Ditemukan 27056 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Armando Wijaya Tampubolon; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Edy Sufaat
Abstrak:
Read More
Emisi kendaraan termasuk emisi lalu lintas dan transportasi telah menjadi sumber partikulat terbesar di banyak kota di berbagai negara. Masalah kesehatan akibat partikulat dari kendaraan bermotor tidak hanya dapat terjadi di sekitar jalan raya, tetapi juga dapat terjadi di industri yang bersinggungan dengan kendaraan bermotor. Dengan kondisi tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian di UP PKB Pulo Gadung untuk melihat hubungan antara konsentrasi PM2,5 dengan keluhan gangguan pernapasan. Sampel penelitian berjumlah 38 orang, yang terdiri dari penguji mekanis dan civitas FKM UI sebagai sampel pembanding. Hasil rata-rata pengukuran yang dilakukan di jalur uji mekanis adalah sebesar 100,53 μg/m3. Sedangkan hasil pengukuran di lingkungan FKM UI sebagai pembanding rata-rata sebesar 56,72 μg/m3. Sebanyak 33 dari 38 sampel mengalami gejala gangguan pernapasan, dengan gejala yang paling banyak dialami adalah bersin (76,31%). Dari hasil uji chi-square antara konsentrasi PM2,5 dan keluhan gangguan pernapasan didapatkan p-value = 0,05, yang artinya ada hubungan signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan keluhan gangguan pernapasan.
Vehicle emissions including traffic and transportation emissions have become the largest source of particulates in many cities in various countries. Health problems due to particulates from motor vehicles can not only occur around the highway, but can also occur in industries that are in contact with motor vehicles. Under these conditions, researchers wanted to conduct a study at UP PKB Pulo Gadung to see the relationship between PM2.5 concentrations and complaints of respiratory problems. The study sample totaled 38 people, consisting of mechanical testers and FKM UI community members as a comparison sample. The average result of measurements taken in the mechanical test track was 100.53 μg/m3. While the measurement results in the FKM UI environment as a comparison averaged 56.72 μg/m3. A total of 33 out of 38 samples experienced respiratory symptoms, with the most experienced symptom being sneezing (76.31%). From the results of the chi-square test between PM2.5 concentrations and respiratory complaints, the p-value = 0.05 was obtained, which means that there is a significant relationship between PM2.5 concentrations and respiratory complaints.
S-11697
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Aisyah Indriani; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Mila Tejamaya, Rudy Saptari Sulesuryana
S-9014
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Zuly Prima Rizky; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Mila Tejamaya; Fatchuri
S-8897
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Adinda Kusumawardhani; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Mila Tejamaya, Fatchuri
S-9012
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rafi Sufianto; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Edy Sufa'at
Abstrak:
Read More
Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Unit Pulo Gadung merupakan serangkaian kegiatan menguji dan/atau mengecek komponen kendaraan bermotor untuk memastikan pemenuhan persyaratan teknis dan kelaikan jalan. Oleh karena itu, pekerja di UP PKB Pulo Gadung berisiko mengalami kejadian tekenanan panas yang berpotensi keluhan kesehatan subjektif akibat panas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kejadian tekanan panas melalui pengukuran real time monitoring heat index dengan keluhan kesehatan subjektif. Faktor – faktor risiko yang diteliti meliputi faktor kondisi lingkungan, faktor karakteristik pekerja dan faktor aktivitas pekerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain metode cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat hasil pengembangan real time monitoring heat index. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 40 pekerja. Hasil penelitian terdapat hubungan antara kejadian tekanan panas dengan keluhan kesehatan subjektif (OR = 5,571) yang menunjukkan bahwa 20 pekerja outdoor seluruhnya mengalami kejadian tekanan panas, dengan 7 (35%) pekerja mempunyai keluhan ringan dan 13 (65%) pekerja lainnya mempunyai keluhan berat. Di sisi lain, seluruh pekerja indoor yang berjumlah 20 pekerja tidak mengalami kejadian tekanan panas, dengan 15 (75%) pekerja mempunyai keluhan ringan dan 5 (15%) pekerja lainnya mempunyai keluhan berat.
Vehicle Testing (PKB) Pulo Gadung Unit is a series of activities to test and/or check motor vehicle components to ensure the fulfillment of technical requirements and roadworthiness. Therefore, workers at UP PKB Pulo Gadung are at risk of experiencing heat stress events that have the potential for subjective health complaints due to heat. This study aims to see the relationship between the incidence of heat stress through the measurement of real time monitoring heat index with subjective health complaints. The risk factors studied include environmental condition factors, worker characteristics factors and work activity factors. This study is a quantitative study with a cross-sectional method design. Data collection was carried out using questionnaires, observations, and environmental measurements using a tool developed from the real time monitoring heat index. The number of samples in this study was 40 workers. The results showed that there was a relationship between the incidence of heat stress and subjective health complaints (OR = 5.571) which showed that 20 outdoor workers all experienced heat stress, with 7 (35%) workers having mild complaints and 13 (65%) other workers having severe complaints. On the other hand, all 20 indoor workers did not experience heat stress, with 15 (75%) workers having mild complaints and 5 (15%) workers having severe complaints.
S-11647
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Shella Rachma Dianty; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Mila Tejamaya, Rudy Saptari Sulesuryana
Abstrak:
Diesel Particulate Matter (DPM) adalah zat yang dianggap menjadi salah satu faktor risiko dari perkembangan penyakit degeneratif seperti kanker (IARC, 2012), kardiovaskular, dan penurunan fungsi paru melalui mekanisme stress oksidatif.Stress oksidatif dianggap sebagai mekanisme perantara dari pajanan partikulat menuju dampak kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan konsentrasi biomarker stress oksidatif yaitu malondialdehyde (MDA) dan penurunan fungsi paru dengan pajanan DPM 2.5 pada kelompok terpajan (penguji mekanis di UP PKB) dan kelompok pembanding. Pengukuran DPM 2.5 dilakukan menggunakan sioutas cascade impactordan filter berjenis quartz. Analisis MDA dilakukan dengan metode Wills (1996) melalui sampel urin responden, sedangkan penurunan fungsi paru dideteksi melalui tes spirometri. Hasil menunjukkan pajanan DPM 2.5 secara signifikan berhubungan dengan peningkatan konsentrasi MDA dan penurunan fungsi paru-paru, dengan derajat keeratan sedang hingga kuat (r= 0,438; r=-0,629; p<0,05). Pajanan DPM 2.5 secara kronis dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi MDA dalam urin dan menurunkan fungsi paru, sehingga tindakan korektif dan preventif perlu dilakukan pada kelompok yang terpajan dengan DPM 2.5 untuk mencegah efek kesehatan kronis di kemudian hari. Kata Kunci: Partikulat Diesel 2.5, Malondialdehyde, FungsiParu Diesel Particulate Matter (DPM) 2.5 µm is considered to be one of the risk factors for degenerative diseases such as cancer (IARC, 2012), cardiovascular, and declined lung function through oxidative stress mechanism. Oxidative stress is considered as an intermediary mechanism from particulate exposure to health effects. This study was conducted to see the correlation of oxidative stress biomarker which is malondialdehyde (MDA) and decline of lung function with DPM 2.5 exposure in exposed group and non-exposed group. Sampling DPM 2.5 was performed using sioutas cascade impactor and quartz type filter. MDA analysis was done by Wills (1996) method through respondent's urine sample, whereas pulmonary function decline was detected through spirometry test. The results show that DPM 2.5 exposure was significantly associated with elevated MDA concentrations and declined lung function, with moderate to stronger degree (r = 0.438; r = -0.629; p<0,05). Chronic DPM 2.5 exposure may lead to increased MDA concentrations in the urine and declined lung function, so corrective and preventive action should be taken groups exposed to DPM 2.5 to prevent chronic health effects in the future. Keyword: Diesel Particulate Matter 2.5, Malondialdehyde, Lung Function
Read More
S-9690
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ahmad Tahta Kurniawan; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Mila Tejamaya, Rudy Saptari Sulesuryana
S-9210
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Brian Orchidias Seik; Pembimbing: Doni Hikmat Ramadhan; Penguji: Mila Tejamaya, Ali Syahrul Chairuman
Abstrak:
Diesel Engine Exhaust adalah campuran kompleks dari substansi pada fase akhir gas danpartikulat pada saat pembakaran bahan bakar diesel. Fase partikulat DEE disebut dengan DieselExhaust Particles (DEP) dimana pada fase ini, terdapat beberapa elemen seperti ElementalCarbon (EC) dan komponen organik lainnya. Saat ini, EC digunakan sebagai parameterturunan bagi penilaian pajanan terhadap Diesel Particulate Matter (DPM) karena keakuratanpengukuran pada konsentrasi partikulat yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiapakah parameter EC dapat digunakan sebagai penanda DPM dengan menggunakan fraksipartikulat yang lebih kecil yaitu PM 0.25 dengan menggunakan desain penelitian observasionaldengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengambil 46 sampel filter yangdiambil di UP PKB Cilincing, Ujung Menteng dan Kelompok Kontrol pada bulan April-Mei2018. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kelompok pengukuran dengan hasil analisis ECterhadap PM 0.25 bekorelasi positif dan linear signifikan adalah kelompok uji UP PKBCilincing, Kelompok Terpajan (Cilincing-Ujung Menteng), dan seluruh kelompok uji(Cilincing, Ujung Menteng, dan Kelompok Kontrol) (Sig<0.05) dengan derajat keeratansedang berkisar antara r=0,437 hingga r=0,526 serta koefisien determinasi berkisar antaraR2 =0,191 hingga R2 =0,277 (p<0.05) yang berarti parameter konsentrasi PM 0.25 memilikihubungan yang linear dan signifikan terhadap parameter EC. Korelasi paling erat ditunjukkandi UP PKB Cilincing (r=0,526, p=<0.025) sedangkan hasil uji analisis menyimpulkan bahwatidak terdapat korelasi positif antara variabel EC terhadap PM 0.25 di UP PKB Ujung Menteng(Sig>0.05, r=0,250; R 2 =0,063).Kata Kunci: Analisis Konsentrasi; Diesel Particulate Matter; Elemental Carbon; KonsentrasiParticulate Matter; Particulate Matter 2.5; Particulate Matter 0.25.
Read More
S-10285
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hardi Atmajaya; Pembimbing: Hendra; Penguji: L. Meily Kurniawidjaja, Sunjaya
S-8929
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hani Ramadhani; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Hendra, Dadan Erwandi, Rudi Saptari, Syahrul Effendi Panjaitan
Abstrak:
Pajanan diesel partikulat (DPM PM0.25) dapat menyebabkan gangguan sistem saluran pernapasan dan keluhan kesehatan terhadap pekerja, namun belum banyak penelitian dilakukan di Indonesia mengenai hal tersebut padahal IARC telah mengkategorikannya sebagai senyawa karsinogenik. Analisis pajanan dan hubungannya terhadap keluhan gangguan pernapasan subjektif dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit terhadap pekerja. Penelitian dilakukan terhadap petugas penguji kendaraan di UP PKB Cilincing sebanyak 24 orang melalui pengukuran pajanan personal DPM PM0.25 dan Black Carbon (BC) (20 orang) dan wawancara (24 orang). Konsentrasi pajanan BC personal berkisar antara 12,05 μg/m,3 sampai dengan 84,87 μg/m3. Keluhan yang dialami petugas penguji kendaraan adalah bersin dan hidung tersumbat (masing-masing sebanyak 50%), sakit tenggorokan dan batuk kering (masing-masing sebesar 41.7%), sesak nafas (20.8%), batuk berdahak (33.3%), nafas bunyi (mengi) (12.5%) dan sakit dada (8.3%) . Diduga BC bukan merupakan satu-satunya pemicu dan bukan penyebab langsung dalam kejadian keluhan gangguan penapasan subjektif. Kata kunci: Diesel partikulat, karbon hitam (Black Carbon), keluhan gangguan pernapasan, Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Diesel particulate exposure (DPM PM0.25) may cause respiratory system disease and health complaints to the worker. Limited research found about this subject in Indonesia, yet IARC has categorized it as a carcinogenic compound. Analysis of exposure and its relation to respiratory health complaints as one of the prevention of disease in the workplace. The research was conducted on 24 mechanics at UP PKB Cilincing through the measurement of personal exposure DPM PM0.25 and Black Carbon (BC) (20 people) and interview (24 people). The concentration of BC personal exposure ranged from 12.05 μg / m3 to 84.87 μg / m3. The common complaints experienced by mechanics were sneezing and nasal congestion (50% each), sore throat and dry cough (41.7% respectively), dyspnea (20.8%), wet cough (33.3%), wheezing (mengi) (12.5%) dan chest pain (8.3%) . Allegedly BC is not the only factor and act not as the direct cause in the incidence of subjective respiratory health complaints. Keywords: Particulate particulate, Black Carbon, Respiratory health complaints, Vehicle Testing (PKB)
Read More
T-4921
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
