisfaction 54,04% (mean). employee compliance index go up from going down of collision level of employees from 11 becoming 7 collision. Performance focus of QRS Hospital in Karawang in this time still fetch up all standing at is in perspective of finance while is in perspective is non finance not yet been managed maximally
Kinerja rumah sakit menxpakan suatu dimensi utama dari mutu pelayanan rumah sakit. Peningkatkan rnutu pelayanan rumah sakit merupakan hal yang sangat penting oleh karena rumah sakit memberikan pelayanan yang paling kxitis dan berbahaya dalam sistem pelayanan. Hal tersebut dikarenakan yang menjadi sasaran kegiatan adalah jiwa manusia, Balanced Scorecard (BSC) merupakan metode yang dapat digunakan untuk menilai kinexja rumah sakit dan rnengukur strategi secara komprehensif dengan pola manajemen strategis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh garnbaran pengukuran kinerja rumah sakit secara komprehensitl akurat dan obyektif sesuai pendekatan Balanced Scorecard Penelilian ini menxpakan penelitian dcskriptif anaiitik yang menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penclitian dilakukan di Rumah Sakit Harapan Kita. Hasil penclitian ini mcnunjukkan bahwa pengembangan Rumah Sakit Harapan Kita sudah diarahkan menuju pencapaian visi dan misi. Dalam Perspektif Keuangan, beberapa pencapaian indikator keuangan seperti Relurn on lnvesrrnenr (Roi) dan cash ratio menunjukkan adanya peningkatan dibanding dengan keadaan sebelum menjadi PPK-BLU. Dari sisi perspektif pelanggan, telah texjadi kecenderungan peningkatan kunjungan pasien. Beberapa indikator yang mcwakili proses bisnis intemal juga menunjukkan hasil yang positifi Terdapat peningkatan jumlah tindaknn bedah. Disamping itu, beberapa indikator pelayanan, sepeni BOR dan TOI berada di daerah ideal. Texkait dengan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, rumah sakit telah mengirimkan beberapa staf ke luar negeri. Rumah Sakit juga mengadakan pertemuan rutin antara komite medis, tenaga dokter, dan paramedis untuk memantau penampilan pelayanan yang dibexikan. Dilakukan pula evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan. Penelitian ini menghasilkan saran perlunya pelatihan/supegvisi khusus dari Departemen Kesehatan untuk pelaporan dengan penekanan terhadap analisa rasio keuangan untuk mengetahui nilai pertumbuhan ekonomis, penguatan stratcgi pemulihan layanan, kesamaan persepsi mengenai defmisi beberapa indikator kinexja rumah sakit, pembenahan sarana dan prasarana, penguatan sistem infommasi ketenagaan di rumah sakit.
Hospital performance is the main dimension of hospital service quality. The Improvement of hospital services quality is very important, because hospital provides most critical and dangerous services in health services system since it targeted human life as the object of services. Balanced Scorecard (BSC) can be used to assess hospital performance and examined the stratc gy comprehensively in strategic management framework. The objective of this study is to get the description of hospital performance assessment eomprehensiveiy, accurately, and objectively according to Balanced Scorecard. This study is descriptive-analytical study which using qualitative and quantitative technique. The study located at I-Iarapan Kita Hospital in Jakarta. The results of this study show that the Harapan Kita Hospital activities have been directed to the achievement of its vision and mission. In financial perspective, some of financial indicators, such as Retum on Investment (Rol) and cash ratio have been improved. In customer perspective side, there is an increasing trend of patient visit. Some of indicators which representing of intemal business process, also shown positive results, such as increasing of the number of operative activities. Hospital’s bed occupancy rate and tum over interval are in ideal position. In learn and growth perspective, hospital has sent some ol' its staff to study abroad. Hospital also conducting regular meeting between medical committee, doctors, and paramedics to evaluate the services which have been given. This study recommend that there should be special training or supervision from Ministry of Health for reporting purpose especially in analyzing financial ratio to observe economical growth value, strengthening of services recovery, equalizing perception regarding of some hospital performance indicators definition, improving hospital facilities, Strenghening of human resource infomation system, and comprehensive evaluation including input, process and output components by Ministry of Health as the owner.
Latar Belakang : Waktu tunggu sering kali dijadikan indikator untuk menilai kualitas pelayanan rumah sakit oleh pasien. Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah waktu tunggu untuk pemulangan pasien. Data RS Mitra Keluarga Bintaro tahun 2023 menunjukkan rata-rata waktu tunggu pasien adalah 87 menit dengan perbedaan yang cukup signifikan antara pasien dengan penjaminan pribadi (66 menit) dan penjaminan asuransi (121 menit). Data rata-rata waktu tunggu tersebut terhitung sejak dokter memberikan instruksi pulang hingga pasien melakukan billing akhir. Data tersebut belum terhitung hingga pasien meninggalkan ruang rawat inap. Standar pelayanan minimal waktu tunggu pemulangan pasien rawat inap yang ditetapkan oleh Kemenkes yaitu kurang dari 120 menit. Pencapaian waktu tunggu pasien yang keluar dalam waktu ≤ 2 jam tercatat sebesar 88%, meskipun masih belum memenuhi target korporat yang ditetapkan sebesar 100%.
Metode : Penelitian ini mengadopsi desain operational research yang mengintegrasikan metode kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, dengan total sampel sebanyak 38 pasien yang pulang setelah menjalani rawat inap. Pemilihan sampel didasarkan pada distribusi hari, jam kepulangan, dan jenis metode penjaminan yang telah ditetapkan.
Hasil : Hasil penelitian dengan pendekatan lean six sigma berhasil mengidentifikasi lead time pemulangan pasien rawat inap di RS Mitra Keluarga Bintaro sebesar 5 jam 10 menit 54 detik dimana 69% merupakan kegiatan non value added yang didominasi oleh waste tipe waiting sebesar 3 jam 14 menit 23 detik. Akar masalah dari memanjangnya waktu tunggu pemulangan pasien rawat inap berada di fase III pada kegiatan menunggu pasien meninggalkan ruang rawat inap. Penerapan lean six sigma dalam proses pemulangan pasien rawat inap di RS Mitra Keluarga Bintaro berhasil mengurangi lead time sebesar 16%, dari 5 jam 10 menit 54 detik menjadi 4 jam 21 menit 25 detik. Pengurangan lead time ini diikuti dengan penurunan waste di seluruh tahapan pemulangan pasien, dengan penurunan waste terbesar terjadi pada fase I, yaitu sebesar 44%, dari 1 jam 3 menit 27 detik menjadi 35 menit 46 detik.
Kesimpulan : Terdapat penurunan waktu tunggu pemulangan pasien rawat inap di RS Mitra Keluarga Bintaro setelah penerapan lean six sigma. Penurunan waktu tunggu pemulangan pasien rawat inap masih diatas target standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Kemenkes.
Background : Waiting time is often used as an indicator to assess the quality of hospital services by patients. One aspect of concern is the waiting time for patient discharge. Data from Mitra Keluarga Bintaro Hospital in 2023 showed that the average patient waiting time was 87 minutes with a significant difference between patients with personal guarantees (66 minutes) and insurance guarantees (121 minutes). The average waiting time data is calculated from when the doctor gives instructions to go home until the patient makes the final billing. The data does not include until the patient leaves the inpatient room. The minimum service standard for inpatient discharge waiting time set by the Ministry of Health is less than 120 minutes. The achievement of waiting time for patients who leave within ≤ 2 hours was recorded at 88%, although it still does not meet the corporate target set at 100%. Method : This study adopted an operational research design that integrates quantitative and qualitative methods. The sampling technique used was simple random sampling, with a total sample of 38 patients who returned home after undergoing inpatient care. Sample selection was based on the distribution of days, hours of discharge, and types of guarantee methods that had been determined. Hasil : The results of the study using the lean six sigma approach successfully identified the lead time for inpatient discharge at Mitra Keluarga Bintaro Hospital of 5 hours 10 minutes 54 seconds, where 69% were non-value added activities dominated by waiting type waste of 3 hours 14 minutes 23 seconds. The root of the problem of the long waiting time for inpatient discharge is in phase III in the activity of waiting for the patient to leave the inpatient room. The application of lean six sigma in the inpatient discharge process at Mitra Keluarga Bintaro Hospital successfully reduced the lead time by 16%, from 5 hours 10 minutes 54 seconds to 4 hours 21 minutes 25 seconds. This reduction in lead time was followed by a decrease in waste in all stages of patient discharge, with the largest decrease in waste occurring in phase I, which was 44%, from 1 hour 3 minutes 27 seconds to 35 minutes 46 seconds. Kesimpulan : There is a decrease in the waiting time for discharge of inpatients at Mitra Keluarga Bintaro Hospital after the implementation of lean six sigma. The decrease in the waiting time for discharge of inpatients is still above the minimum service standard target set by the Ministry of Health.
