Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 20800 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Hamidah Qudus; Pembimbimbing: Ella Nurlaella Hadi; Penguji: Dien Anshari, Wahyu Septiono, Feni Fitriani Taufik, Hanifah Rogayah
Abstrak:
Quitline.INA adalah layanan berhenti merokok via telepon yang disediakan untuk membantu perokok yang ingin menghentikan perilaku merokoknya. Layanan ini telah beroperasi sejak tahun 2016 dan diharapkan dapat memberi kontribusi dalam mengurangi jumlah perokok di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kualitatif berdasarkan teori model Donabedian, dengan mengeksplorasi pelaksanaan layanan UBM Quitline.INA tahun 2023. Penelitian dengan pendekatan kualitatif, desain Rapid Assesment Procedure (RAP) dilakukan pada delapan informan utama yang berasal dari penyedia layanan dan informan kunci yaitu lima orang pengguna yang berhasil berhenti merokok dan lima orang yang masih merokok. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen dilakukan pada bulan Oktober-November 2023 dan dianalisis secara konten. Hasil penelitian menunjukkan Quitline.INA kekurangan tenaga konselor, , kompetensi konselor perlu ditingkatkan, integrasi layanan terbatas, sarana dan prasarana perlu ditingkatkan, dana penyelenggaraan sepenuhnya berasal dari pemerintah, sedangkan penyelenggaraan Quitline dilaksanakan pihak ketiga melalui pelelangan pengadaan barang dan jasa. Gaji petugas disesuaikan dengan UMR dan gaji petugas call center, jadwal layanan dan durasi layanan telah sesuai, UBM dengan metoda 4T, farmakoterapi UBM belum ada, angka penelepon isengtinggi, keberhasilan tindak lanjutrendah (10%), pencatatan pelaporan dan monitor evaluasi sudah sesuai dan angka keberhasilan berhenti merokok Quitline.INA 2023 mencapai 65%. Penyelenggaraan Quitline.INA belum sesuai target karena terhentinya layanan selama dua kali di tahun 2022 dan tahun 2023. Untuk itu, harus dilakukan evaluasi layanan Quitline secara menyeluruh terhadap komponen layanan agar terjadi peningkatan kualitas layanan serta perlunya perbaikan sistim pengelolaan dan pembiayaan Quitline agar layanan tidak pernah terhenti lagi.

Quitline.INA is a telephone smoking cessation service provided to help smokers want to stop their smoking behavior. This service has been operating since 2016 and is expected to contribute to reducing the number of smokers in Indonesia. This research aims to conduct a qualitative evaluation based on the Donabedian model theory, by exploring the implementation of the UBM Quitline.INA service in 2023. The research uses a qualitative approach, a Rapid Assessment Procedure (RAP) design on eight main informants from service providers. Key informants came from service users consisting of five users who had successfully quit smoking and five users who were still smoking. Data collection using in-depth interviews and document review was carried out in October-November 2023 and content analyzed. The research results show that there is a shortage of counselors, limited service integration, facilities and infrastructure need to be improved, funding for the implementation comes entirely from the government, while the implementation of the Quitline is carried out by a third party (through auction). Quitline officers' salaries are adjusted to the UMR and salaries of call center officers, the service schedule and duration of service are appropriate, the UBM method is the 4T method, there is no UBM pharmacotherapy yet, the number of prank calls is high, the success of tindak lanjutis low (10%), reporting and evaluation monitoring is good. The success rate for quitting smoking for Quitline.INA 2023 reached 65%. The implementation of Quitline.INA has not met the target due to the service being stopped twice in 2022 and 2023.For this reason, a comprehensive Quitline evaluation of service components must be carried out in order to improve service quality and the need to improve the Quitline management and financing system so that services never stop again.
Read More
T-6853
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Amin S Muh; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Pujiyanto, Andi Sari Bunga Untung, Fitriana Yuliawati Lakolla
Abstrak: Rokok merupakan faktor resiko utama dari penyakit jantung, kanker, penyakit parukronis, kanker mulut dan tenggorokan. Perilaku merokok bahkan dapat kita jumpaipada kelompok umur yang lebih muda, yakni pelajar sekolah. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis pengaruh peringatan kesehatan bergambar padakemasan rokok terhadap intensi berhenti merokok Siswa SMA laki-laki denganmenggunakan studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan pada siswaSMA di Makassar yang dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis beda proporsiyaitu 96 responden dari SMU, 64 responden dari SMK, 11 responden dari MA.Tingkat efektivitas pengaruh kesehatan bergambar pada kemasan rokok terhadapintensi berhenti merokok Siswa SMA laki-laki diukur dengan menggunakankuesioner. Seluruh gambar memiliki hubungan yang signifikan dengan intensiberhenti merokok responden, yaitu gambar 1 dengan nilai p = 0,001, gambar 2dengan nilai p = 0,001, gambar 3 dengan nilai p = 0,002, gambar 4 dengan nilai p= 0,001 dan gambar 5 dengan nilai p = 0,004. Dari keseluruhan variabel independenyang diduga paling kuat mempengaruhi intensi berhenti merokok pada respondenadalah Gambar 4 dengan p value < 0,05. Dengan nilai OR sebesar 2,7 yang artinyaGambar 4 memberikan peluang 2,7 kali menyebabkan tingginya intensi berhentimerokok siswa.Kata kunci : analisis, peringatan kesehatan bergambar, intensi berhenti merokok,siswa SMA.
Read More
T-4720
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Risma Oktaria; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dian Ayubi, Tri Krianto, Susmita, Ida Kurniawati
Abstrak:
Setiap remaja berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi sesuai dengan tumbuh kembangnya melalui pelayanan klinis, konseling dan KIE pada pendidikan formal dan non formal. Berdasarkan penelitian awal melalui wawancara dengan siswa di salah satu sekolah di Kab. Ogan Ilir, diperoleh informasi bahwa siswa belum mendapatkan pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi di sekolah maupun dari orang tua, guru menuturkan bahwa siswa terkesan malu dan merasa tabuh ketika membahas masalah pernikahan dan kesehatan reproduksi, siswa menganggap materi yang disampaikan oleh guru kurang pantas untuk disampaikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap program pendidikan kesehatan reproduksi remaja tingkat SMA sederajat di Kab. Ogan Ilir pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data melalui wawancara mendalam pada 10 orang informan utama guru, tenaga kesehatan Puskesmas dan penyuluh KB dan 2 orang informan kunci dari Dinas Kesehatan dan Dinas P3AP2KB, Focus Group Discussion pada 4 kelompok siswa dengan total 40 orang siswa dari 4 sekolah dan telaah dokumen. Hasil penelitian ini yaitu semua sekolah telah menerapkan kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan kesehatan reproduksi remaja oleh guru di sekolah, program PKPR oleh tenaga Puskesmas dan Program PIK-R oleh penyuluh KB. SDM yang terlibat sebagian besar memiliki latar belakang yang sesuai dengan kesehatan reproduksi namun masih memerlukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta telah memiliki panduan dalam pelaksanaan kegiatan namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa penyesuaian. Terdapat beberapa kendala yang menghambat proses pelaksanaan kegiatan diantaranya adalah ketersediaan anggaran, sarana dan alat pendukung yang belum memadai, serta tidak semua remaja dapat di jangkau dalam pelaksanaan kegiatan. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui pendidikan oleh guru di sekolah, program PKPR dan PIK-R sudah sesuai dengan kebutuhan dan sangat bermanfaat bagi remaja, namun masih perlu dioptimalkan lagi dalam hal pelaksanaannya.

Every teenager has the right to receive reproductive health services in accordance with their growth and development through clinical services, counseling and information in formal and non-formal education. Based on initial research through interviews with students at one of the schools in Ogan Ilir, information was obtained that students had not received good knowledge about reproductive health at school or their parents, the teacher said that students seemed embarrassed and felt timid when discussing marriage and reproductive health issues, students considered the material presented by the teacher to be inappropriate to convey. The aim of this research is to conduct an analysis of the adolescent reproductive health education program at high school and equivalent levels in Ogan Ilir in 2023. This research is qualitative research with a phenomenological approach. Data were collected through in-depth interviews with 10 main informants, teachers, health workers at the Community Health Center and family planning instructors and 2 key informants from the Health Service and P3AP2KB Service, Focus Group Discussions on 4 groups of students with a total of 40 students from 4 schools and document review. The results of this research are that all schools have implemented adolescent reproductive health education policies through adolescent reproductive health education by school teachers, the PKPR program by Community Health Center staff and the PIK-R Program by family planning counselors. Most of the human resources involved have a background that is relevant to reproductive health but still require training to increase their knowledge and skills, and already have guidelines for implementing activities, but in implementation there are several adjustments. There are several obstacles that hamper the process of implementing activities, including inadequate budget availability, supporting facilities and equipment, and not all teenagers can be reached in implementing activities. Adolescent reproductive health education through education by teachers in schools, the PKPR and PIK-R programs are in accordance with needs and are very beneficial for adolescents, but still need to be optimized further in terms of implementation.
Read More
T-6928
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Janitra Hapsari; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Dadan Erwandi, Dien Anshari, Mohammad Rezasyah Hasan, Astriani Dwi Aryaningtyas
Abstrak:
Norma maskulinitas tradisional sering kali ditemukan sebagai penghambat perilaku mencari bantuan, mendorong munculnya stigma, dan merupakan bentuk maskulinitas yang tidak sehat atau “toxic masculinity”. Namun, beberapa studi kualitatif menunjukkan bahwa sebagian laki-laki mau mencari bantuan kesehatan mental untuk menjadi lebih sehat, mampu melawan stigma, dan tindakan tersebut dilihat sebagai cara yang rasional untuk lebih maskulin sehingga disebut sebagai maskulinitas positif atau “positive masculinity”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran maskulinitas terhadap perilaku mencari bantuan laki-laki yang mengalami depresi akibat penyakit fisik kronis di Platform Layanan Inspirasien. Desain penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam kepada delapan informan yang terdiri dari pasien laki-laki yang mengalami depresi akibat penyakit fisik kronis, pendamping pasien, dan professional kesehatan mental. Hasil penelitian menemukan adanya perubahan makna maskulinitas dari tradisional menjadi positif pada laki-laki yang telah mendapatkan bantuan dari layanan professional kesehatan mental. Perilaku mencari bantuan kesehatan mental dilihat sebagai upaya untuk pulih dan menjadi lebih sehat. Ketika laki-laki lebih sehat, maka Ia mendapatkan kembali kendali atas hidupnya, merupakan wujud tanggung jawab dan kepemimpinan laki-laki untuk menyelesaikan masalahnya, keberanian untuk meminta bantuan, dan kebijaksanaan dalam cara penyelesaian masalah dengan ahlinya (professional kesehatan mental). Penelitian ini merekomendasikan pemanfaatan makna maskulinitas positif pada perilaku mencari bantuan laki-laki sebagai strategi dalam membentuk upaya promosi kesehatan mental dan peningkatan layanan kesehatan mental secara khusus untuk laki-laki.

Traditional masculinity norms are often found to inhibit help-seeking behavior, encourage the emergence of stigma, and are a form of unhealthy masculinity or "toxic masculinity". However, several qualitative studies show that some men are willing to seek mental health help to become healthier, able to fight stigma, and this action is seen as a rational way to become more masculine so it is called “positive masculinity”. This study aims to determine the role of masculinity on the help-seeking behavior of men who experience depression due to chronic physical illness in the Inspirasien Service Platform. Descriptive qualitative research design with a case study approach is being used. Data was collected through in-depth interviews with eight informants consisting of male patients who experienced depression due to chronic physical illness, their caregiver, and mental health professionals. The results of the study found a change in the meaning of masculinity from traditional to positive in men who had received help from professional mental health services. Mental health help-seeking behavior is seen as an effort to recover and become healthier. When a man is healthier, he regains control of his life, which is a manifestation of a man's responsibility and leadership to solve his problems, the courage to ask for help, and wisdom in solving problems with the experts (mental health professionals). This research recommends utilizing the meaning of positive masculinity in men's help-seeking behavior as a strategy in shaping mental health promotion efforts and improving mental health services specifically for men.
Read More
T-6887
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tri Asih Dewi Agustina; Pembimbing: Sudarti Kresno, Ella Nurlella Hadi; Penguji: Rina A. Anggorodi, Hermani
Abstrak:

ABSTRAK Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.  Kabupaten Majalengka salah satu daerah endemis kusta di Indonesia dengan angka kecacatan tingkat 2 tertinggi di Jawa Barat yang berhubungan dengan keterlambatan penemuan kasus baru dan pengobatan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu penelitian yang mendalam mengenai pencarian pertolongan pengobatan pada penderita kusta. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai pencarian pertolongan pengobatan penderita kusta serta faktor penghambat dan penunjangnya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sindangwangi, Argapura, dan Sumberjaya Kabupaten Majalengka dengan metode kualitatif yang pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara mendalam. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak 31 orang yang meliputi  informan penderita kusta dan informan kunci. Untuk menguji validitas hasil penelitian, dilakukan triangulasi sumber dan metode. Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari mengumpulkan catatan hasil wawancara, membuat rekapitulasi hasil wawancara, membuat kategorisasi data, dan membuat matriks. Analisis yang dilakukan adalah Analisis isi atau content analysis untuk melihat kecenderungan hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pencarian pertolongan pengobatan memiliki kecenderungan berhubungan dengan persepsi keparahan dan bahaya penyakit, dorongan tokoh masyarakat, keluarga, media, dan penyuluhan petugas kesehatan. Pemilihan pelayanan kesehatan memiliki kecenderungan berhubungan dengan kebiasaan dan pengalaman berobat, sedangkan keteraturan berobat memiliki kecenderungan berhubungan dengan persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Keterlambatan mencari pertolongan pengobatan memiliki kecenderungan berhubungan dengan pengetahuan penderita kusta mengenai penyakit kusta yang rendah, ketidaktahuan penderita kusta kalau di Puskesmas terdapat pengobatan untuk kusta dan salah diagnosa. Untuk itu perlu dilakukan advokasi terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka dan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, meningkatkan promosi kesehatan dengan mengikutsertakan petugas promosi kesehatan di Puskesmas, menjalin kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor, pelatihan keterampilan deteksi tanda kusta bagi petugas puskesmas, sosialisasi tentang pengobatan kusta dan keterampilan deteksi tanda kusta bagi dokter praktek di wilayah kerja puskesmas, pelatihan (training of trainers) penyuluhan kusta, penyuluhan intensif dan pemberdayaan masyarakat. Daftar Bacaan : 39 (1974 - 2007) Kata Kunci: Kusta, Pencarian Pertolongan Pengobatan Kusta


ABSTRACT Leprosy disease is still become the problem for public health in Indonesia. This matter happened, caused by factor pursuing effort of early case finding and leprosy treatment directly and also indirectly. Based on these, hence it is needed a circumstantial research in health seeking behavior of leprosy patient. The objective this research is to obtain circumstantial information on heatlh seeking behavior of leprosy patient . This research was conducted in Sindangwangi, Argapura, and Sumberjaya Sub- districts with qualitative method, which its data collecting conducted by in-depth interview. The number of informants in this research is 31 people, which consisting of leprosy patient and key informant . To assess the validity of result of the research, it was conducted  triangulation resources. The Data analysis consist of collect the record of interview results, made summary of the result of interview, made the transcript, made data categorization, and made matrix. The next step is content analysis to see the tendency of the relationship between those variables. The result of this research show, that seeking help of medication have tendency relate to hard perception and the severeness of disease, motivation of community leader, family, media, and education of health service officer. Election of the health service have tendency relate to experience and habit of medication, while regularity of medication have tendency relate to perception to the quality of health service. The delay in seeking help of medication have tendency relate to knowledge of Leprosy suspect on Leprosy disease is still low, the lack of knowledge of Leprosy patient, where in Community Health Center there is medical treatment for leprosy and wrong diagnosed. Thereby require to be conducted advocacy to Local Government of Majalengka District, and Health Service of Majalengka District for the allocation of fund and support Leprosy Program with curative and preventive priorities, improving health promotion by involve health promotion officer in Community Health Center, cooperation between cross section that is religion section, and education in order to apply the Leprosy Program specially counseling, training about leprosy detection for health workers, socialization about leprosy treatment and leprosy sign for private doctors in Puskesmas area, training of trainers for leprosy IEC (information, education, and communication, intensive counseling with the target is Leprosy patient, family member of Leprosy patient, and also community, and enforce community participation in leprosy control. References: 39 (1974-2007) Key word: Leprosy, Health Seeking Behavior of Leprosy Patient.

Read More
T-2788
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yullie Mulyadi; Pembimbing: Sudarti Kresno, Rina Artining Anggorodi; Penguji: Anwar Hasan, Elin Herliana, Syahrul Aminullah
Abstrak:

Hasil pembangunan kesehatan adalah meningkatuya umur harapan hidup, sehingga terjadi peningkatan jumlah lansia di Indonesia dengan berbegai masalah kesehatannya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukanlah suatu upaya dalam bentuk kegiatan posyandu lansia yang bertujuan agar pra lansia (45-59 tahun) dan lansia kegiatan sosial secara rutin. Angka pemanfaatan Posyandu Lansia di Wliayah Kerja Puskesmas Naras Kola Pariaman masih sangat rendah yaitu 13,23% pada talmn 2007, angka ini masih jauh dari SPM yaitu 40"/o. Penelitian ini bertujuan unlnk mendapatkan informasi yang mendalam tentang posyandu lansia karena ketidalctahuan terhadap kegiatan posyandu lansia dan adanya pengaruh keluarga yang sangat kuat dalam memanfaatkan pengobatan tradisional. Mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya penyuluhan tentang posyandu lansia secara intensif dengan langkah-langkah sebagai berikut: advokasi kepeda Dinas Kesehatan Kota Pariaman untuk mendapatkan dukuagan dana sosialisasi posyandu untuk perbaikan alat kesehatan dan pengadaan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia, meningkatkan sosialisasi posyandu lansia melalui pelatihan petugas pembina wilayah dan kader, penyuluhan melalui media lokal serta meningkatkan komitmen Puskesmas Naras dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia dengan menamhah petugas kesebatan posyandu lansia di daerah pegunungan, melakukan perneriksaao laberatorium saderhana dan mendatangkan petugas PKM dalam sadap kegiatan posyandu lansia serta melakukan senam lansia secara rutin.


 

As the consequence of the result of health development is the increase of life expectacy age that leads to the increase in the number of the elderly people in Indonesia including its health problem. In order to overcome the problem, an effort is conducted in the form of activities of the integrated health posts (posyandu) for the elderly that aims to make the pre elderly people (aged 45-59) aod elderly people (aged'?:60) become healthy and self reliant by conducting their health examination and social activities regularly. The number of utilization of the integrated health posts for the elderly in the working area of Naras Health Center of Pariaman City was still low (13.23%) in 2007. The number was lower than Minimal Service Staodard (SPM), that was 40%. The study aimed to obtain the information of the utilization of the integrated health posts for the elderly and factors supported and delayed in utilizing the integrated health posts for the elderly in the working area of Naras Health Center of Pariaman City. To overcome the problems mentioned above, it is needed a elucidation (communication, information, and education) about the integrated health posts fur the elderly intensively with following steps: advocacy towards the Health Office of Pariaman City to get the financial support of socialization of the integrated health posts to repair the medical appliances and to procure the health monitoring card (KMS) for the elderly, to maintain the socialization of the integrated health posts for the elderly through training for regional assistance staffs and health volunteers, to run the elucidation through local media and to maintain the commitment of Naras Health Center in providing the service in the integrated health posts for elderly by adding health staffs at mountain area, to conduct the simple laboratorium test, and to make the health center staffs attended in every activity conducted in the integrated health posts, as well as to conduct the exercise for elderly regularly.

Read More
T-2877
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sasqia Rizqiana; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Dian Ayubi, Intan Kusumawati
Abstrak:
Kementerian Kesehatan RI melaporkan bahwa prevalensi merokok pada usia 10-18 tahun pada tahun 2023 di Indonesia mencapai 7,4%. Tingkat merokok pada remaja dapat dikurangi dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa SMA DKI Jakarta Tahun 2023. Penelitian ini menggunakan data Survei Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan menggunakan desain studi cross-sectional yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan lingkungan keluarga merokok (p=0,0001), pola asuh negatif (p=0,0001), dan tekanan teman sebaya (p= 0,0001) dengan perilaku merokok pada siswa, sedangkan pada self-esteem tidak terdapat hubungan dengan perilaku merokok pada siswa (p=0,582). Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan self-esteem, lingkungan keluarga merokok, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok siswa perempuan, sedangkan pada laki-laki terdapat hubungan lingkungan keluarga merokok, pola asuh negatif, dan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok. Selain itu, terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan tekanan teman sebaya dengan perilaku merokok pada siswa. Sementara itu, tidak terdapat pengaruh pola asuh negatif pada hubungan self-esteem dengan perilaku merokok pada siswa. Oleh karena itu, disarankan untuk mengadakan layanan konseling dan program peer educator/peer counselor pada siswa.

The prevalence of smoking among 10-18 years old in Indonesia reach 7,4% in 2023. Understanding the factors associated with smoking behavior can reduce smoking rates in adolescents. The purpose of this study is to determine the relationship between self-esteem, smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior among high school students in DKI Jakarta in 2023. This study uses data from the Adolescent Behavior Survey of High School Students in DKI Jakarta using a cross-sectional study design that was analyzed univariate, bivariate, and stratified. The results of the study showed a relationship between smoking family environment (p=0,0001), negative parenting (p=0,0001), and peer pressure (p=0,0001) with smoking behavior among students. Meanwhile, self-esteem (p=0,582) is not related to smoking behavior among students. Stratified analysis shows a relationship between self-esteem, smoking family environment, and peer pressure with smoking behavior among female students, while among male students, there is a relationship between smoking family environment, negative parenting, and peer pressure with smoking behavior. Apart from that, negative parenting influences the relationship between peer pressure and smoking behavior among students. Meanwhile, there was no influence of negative parenting on the relationship between self-esteem and smoking behavior among students. Therefore, it is recommended to provide counseling services and peer educator/peer counselor programs for students.
Read More
S-11658
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cindy Clarissa Ghani; Pembimbing: Tri Krianto Karjoso; Penguji:Caroline Endah Wuryaningsih, Evelyn Hotma Fransisca Tamba
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi kerentanan dan keparahan mereka terhadap COVID-19, bagaimana motivasi personal dan motivasi sosial mereka dalam melakukan physical distancing, serta bagaimana praktik perilaku physical distancing yang dilakukan mereka. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan metode Rapid Assessment Procedure (RAP) dengan melakukan wawancara mendalam dan penelusuran melalui media sosial terhadap 9 informan yang merupakan masyarakat dewasa muda, serta wawancara mendalam terhadap orang terdekat seperti keluarga, sahabat, atau kekasih dari informan.
Read More
S-10755
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wulan Ningsih; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Nunung Nurlaela Sari
Abstrak:
Data hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan prevalensi anemia dari 22.7% ditahun 2013 menjadi 32% di tahun 2018. Remaja putri menjadi kelompok yang rentan mengalami anemia. Pendistribusian tablet tambah darah (TTD) melalui usaha kesehatan sekolah (UKS) menjadi salah satu upaya pencegahan anemia remaja dan didukung berbagai kegiatan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mendalam mengenai gambaran pelaksanaan UKS terkait pencegahan anemia di SMAN 63 Jakarta. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan informan meliputi penanggung jawab UKS Puskesmas, Kepala Sekolah, Guru Pembina UKS, Pengurus UKS, dan siswa sekolah terkait. Hasil penelitian menunjukkan komponen input untuk pencegahan anemia sudah tersedia baik SDM, dana, sarana prasarana. Dalam komponen proses, kegiatan pencegahan anemia meliputi penyuluhan, distribusi TTD, deteksi dini, sarapan bersama, dan hari minum TTD bersama di sekolah. Namun masih ada kegiatan yang belum rutin dilakukan dan proses pengawasan belum dilakukan dengan maksimal. Capaian kegiatan pencegahan anemia di sekolah tersebut untuk distribusi TTD sudah mencapai target yang ditetapkan (> 70%) namun untuk konsumsinya belum diperhatikan. Oleh sebab itu, disarankan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan pengawasan konsumsi TTD para siswinya. Puskesmas diharapkan memastikan terlaksananya kegiatan minum TTD bersama di sekolah dan dinas pendidikan turut mengawasi pihak sekolah terkait kegiatan pencegahan anemia yang dilakukan.

Data from basic health research (Riskesdas) shows an increase in the prevalence of anemia from 22.7% in 2013 to 32% in 2018. Adolescent girls are a group that is vulnerable to anemia. The distribution of iron tablets (TTD) through school health program (UKS) is one of the efforts to prevent anemia in adolescents and is supported by various other activities. This study aims to explore in-depth information regarding the description of UKS implementation related to anemia prevention at SMAN 63 Jakarta. This research was qualitative research with informants including the person in charge of UKS program ini the community health center, school principals, UKS supervisor teachers, UKS administrators, and related school students. The results of the study show that input components for anemia prevention are available both man, money, material. In the process component, anemia prevention activities include counseling, iron tablets distribution, early detection, breakfast together, and day of taking iron tablets together at school. However, there are still activities that have not been routinely carried out and the monitoring process has not been carried out optimally. The achievement of anemia prevention activities in these schools for the distribution of iron tablets has reached the set target (> 70%) but the consumption has not been considered. Therefore, it is suggested for the school to increase supervision of the consumption of iron tablets for their students. The Community Health Center is expected to ensure that joint iron tablets activities are carried out at schools and the education office will also oversee the school regarding anemia prevention activities being carried out.
Read More
S-11348
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tabina Martiza Alam; Pembimbing: Ella Nurlaela Hadi; Penguji: Tiara Amelia, Andika Achmad Prasetia
Abstrak:
Penggunaan rokok di masyarakat sudah dianggap sebagai suatu kebiasaan normal. Global Youth Tobacco Survey menemukan bahwa prevalensi merokok pada anak usia kurang dari 20 tahun tercatat sebesar 75% dengan rincian 23,1% mulai di usia 10-14 tahun dan 52,1% mulai di usia 15-19 tahun. Badan Pusat Statistik menunjukkan prevalensi merokok tembakau pada penduduk usia 15 tahun ke atas terus mengalami peningkatan setiap tahun. Sebagai upaya peningkatan pencegahan dan pengendalian masalah merokok pada remaja, Kementerian Kesehatan membuat rangkaian program Skrining Perilaku Merokok Pada Anak Usia Sekolah (SPMAS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku merokok dan skrining kadar CO smoker pada anak usia sekolah di wilayah kerja UPTD Puskesmas Beji Tahun 2023. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian observasional deskriptif. Pada penelitian ini semua populasi pada data laporan program dijadikan subyek penelitian, yaitu sebesar 313 responden. Dari penelitian ini, sebanyak 65 responden (20,8%) menggunakan rokok dan sebanyak 31 responden (9,9%) memiliki kadar CO yang berbahaya. Untuk itu, perlu dilakukan upaya peningkatan kesadaran dengan memberikan edukasi kepada warga sekolah dan orang tua siswa terkait bahaya merokok sehingga dapat membuat warga sekolah dan orang tua siswa lebih paham dan mulai menghindari perilaku merokok baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah.

Cigarette use in society is considered a normal habit. Global Youth Tobacco Survey found that the prevalence of smoking in children aged less than 20 years was recorded at 75% with details of 23.1% starting at the age of 10-14 years and 52.1% starting at the age of 15-19 years. The Central Bureau of Statistics shows the prevalence of tobacco smoking in the aged population 15 years and above continues to increase every year. To improve the prevention and control of smoking problems in adolescents, the Ministry of Health created a series of Smoking Behavior Screening for School-Age Children (SPMAS) programs. This study aims to determine the description of smoking behavior and screen for CO levels of smokers in school-age children in the Beji Community Health Center UPTD working area in 2023. The research method used was quantitative with a descriptive observational research design. In this study, all populations in the program report data were used as research subjects, namely 313 respondents. From this study, 65 respondents (20.8%) used cigarettes and 31 respondents (9.9%) had dangerous CO levels. For this reason, efforts need to be made to increase awareness by providing education to school residents and parents of students regarding the dangers of smoking so that school residents and parents of students can understand more and start avoiding smoking behavior both in the school environment and at home.
Read More
S-11848
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive