Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30302 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Chandra Satrya; Promotor: Indri Hapsari Susilowati; Kopromotor: Zulkifli Djunaidi, Sabarinah; Penguji: L. Meily Kurniawidja, Widura Imam Mustopo, Yuli Sulistiyohadi, Agus Triyono, Rudiyanto
Abstrak:
ABSTRAK Budaya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan jalan atau cara memasyarakatkan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Budaya keselamatan dan kesehatan kerja meliputi banyak aspek mulai dari atribut yang yang tidak nyata yang dimiliki karyawan sampai kepada yang bersifat artifak yang bisa terlihat nyata di lingkungan perusahaan. Penelitian itu bertujuan untuk menggali dan menganalisis fenomenafenomena yang terjadi di perusahaan yang semula memiliki kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah serta angka kecelakaan fatal yang t inggi dimana kemudian mengalami perubahan yang bermakna dan memperlihatan pertumbuhan budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang poistif. Penelitian ini menerapkan Explanatory Sequential Mix-Method. Hasil analisis penelitisan menunjukkan kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah dapat dipicu dengan pendekatan paksa oleh lembaga yang berwenang dan menghasilkan praktek manajemen sitem, manajemen risiko serta praktek kepemimpinan yang lebih baik. Kesimpulannya adalah: pada perusahaan dimana kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sangat rendah maka pendekatan paksa perlu dan dapat diandalkan untuk memicu peningkatan budaya serta praktek manajemen K3 serta menurunkan kecelakaan fatal yang bermakna. Kata kunci: budaya keselamatan dan kesehatan kerja, kepemimpinan, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, manajemen risiko.

ABSTRACT The culture of occupational safety and health is a way to promote occupational safety and health in the company. The culture of occupational safety and health includes many aspects, from intangible attributes possessed by employees to tangible artifacts visible in the company environment. This research aims to explore and analyze phenomena occurring in companies that initially had low awareness of occupational safety and health and high rates of fatal accidents, which then experienced significant changes and showed growth in a positive safety and health culture. This research applies the Explanatory Sequential Mix-Method. The analysis results indicate that low awareness of occupational safety and health can be triggered by a forced approach by authorized institutions, resulting in better management system practices, risk management, and leadership practices. The conclusion is: in companies where awareness of occupational safety and health is very low, a forced approach is necessary and reliable to trigger the improvement of the culture and management practices of occupational safety and health and to significantly reduce fatal accidents. Keywords: culture of occupational safety and health, leadership, occupational safety and health management system, risk management.
Read More
D-533
Depok : FKM-UI, 2024
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Andhika Stevianingrum; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Fatma Lestari, Chandra Satrya, Astrid Wina Lestari, Siti Rahmatia Pratiwi
Abstrak: Tesis ini membahas terkait gambaran tingkat kematangan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (Safety Culture Maturity Level) serta kinerja keselamatan di PT. X, sebuah perusahaan jasa pertambangan batubara. Penelitian dilakukan dengan pendekatan semi-kuantitatif dengan desain studi cross-sectional pada pekerja di jobsite A,B,C,D pada bulan April - Juni 2022. Variabel kematangan budaya K3 nantinya dilihat keterkaitannya terhadap kinerja keselamatan di PT.X. Hasil penelitian menunjukkan hasil tingkat kematangan budaya keselamatan di PT X pada level Proaktif dengan kinerja keselamatan berdasarkan tingkat kejadian kecelakaan yang dinilai baik, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kematangan budaya keselamatan dengan kinerja keselamatan di PT.X
Read More
T-6395
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agustinus Edy Kurniawan; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Ridwan Z. Sjaaf, Andreas Bambang Purnama
T-2093
Depok : FKM UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
I Made Pasek Dwi Pertama; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Ridwan Zahdi Sjaaf, Dadan Erwandi, Soehatman Ramli, Mufthi G. Sukardi
T-4310
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fransiskus X. Supiarso; Pembimbing: Ridwan Z. Sjaaf; Penguji: Chandra Satrya, Amiroel Pribadi
Abstrak:

International Atomic Energy Agency memperkenalkan konsep budaya keselamatan sebagai respon atas kecelakaan di Chernobyl pada tahun 1986. Konsep ini telah menarik banyak perhatian para ahli dan praktisi untuk mengembangkan konsep yang serupa. Begitu banyak definisi-definisi tentang budaya keselamatan dengan pendekatan yang berbeda-beda. Perkembangan dan ilmu perilaku, sosial, budaya dan manajemen juga tidak dapat dipisahkan dari perkembangan konsep tersebut. Meski demikian, konsep dan model IAEA ini tidak berubah sejak pertama kali diperkenalkan pertama kali walau telah bauyak dokumentasi yang dikembangkan untuk mendukung atau sebagai tambahan dari model awal. Tesis ini mencoba untuk melakukan pengkajian atas konsep budaya keselamatan IAEA dan membuat model yang baru berdasarkan dokumentasi IAEA dan sumber-sumber yang lain. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik kajian isi terhadap sejumlah dokumen utama IAEA dan beberapa dokurnen tambahan Iainnya. Dari pengkajian tersebut dihasilkan lcritik dan usulan pengembangan konstruk model budaya keselamatan.


 

International Atomic Energy Agency introduced the concept of safety culture as a respond to Chernobyl disaster in 1986. This concept has raised attention of many experts and practices to develop the concept. Hence,there are many deiinitions of safety culture with different approaches. The development of behavioral, social, culture and management scientific also intluenced the concept. Even tough, the model and concept of IAEA has not been changed since it was introduced at the iirst time. However, much documentation have been produced as supplement to previous model. This research focuses to review the concept of IAEA?s safety culture and create new model based on IAEA docurnentations. By qualitative method, the author tried to interpret the meaning of text and documentation source by content analyses technique.

Read More
T-2408
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Atta Rizky Suharto; Pembimbing: Fatma Lestari; Penguji: Dadan Erwandi, Zulkifli Djunaidi, Estu Subagyo, Wenny Ipmawan
Abstrak: Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan dapat diukur dengan berapa banyak kecelakaan yang terjadi setiap tahun dan banyak profesional telah mengembangkan indikator utama sebagai budaya keselamatan untuk mencegahnya. Perusahaan yang bergerak di bidang migas juga memiliki potensi risiko kebakaran, ledakan, pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang penerapan budaya keselamatan di tempat kerja, khususnya perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi dan akan digunakan sebagai perilaku keselamatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Studi penelitian melibatkan 356 pekerja di kantor dan lapangan PT XYZ melalui survei online yang menanyakan item demografis dan dimensi iklim keselamatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji T sampel independen yang membandingkan item iklim keselamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim keselamatan dalam dimensi organsisasi, pekerjaan dan individu memperolah nilai masing-masing 4,23, 3,98 dan 4,36. Dilihat dari faktor keselamatannya, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) secara umum memiliki persepsi skor tertinggi di antara yang lainnya, sedangkan lingkungan kerja adalah yang paling rendah. Rata-rata perbandingan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara iklim keselamatan berdasarkan lokasi kerja dan pendidikan. Sedangkan variabel posisi manajemen menunjukkan perbedaan rata-rata yang meliputi komitmen manajemen, komunikasi, lingkungan yang mendukung, keterlibatan, prioritas pribadi dan kebutuhan akan keselamatan, dan lingkungan kerja. Selain itu, terdapat tiga kategori temuan paling sering dari PEKA (Safety Observation) yaitu peralatan dan perlengkapan sekitar 61,29%, kondisi lingkungan 25,32%, dan Alat Pelindung Diri 5,34%. Dari hasil pengukuran Tingkat Kematengan Budaya K3 pada PT XYZ terlihat bahwa PT XYZ berada pada level kalkulatif dengan nilai 3,04. Ditinjau dari Level jabatannya yaitu manajemen 3,1 dan pekerja level bawah 2,98
The implementation of Occupational Health and Safety (OHS) in the company can be measured with how many accidents happened each year and many professionals have developed leading indicators as safety culture to prevent these. The company focused on oil and gas sector has also potential risk to fires, explosions, environmental poollution and other work accidents. This study aims to provide comprehensive overview of safety culture implementation in the workplace, in particular oil and gas refining company and will be utilized as safety behaviour to achieve target set by the company. The research study included 356 workers in both office and field through online survey asking for demographic items and safety climate dimensions. The statistical analysis was performed with independent-samples T test comparing safety climate items. The study resulted the safety climate in the dimensions of the organization, work and individual earned values of 4.23, 3.98 and 4.36, respectively. Based on the safety factor, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) in general having highest score perception among others, while work environment has lowest score. The mean comparison showed there was no significant among safety climates based on work location and education. Meanwhile the variable of management position indicated mean difference including management commitment, communication, supportive environment, involvement, personal priorities and need for safety, and work environment. In addition, Three categories of common finding from Safety Observation (PEKA): equipment and supplies around 61.29%, environmental conditions 25.32%, and Personal Protective Equipment 5.34%. From the measurement results of the Safety Culture Maturity Level at PT XYZ, it can be seen that PT XYZ is at a calculative level with a value of 3.04. In terms of position level: upper management 3.1 and lower management 2.98.
Read More
T-6213
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Domen Manik; Pembimbing: Ridwan Z. Sjaaf
T-1901
Depok : FKM UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
C. Setyo Rohadi; Pembimbing: Ridwan Z. Sjaaf
T-1695
Depok : FKM UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rijal Noor Al-Ghiffari; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Abdul Kadir, Robiana Modjo, Agung Surya Irawan; Djunafar Eric
Abstrak: Budaya keselamatan (safety culture) didefinisikan sebagai kumpulan karakteristik dan sikap dalam organisasi dan individu yang menetapkan bahwa, sebagai prioritas utama, isu keselamatan terjamin menjadi perhatian karena signifikansinya. Sedangkan performa keselamatan merupakan capaian keselamatan yang didefinisikan berdasarkan target (tujuan terencana pada periode waktu tertentu) dan indikator (parameter berdasarkan data yang digunakan untuk memonitor dan menialai) performa keselamatan. PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang menaruh perhatian terhadap budaya keselamatan dengan risiko kerja dari aktivitas produksi minuman. Catatan performa keselamatan PT. XYZ dalam 5 tahun terkahir menunjukkan masih adanya kecelakaan kerja kategori lost time injury (LTI) dan medical treatment injury (MTI). Catatan penilaian bahaya dan risiko ditempat kerja juga menunjukkan 80% bahaya dan risiko berkaitan dengan faktor perilaku manusia. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menilai hubungan budaya keselamatan dan performa keselamatan. Penelitian dilakukan di 8 pabrik PT. XYZ yang tersebar diseluruh Indonesia dengan responden 321 karyawan di bagian manufaktur. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Juni 2022 dengan menggunakan kuesioner yang didukung dengan wawancara, obeservasi lapangan, dan data perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan skor persepsi budaya keselamatan PT. XYZ adalah 3,83 dan termasuk dalam kategori baik. Dimensi yang dipersepsikan dengan skor tertinggi ialah sistem keselamatan dan dimensi dengan skor terendah ialah tekanan pekerjaan. Perhitungan statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara budaya keselamatan dan performa keselamatan di PT. XYZ. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu memerikan gambaran budaya bukan hanya pada konteks iklin keselamatan, melainkan juga konteks budaya keselamatan organisasi yang komprehensif
Safety culture is the assembly of characteristics and attitudes in organizations and individuals which establishes that, as an overriding priority, protection and safety issues receive the attention warranted by their significance. Meanwhile, safety performance is a safety achievement that is defined based on targets (planned goals for a certain period of time) and indicators (parameters based on data used to monitor and assess) safety performance. PT. XYZ is one of the manufacturing companies that pays attention to safety culture with occupational risks from beverage production activities. PT. XYZ in the last 5 years shows that there are still occupational accidents in the lost time injury (LTI) and medical treatment injury (MTI) categories. The hazard and risk assessment records in the workplace also show that 80% of hazards and risks are related to human factors. Therefore, this study was conducted to assess the relationship between safety culture and safety performance. The research was conducted in 8 factories of PT. XYZ spread throughout Indonesia with 321 employees in the manufacturing sector as respondents. The research was conducted in March – June 2022 using a questionnaire supported by interviews, field observations, and company data. The results showed that the score of the perception of the safety culture of PT. XYZ is 3.83 and is in the good category. The dimension perceived with the highest score is the safety management system and the dimension with the lowest score is work pressure. Statistical calculations show that there is no relationship between safety culture and safety performance at PT. XYZ. Future research is expected to be able to provide a cultural picture not only in the context of safety climate, but also in the context of a comprehensive organizational safety culture
Read More
T-6835
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cecep Dani Sucipto
616.98 SUC k
Yogyakarta : Gosyen Publishing, 2014
Buku (pinjaman 1 minggu)   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive