Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 27379 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Fakhmi Dwi Novaliudin; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Tri Krianto, Muhammad Wicaksono Sulistono
Abstrak:
Program wellness di tempat kerja adalah program untuk mengidentifikasi dan pengendalian penyakit terkait sindrom metabolik, pemberhentian perilaku merokok, latihan fisik dan kebugaran, nutrisi dan pengendalian pola makan, serta manajemen stres pribadi dan pekerjaan, yang diharapkan pekerja dapat terus aktif, terampil sehat dan produktif hingga usia 65 tahun. Sebuah efektivitas program wellness juga perlu dilihat dari sisi karyawan selain itu melihat pentingnya program wellness dalam mengendalikan sindrom metabolik pada karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang memiliki tujuan untuk menggali informasi secara mendalam faktor yang dapat berperan penting terhadap pembentukan persepsi karyawan terhadap implementasi program wellness di PT. X tahun 2024. Informan penelitian ini adalah karyawan PT. X yang ikut serta di dalam program wellness, pengelola program wellness di PT. X, dokter pendamping wellness, karyawan di luar program wellness, serta manajemen PT. X. Pemilihan informan pada penelitian ini dengan menggunakan metode purposive yang sudah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan PT. X menunjukkan persepsi positif terhadap program wellness yang dijalankan, Program wellness juga memberikan sejumlah manfaat positif bagi karyawan dan PT. X di dalam implementasinya. Selain itu faktor pelaku persepsi (sikap, pengalaman, dan harapan) dan faktor situasi (waktu, keadaan tempat kerja, dan keadaan sosial) berperan penting dalam pembentukan persepsi karyawan di dalam menjalankan program wellness di PT.X.

A workplace wellness program is a program for identifying and controlling diseases related to metabolic syndrome, cessation of smoking behavior, physical exercise and fitness, nutrition and diet control, as well as personal and work stress management, with the hope that workers can continue to be active, skilled, healthy and productive until 65 years old. The effectiveness of a wellness program also needs to be seen from the employee's perspective, apart from looking at the importance of a wellness program in controlling metabolic syndrome in employees. This research is qualitative research that aims to explore in-depth information on factors that can play an important role in forming employee perceptions regarding the implementation of wellness programs at PT. X year 2024. The informants for this research are employees of PT. X who participated in the wellness program, wellness accompanying doctors, employees outside the wellness program, and PT.X management. The selection of informants in this research used a predetermined purposive method. The research results show that employees of PT. X show a positive perception of the wellness program being implemented. The wellness program also provides several positive benefits for employees and PT. X in its implementation. Apart from that, perception factors (attitudes, experiences and expectations) and situational factors (time, workplace conditions and social conditions) play an important role in forming employee perceptions in implementing wellness programs
Read More
S-11627
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Patar Sebastiano Sinaga; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Tri Krianto, Alika Luisa Nabasa
Abstrak:

Latar Belakang : Penyakit tidak menular masih menjadi penyebab mendasar masalah kesehatan manusia yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyakit Tidak Menular (PTM) atau yang disebut juga Non Communicable Disease merupakan penyakit kronis yang berlangsung lama dan bentuk dari hasil kombinasi faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku. Dalam hal mengkonsumsi minuman kemasan harus dilakukan secara bijak dan tidak berlebihan. Hal ini dikarenakan minuman kemasan tinggi akan kaya gula yang dapat mengakibatkan penyakit tidak menular seperti halnya Diabetes Mellitus. Masalah yang terjadi pada era globalisasi seperti sekarang ini adalah proporsi kadar gula darah puasa yang terganggu, sehingga akan menggambarkan perilaku secara sadar dan keinginan untuk dapat mengontrol penyakit gula darah tinggi. Selain itu ingin mengetahui gambaran konsumsi, pengetahuan dan sikap terhadap minuman berpemanis dalam kemasan pada PT. X
Tujuan : Ingin mengetahui gambaran konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan yang mencakup pengetahuan, sikap dan motivasi pada karyawan di PT X.
Metode Penelitian : Disain penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. metode pengumpulan data dengan cara wawancara, dokumentasi, serta observasi. Informan berjumlah 5 yang diantaranya adalah 4 informan utama yang berkerja di PT. X dan 1 informan kunci seorang ahli gizi dari salah satu puskesmas di wilayah bekasi. Serta triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber.
Hasil : Para informan tahu betul frekuensi dan momen ketika mereka cenderung minum manis – misalnya setiap hari kerja sekali sehari, lebih sering di kantor, atau minimal saat-saat tertentu (seperti selepas makan siang). Sikap informan terhadap dampak minuman manis cenderung meremehkan potensi efek negatif jangka pendek, karena sebagian besar tidak merasakan gangguan kesehatan yang berarti sejauh ini. Secara keseluruhan, motivasi konsumsi minuman manis pada karyawan PT. X ini bersifat kompleks dan saling berkaitan. Kombinasi dorongan internal (mengantuk, butuh energi, stress relief, selera) dan faktor eksternal (ajak teman, ketersediaan, kebiasaan kantor) menciptakan lingkungan motivasional yang kuat bagi perilaku tersebut untuk berlangsung terus.


Backgorund : Non-communicable diseases are still the underlying cause of human health problems in the Republic of Indonesia. Non-communicable diseases (NCDs) or also called Non-Communicable Diseases are chronic diseases that last a long time and are a form of a combination of genetic, physiological, environmental and behavioral factors. In terms of consuming packaged drinks, it must be done wisely and not excessively. This is because packaged drinks are high in sugar which can cause non-communicable diseases such as Diabetes Mellitus. The problem that occurs in the current era of globalization is the proportion of disturbed fasting blood sugar levels, so that it will describe conscious behavior and the desire to be able to control high blood sugar. In addition, researchers also want to know the picture of consumption, knowledge and attitudes towards sweetened drinks in packages at PT. X. Objective : Want to know the picture of consumption of packaged sweetened drinks which includes knowledge, attitudes and motivation of employees at PT X. Research Methods : The research design uses a qualitative research method with a case study research design. Data collection methods are by interview, documentation, and observation. There are 5 informants, including 4 main informants who work at PT. X and 1 key informant, a nutritionist from a health center in the Bekasi area. And the triangulation used is source triangulation. Result : The informants know very well the frequency and moments when they tend to drink sweet drinks – for example, once a day every working day, more often in the office, or at least at certain times (such as after lunch). The informants' attitudes towards the impact of sweet drinks tend to underestimate the potential for short-term negative effects, because most of them have not felt significant health problems so far. Overall, the motivation for consuming sweet drinks among PT. X employees is complex and interrelated. The combination of internal drives (sleepy, need for energy, stress relief, taste) and external factors (inviting friends, availability, office habits) creates a strong motivational environment for the behavior to continue

Read More
S-12061
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Raras Sekar Karyaningtyas; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Tiara Amelia, Rias Nur Wulandari
Abstrak:
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang sangat signifikan terjadi terutama di kalangan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan hipertensi pada karyawan PT Hutama Karya (Persero) Divisi Sipil Umum tahun 2024. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan menggunakan metode cross sectional, dilaksanakan pada bulan Desember 2024 dengan sampel karyawan sebanyak 140 orang.  Pengumpulan data menggunakan self administered questionnaire dengan google form meliputi variabel dependen yaitu perilaku pencegahan hipertensi dan variabel independen dari penelitian ini yaitu faktor predisposisi (usia, jenis kelamin, pendidikan, riwayat hipertensi keluarga, pengetahuan hipertensi), faktor pemungkin (pemanfaatan fasilitas kesehatan perusahaan) dan faktor penguat (dukungan keluarga). Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan faktor predisposis, faktor pemungkin dan faktor penguat terhadap perilaku pencegahan hipertensi pada karyawan PT Hutama Karya (Persero) Divisi Sipil Umum dengan nilai p-value >0,05. Perilaku pencegahan hipertensi pada karyawan dengan hasil sebanyak 120 orang responden (85,7%) cenderung kurang dalam berperilaku pencegahan hipertensi. Perlunya Pengembangkan strategi promosi kesehatan yang berkesinambungan dengan pemanfaatan teknologi serta membentuk komunitas kesehatan untuk saling mendukung dan bertukar informasi menjadi hal penting untuk meningkatkan perilaku pencegahan hipertensi di kalangan pekerja. 

Hypertension is a very significant global health problem that occurs especially among workers. This study aims to determine the factors associated with hypertension prevention behavior in employees of PT Hutama Karya (Persero) General Civil Division in 2024. This study is an analytical survey using a cross sectional method, conducted in December 2024 with a sample of 140 employees.  Data collection using a self-administered questionnaire with google form includes the dependent variable, namely hypertension prevention behavior and the independent variables of this study, namely predisposing factors (age, gender, education, family history of hypertension, knowledge of hypertension), enabling factors (utilization of company health facilities) and reinforcing factors (family support). The results of this study indicate that there is no relationship between predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors on hypertension prevention behavior in employees of PT Hutama Karya (Persero) General Civil Division with a p-value> 0.05. Hypertension prevention behavior in employees with the results of 120 respondents (85.7%) tended to be lacking in hypertension prevention behavior. The study highlights the need for continuous health promotion strategies utilizing technology and the formation of health communities to foster mutual support and information exchange. These measures are essential for improving hypertension prevention behaviors among employees.
Read More
S-11818
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mutiara Sania Rahmah; Pembimbing: Kartika Anggun Dimar Setio; Penguji: Tiara Amelia, Rinaldi Ridwan
Abstrak:
Masalah gizi pada remaja, khususnya anemia dan stunting, masih menjadi tantangan besar di Indonesia, dengan prevalensi anemia pada remaja putri mencapai 15,5%. Di Aceh, menurut Dinas Kesehatan Provinsi, angka prevalensi anemia pada remaja putri bahkan lebih tinggi, yaitu sekitar 32%. Program Aksi Bergizi diluncurkan oleh pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah ini melalui edukasi gizi dan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) di sekolah-sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi Program Aksi Bergizi di SMA X Kota Subulussalam pada tahun 2024, dengan menggunakan Teori Difusi Inovasi dalam organisasi dari Rogers untuk menganalisis proses adopsi dan keberlanjutan program di lingkungan sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Data dikumpulkan melalui FGD dan wawancara mendalam dengan informan utama, yaitu kepala sekolah, guru, tenaga kesehatan, dan siswa yang terlibat dalam program. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program Aksi Bergizi di SMA X berjalan sesuai dengan tahapan difusi inovasi Rogers. Pada tahap agenda-setting, masalah gizi dan anemia diidentifikasi sebagai isu prioritas nasional yang diteruskan ke sekolah-sekolah. Namun, tahapan ini lebih bersifat top-down dan tidak sepenuhnya didasarkan pada data lokal. Pada tahap matching, program ini dinilai relevan dengan kebutuhan siswa, terutama dalam mencegah anemia, namun pelaksanaannya terhambat oleh keterbatasan fasilitas dan waktu. Program ini lebih efektif diterapkan pada siswa asrama diabndingkan siswa non-asrama. Di tahap redefining/restructuring, meskipun sekolah telah menyesuaikan struktur dan kebijakan internal untuk mendukung pelaksanaan program, keterbatasan sumber daya dan anggaran masih menjadi kendala utama. Pada tahap clarifying, pemahaman siswa tentang program masih bervariasi, dengan sebagian siswa merasa ragu untuk mengonsumsi TTD karena kekhawatiran akan efek samping. Terakhir, pada tahap routinizing, meskipun beberapa komponen program, seperti senam dan sarapan sehat, telah menjadi bagian dari rutinitas di kalangan siswa asrama, program ini belum sepenuhnya terintegrasi dalam kegiatan sekolah secara keseluruhan. Sekolah diharapkan untuk menyusun SOP internal yang mengatur pelaksanaan program secara lebih terstruktur. Dinas Kesehatan juga perlu meningkatkan dukungan teknis, menyediakan pelatihan berkelanjutan bagi guru dan tenaga kesehatan sekolah, serta memperkuat koordinasi dalam pelaksanaan program.


Nutritional issues among adolescents, particularly anemia and stunting, remain a significant challenge in Indonesia, with the prevalence of anemia among adolescent girls reaching 15.5%. In Aceh, according to the Provincial Health Office, the prevalence of anemia among adolescent girls is even higher, around 32%. The "Aksi Bergizi" (Nutritional Action Program) was launched by the Indonesian government to address these issues through nutritional education and the provision of Iron Supplement Tablets (TTD) in schools. This study aims to assess the implementation of the Aksi Bergizi Program at SMA X in Subulussalam City in 2024, using Rogers' Diffusion of Innovations Theory to analyze the adoption process and sustainability of the program within the school environment. The research uses a qualitative approach with a case study design. Data was collected through Focus Group Discussions (FGD) and in-depth interviews with key informants, including the school principal, teachers, health staff, and students involved in the program. The results show that the implementation of the Aksi Bergizi Program at SMA X followed the stages of Rogers' innovation diffusion theory. In the agenda-setting stage, issues of nutrition and anemia were identified as national priorities passed down to schools. However, this stage was more top-down and not fully based on local data. In the matching stage, the program was considered relevant to the students' needs, especially in preventing anemia. However, its implementation faced challenges due to limited facilities and time constraints. The program was more effectively implemented with boarding students compared to non-boarding students. In the redefining/restructuring stage, although the school adjusted its internal structure and policies to support the program, limited resources and budget remained significant barriers. In the clarifying stage, students' understanding of the program varied, with some students hesitant to consume the Iron Supplement Tablets (TTD) due to concerns about side effects. Finally, in the routinizing stage, although some components of the program, such as exercise and healthy breakfasts, had become part of the routine for boarding students, the program had not yet been fully integrated into the school's overall activities. The school is recommended to establish an internal Standard Operating Procedure (SOP) to structure the implementation of the program more effectively. The Health Office should also enhance technical support, provide ongoing training for teachers and school health staff, and strengthen coordination in the program's implementation.
Read More
S-12065
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hilmy Bravianto Kartono; Pembimbing: Rita Damayanti; Penguji: Evi Martha, Dadun
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dinamika secara mendalam mengenai burnout pada karyawan-karyawan PT. X di masa pandemi COVID-19, termasuk mengenai deskripsi, akibat, serta cara coping dari para karyawan tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam dan pemberian instrumen.
Read More
S-10834
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Butsainah Putri Rahmah; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Dien Anshari, Lina Purnamaasih
Abstrak:
Saat ini, terdapat peningkatan prevalensi perokok elektronik yang pesat di Indonesia. Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021, prevalensi perokok di Indonesia meningkat 10 kali lipat dari 0.3% pada tahun 2011 menjadi 3% pada tahun 2021. Hasil SKI 2023 menunjukkan bahwa salah satu wilayah dengan prevalensi perokok elektronik tertinggi adalah DKI Jakarta dengan kelompok umur 10-14 memiliki prevalensi tertinggi yaitu 29.72%. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan serta sikap orang tua terhadap perilaku merokok elektronik pada remaja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan orang tua terhadap perilaku merokok elektronik pada remaja di SMP X Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada informan yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan orang tua memiliki pengetahuan dasar mengenai rokok elektronik yaitu berfungsi seperti rokok dengan menggunakan alat dan cairan tetapi pengetahuan mereka terhadap kandungan dan dampak kesehatan kurang. Orang tua juga memiliki sikap yang tidak setuju terhadap rokok elektronik atau sikap yang mendukung anak untuk tidak menggunakan rokok elektronik. Terdapat ragam praktik pencegahan yang dilakukan oleh orang tua seperti komunikasi terbuka, mengajarkan agama, menjaga lingkungan pertemanan anak, mendukung anak lelaki untuk berteman dengan perempuan karena melihat perempuan cenderung tidak merokok, serta memberi hukuman fisik dan non fisik. Disisi lain, seluruh informan tidak menerima informan mengenai rokok elektronik dari sekolah. Oleh karena itu, disarankan kepada sekolah untuk memberikan informasi terkait rokok elektronik kepada orang tua dan siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka sebagai salah satu upaya pencegahan perilaku merokok elektronik pada remaja.

Currently, there is a rapid increase in the prevalence of e-cigarette smoking in Indonesia. According to the Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021, the prevalence of smokers in Indonesia increased 10 times higher from 0.3% in 2011 to 3% in 2021. The 2023 GATS results show that one of the regions with the highest prevalence of e-cigarette smokers is DKI Jakarta with the age group 10-14 having the highest prevalence of 29.72%. Several studies have shown a relationship between parental knowledge and attitudes towards adolescent e-cigarette smoking behavior. This study was conducted to determine the knowledge, attitudes, and preventive practices of parents towards e-cigarette smoking behavior in adolescents at SMP X Jakarta. This study was conducted using a qualitative approach with data collection through in-depth interviews with purposively selected informants. The results showed that parents have basic knowledge about e-cigarettes, which function like cigarettes by using tools and liquids, but their knowledge of the content and health effects is lacking. Parents also have a disapproving attitude towards e-cigarettes or an attitude that supports children not to use e-cigarettes. There are various prevention practices carried out by parents such as open communication, teaching religion, maintaining children's friendship environment, supporting boys to be friends with girls because they see women tend not to smoke, and giving physical and non-physical punishment. On the other hand, all informants did not receive informants about e-cigarettes from schools. Therefore, it is recommended for schools to provide information related to e-cigarettes to parents and students to improve their knowledge and attitudes as an effort to prevent e-cigarette smoking behavior in adolescents.
Read More
S-11693
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erika; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Caroline Endah Wuryaningsih, Zakiah
Abstrak:
Anemia merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh remaja putri. Data Riskesdas menunjukkan peningkatan kasus anemia pada remaja putri dari 26,40% pada 2013, menjadi 32% pada tahun 2018. Meskipun Kementerian Kesehatan telah mengupayakan penurunan angka anemia pada remaja putri dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), tetapi Riskesdas 2018 menunjukkan hanya 2,13% remaja putri yang rutin konsumsi TTD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mendalam mengenai persepsi remaja putri di SMA X dan SMA Y terhadap perilaku konsumsi TTD melalui pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan pada siswi kelas 10, kepala sekolah, kesiswaan, orang tua siswi, serta penanggung jawab program pemberian TTD di Puskesmas Sukmajaya. Hasil penelitian menunjukkan kepatuhan siswi di SMA X dan SMA Y dalam konsumsi TTD masih rendah. Sebagian besar siswi di SMA X memiliki persepsi kerentanan rendah dan persepsi keseriusan tinggi, sementara di SMA Y sebaliknya. Seluruh siswi merasa TTD bermanfaat untuk menambah zat besi pada tubuh, namun sebagian besar belum pernah merasakan manfaatnya secara langsung. Persepsi hambatan yang dialami siswi cukup bervariasi, tetapi tidak semuanya menghalangi intensi konsumsi TTD. Ditemukan cues to action eksternal seperti dukungan orang tua, guru, dan teman, serta cues to action yang banyak akan cenderung lebih mempengaruhi perilaku konsumsi TTD. Direkomendasikan bagi pihak sekolah untuk mengimplementasikan atau memperkuat kegiatan konsumsi TTD bersama, serta meningkatkan edukasi internal terkait anemia. Puskesmas juga diharapkan dapat mendorong sekolah untuk mengadakan atau memperkuat kegiatan konsumsi TTD serta rutin memantau pelaksanaannya.

Anemia is a common health issue among adolescent girls. Data from Riskesdas shows an increase in anemia cases among adolescent girls from 26.40% in 2013 to 32% in 2018. Despite efforts by the Ministry of Health to reduce anemia rates among adolescent girls through the provision of iron supplement tablets, Riskesdas 2018 indicates that only 2.13% of adolescent girls consistently consume iron supplement tablets. This study aims to provide an in-depth understanding of the perceptions of adolescent girls at SMA X dan SMA Y regarding iron supplement tablets consumption through a qualitative approach. Data collection was conducted with 10th-grade students, school principals, student affairs staff, parents, and the person in charge of the iron supplement tablets program at the Sukmajaya Health Center. The results show that adherence to iron supplement tablets consumption among students at SMA X and SMA Y is still low. Most students at SMA X have a low perceived susceptibility and a high perceived seriousness, while at SMA Y, it is the opposite. All students understand the benefits of iron supplement tablets for increasing iron levels in the body, but most have not experienced these benefits directly. The perceived barriers to iron supplement tablets consumption vary, but not all of them hinder the intention to consume iron supplement tablets . External cues to action, such as support from parents, teachers, and friends, as well as a higher number of cues, tend to have a greater influence on iron supplement tablets consumption. It is recommended that schools implement or strengthen collective iron supplement tablets consumption activities and improve internal education on anemia. Sukmajaya Health Centers are also expected to encourage schools to conduct or reinforce collective iron supplement tablets consumption programs and regularly monitor their implementation.
Read More
S-11584
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fadilah Martiza Rafa; Pembimbing: Tiara Amelia; Penguji: Tri Krianto, Ainal Mardhiyyah
Abstrak: Rokok merupakan salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagai perlindungan masyarakat dari paparan asap rokok. Untuk mendukung implementasi kebijakan KTR di Kota Depok, Dinas Kesehatan Kota Depok berinovasi membentuk Program Kampung KTR. Keberhasilan adopsi program ini sangat dipengaruhi oleh persepsi keluarga sebagai bagian dari masyarakat terdampak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi keluarga terhadap Program Kampung KTR di RW 13 Kelurahan Cisalak ditinjau dari Karakteristik Inovasi pada Teori Difusi Inovasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procedure (RAP), melibatkan informan utama dari Keluarga Perokok dan Non Perokok, serta informan kunci seperti Ketua RW, Satgas KTR, dan Penanggung Jawab Program KTR UPTD Puskesmas Abadi Jaya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, FGD, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik keuntungan relatif, kesesuaian, dan dapat diamati cenderung mendukung adopsi inovasi, sedangkan kerumitan dan dapat dicoba berpotensi menghambat. Secara keseluruhan, persepsi keluarga terhadap Program Kampung KTR di RW 13 Kelurahan Cisalak masih beragam. Persepsi keluarga dibentuk oleh pengalaman pribadi, keterlibatan dalam program, dan paparan terhadap hasil implementasi. Untuk memperkuat adopsi program secara menyeluruh, dibutuhkan strategi pelibatan warga yang lebih luas, komunikasi yang berkesinambungan, serta tahapan implementasi yang lebih inklusif dan partisipatif.
Smoking is one of the greatest threats to public health. The Indonesian Government has implemented the No-Smoking Area (Kawasan Tanpa Rokok) policy to protect the public from exposure to cigarette smoke. To support the implementation of this policy in Depok City, the Depok City Health Office initiated the Kampung KTR (No-Smoking Area Village) Program. The success of this program’s adoption is highly influenced by the perceptions of families as members of the affected community. This study aims to analyze family perceptions of the Kampung KTR Program in RW 13, Cisalak Subdistrict, based on the characteristics of innovations in Diffusion of Innovations Theory. This research employed a qualitative approach with a Rapid Assessment Procedure (RAP) design, involving primary informants from smoker and non-smoker families, as well as key informants such as the Neighbourhood Head, the KTR task force, and KTR Program Coordinator from Abadi Jaya Health Center. Data were collected through in-depth interviews, FGD, and observation. The results show that relative advantage, compatibility, and observability tend to support the adoption of innovation, while complexity and trialability potentially hinder it. Overall, family perceptions of the Kampung KTR Program in RW 13 remain varied. These perceptions are shaped by personal experience, involvement in the program, and exposure to the outcomes. To strengthen adoption, broader community engagement, continuous communication, and a more inclusive and participatory implementation strategy are needed.
Read More
S-11969
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Abdur Rokhman Wachid; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Tiara Amelia, Ika Malika
Abstrak:
Body image didefinisikan sebagai suatu gambaran mental seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya, serta bagaimana individu tersebut mempersepsikan dan memberikan suatu penilaian tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan dengan tingkat prevalensi cukup tinggi di Indonesia. Adanya masalah obesitas pada remaja tentunya juga dapat dipicu oleh berbagai faktor salah satunya adalah terkait dengan bagaimana seorang remaja mempersepsikan gambaran tubuhnya sendiri (body image). Prevalensi obesitas pada mahasiswa S-1 Reguler FKM UI angkatan 2019 bisa dikatakan masih cukup tinggi, yaitu sebesar 21 %. Sedangkan pada mahasiswa S-1 Reguler FKM UI angkatan 2022, besar prevalensi obesitas sudah mencapai di angka 18 %. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang memiliki tujuan untuk menggali informasi secara mendalam terkait faktor yang dapat berperan penting terhadap pembentukan persepsi body image pada mahasiswa S-1 Reguler FKM UI Tahun 2023. Informan pada penelitian ini adalah mahasiswa aktif FKM UI, kerabat/sahabat terdekat mahasiswa FKM UI, ahli gizi, ahli psikologi, serta ahli antropologi. Pemilihan informan pada penelitian adalah dengan menggunakan metode purposive sampling yang sudah ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor psikologis (sikap, motif, pengalaman) dan faktor sosial (dukungan sosial, paparan media sosial, pola asuh orang tua) berperan penting terhadap pembentukan persepsi body image pada mahasiswa. Dimana persepsi terhadap tubuh juga berkaitan dengan gaya hidup sehat dan kondisi kesehatan mental mahasiswa itu sendiri. Oleh karena itu, disarankan kepada Klinik Satelit Makara UI dan organisasi kesehatan di UI untuk mengoptimalkan dalam hal mensosialisasikan pentingnya mahasiswa untuk memiliki kesadaran terkait dengan bentuk tubuh ideal.

Body image is defined as a person's mental image of the shape and size of his body, as well as how the individual perceives and gives an assessment of what is thought and felt about the shape and size of his body. Obesity is a health problem with a high prevalence rate in Indonesia. The problem of obesity in adolescents, of course, can also be triggered by various factors, one of which is related to how a teenager perceives his own body image (body image). The prevalence of obesity in FKM UI Regular Undergraduate students class of 2019 can be said to be still quite high, namely 21%. Whereas in FKM UI Regular Undergraduate students class of 2022, the prevalence of obesity has reached 18%. This research is a qualitative research which aims to dig up indepth information regarding factors that can play an important role in the formation of body image perceptions in FKM UI Regular Undergraduate students in 2023. Informants in this study are active FKM UI students, relatives/closest friends of students FKM UI, nutritionists, psychologists, and anthropologists. The selection of informants in the study was to use a predetermined purposive sampling method. The results showed that psychological factors (attitudes, motives, experiences) and social factors (social support, exposure to social media, parenting patterns) play an important role in the formation of body perceptions in college students. Where it is felt towards the body is also related to a healthy lifestyle and the mental health condition of the students themselves. Therefore, it is suggested to the Makara UI Satellite Clinic and health organizations at UI to optimize it in terms of socializing the importance of students to have awareness related to ideal body shape.
Read More
S-11363
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Azhar Zuhir Syah Faris; Pembimbing: Caroline Endah Wuryaningsih; Penguji: Dian Ayubi, Gangsar Lukmanjaya
Abstrak:

Latar Belakang: Konsep gizi seimbang adalah setiap orang harus memperhatikan sendiri kebutuhan nutrisi berdasarkan aktivitas dan kebutuhan harian sesuai usianya. Pedoman Gizi Seimbang diantaranya ada berbagai variasi makanan. Pesan gizi seimbang diantaranya adalah konsumsi banyak sayur dan cukup buah, membiasakan mengonsumsi lauk pauk tinggi protein. Membiasakan makan berbagai ragam makanan pokok, matasi makan makanan manis, asin, dan berlemak. Biasakan sarapan pagi, membiasakan minum air putih yang cukup dan aman serta memiasakan membaca label kemasan makanan.

Metode: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Gizi Seimbang Pada Pegawai PT XY Di DKI Jakarta Tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data primer. Sampel penelitian ini berjumlah 280 sampel.

Kesimpulan: Sebagian besar responden tidak berperilaku gizi seimbang sebanyak (53,6%), Terdapat hubungan faktor predisposisi (pengetahuan) p value=0,004 OR 2, faktor predisposisi (sikap) p value=0,012 OR 1,8, faktor pemungkin (paparan media edukasi gizi) p value=0,003 OR 2,1 dan faktor penguat (peran keluarga) dengan perilaku gizi seimbang pegawai PT XY di Jakarta dengan p value=0,042 OR 2,1. Saran yang peneliti berikan hendaknya pengelola Promosi kesehatan melakukan advokasi kepada perusahaan untuk melakukan gerakan Pegawai sadar gizi, penyediaan kantin sehat, Bantuan perhitungan kebutukan kalori dan zat gizi pada Pegawai sesuai keadaan, menu makanan yang dianjuran serta aktivitas fisik yang perlu dilakukan. Memberikan pendampingan ahli gizi dalam upaya Pegawai melaksanakan program gizi seimbang secara efektif dan dukungan berkelanjutan. Melakukan publikasi di media sosial dengan tagar khusus peduli gizi seimbang


Background:. The concept of balanced nutrition is that everyone must pay attention to their own nutritional needs based on their activities and daily needs according to their age. Balanced Nutrition Guidelines include various food variations. Balanced nutrition messages include consuming lots of vegetables and enough fruit, getting used to consuming high-protein side dishes. Getting used to eating a variety of staple foods, avoiding sweet, salty, and fatty foods. Getting used to having breakfast, getting used to drinking enough and safe water and getting used to reading food packaging labels.   Method: The purpose of this study was to determine the faktor s related to Balanced Nutrition Behavior in PT XY Employees in DKI Jakarta in 2024. This study is a quantitative study with a cross-sectional design using primary data. The sample of this study amounted to 280 samples.   Conclusion: Most respondents did not a balanced nutrition as much as (53.6%), There wass a relationship between predisposing faktor s (knowledge) p value = 0.004 OR 2, predisposing faktor s (attitude) p value = 0.012 OR 1.8, enabling faktor s (exposure to nutrition education media) p value = 0.003 OR 2.1 and reinforcing faktor s (family role) with balanced nutrition behavior of PT XY employees in Jakarta with p value = 0.042 OR 2.1. The suggestion to health promotion managers should carry out advocacy to companies to carry out a movement for employees to be aware of nutrition, provide healthy canteens, Assistance in calculating calorie and nutrient needs for employees according to their circumstances, recommended food menus and physical activities that need to be done. Provide assistance from nutrition experts in efforts for employees to implement balanced nutrition programs effectively and ongoing support. Conduct publications on sosial media with a special hashtag caring for balanced nutrition 

Read More
S-11805
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive