Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31805 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ahmat Yurdiansyah; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Purnawan Junadi, Yahya Ulumuddin, Endang Adriyani
Abstrak:
Manajemen pengelolaan obat sering kali menjadi masalah utama dalam pelayanan farmasi di rumah sakit, terutama dalam proses perencanan dan pengadaan. Masalah tersebut tentunya berdampak pada persediaan obat yang ada dirumah sakit. Penelitian ini ingin menganalisis perencaan obat yang ada di Instalasi Farmasi RS H.L. Manambai Abdulkadir serta melakukan pengendalian persediaan dengan metode minimum maksimum stok level dengan melihat angka safety stock, stok minimum dan stok maksimum persediaan obat di Instalaasi Farmasi . Setelah melakukan pengendalian persediaan dengan metode tersebut dilakukan penilaian terhadap keberhasilan pengendalian dengan menggunakan indikator pengendalian seperti ketepatan perencanaan, perhitungan nilai stock out, perhitungan nilai backorder, perhitungan nilai over stock obat, ITOR dan Fill rate. Hasil penelitian menunjukan Nilai stock out, backorder cost, ITOR dan Fillrate di Instalasi Farmasi diukur pada bulan Januari – April 2024. Dengan hasil rata rata berturut-turut adalah 496 stock out dengan nilai backorder cost sebesar Rp. 45.102.095. Rasio ITOR dengan kisaran 0,88 - 1,12 serta nilai filrate dengan rata-rata 97,35%. Hasil impelentasi analisis metode MMSL pada bulan mei 2024 memberikan dampak positif terhadap penurunan angka stock out, backorder cost, dan fillrate. Namun tidak berdampak signifikan terhadap nilai ITOR, hal ini disebabkan sebelum implementasi dilakukan instalasi farmasi memiliki nilai persediaan obat yang sangat tinggi terutama untuk obat-obatan slow moving atau kategori C ABC Volume. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan obat di Instalasi farmasi RS H.L Manambai Abdulkadir efektif terhadap nilai stock out, backorder cost dan fillrate, tetapi belum efektif dalam nilai ITOR karena masih tingginya nilai persediaan obat.

Medication management often presents a major challenge in hospital pharmacy services, particularly in the planning and procurement processes. These issues significantly impact the inventory of medications available in hospitals. This study aims to analyze the medication planning at the Pharmacy Installation of H.L. Manambai Abdulkadir Hospital and to implement inventory control using the minimum-maximum stock level method by examining the safety stock, minimum stock, and maximum stock levels of medications. After implementing inventory control with this method, the success of the control was evaluated using control indicators such as planning accuracy, stock out value calculation, backorder value calculation, overs tock value calculation, ITOR (Inventory Turnover Ratio), and fill rate. The results of the study showed that the values of stock out, backorder cost, ITOR, and fill rate at the Pharmacy Installation were measured from January to April 2024. The average results were 496 stock outs with a backorder cost of IDR 45,102,095, an ITOR ratio ranging from 0.88 to 1.12, and an average fill rate of 97.35%. The implementation of the MMSL method analysis in May 2024 had a positive impact on reducing stock out numbers, backorder costs, and fill rate. However, it did not significantly affect the ITOR value, as the pharmacy installation had a very high inventory value prior to implementation, especially for slow-moving drugs or category C ABC Volume. Therefore, it can be concluded that the inventory control of medications at the Pharmacy Installation of H.L. Manambai Abdulkadir Hospital is effective in terms of stock out value, backorder cost, and fill rate, but not yet effective in ITOR value due to the still high inventory value of medications.
Read More
B-2458
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pita Aprilia; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Purnawan Junadi, Susan Oktiwidya Ananda, Dian Trisnawati
Abstrak:
Persediaan farmasi harus dikelola dengan baik untuk kelancaran operasional dan keuangan rumah sakit. Sistem informasi dibutuhkan untuk mengelola persediaan farmasi agar memudahkan pengambilan keputusan dengan data yang akurat pada waktu yang tepat. RS Premier Jatinegara mengembangkan sistem persediaan baru yaitu RSDI yang menggabungkan informasi data perencanaan hasil analisis metode ABC-VEN dan MMSL, serta informasi terkini status tahap pemesanan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur output dari penggunaan sistem RSDI yang ditinjau dari indikator efektivitas dan efisiensi. Penelitian dilakukan dengan operational research terhadap sampel obat hasil analisis ABC-VEN dan MMSL di Instalasi Farmasi RS Premier Jatinegara setelah dilakukan intervensi. Hasil analisis ABC diperoleh obat kategori A mewakili 70% dari total investasi. Jumlah non esensial mencapai 53% dari total obat secara keseluruhan. Obat kategori EA dan NA memiliki nilai investasi tertinggi yaitu 63%. Apabila obat kategori EA dan NA dikelola dengan baik maka sekitar 63% biaya investasi dapat dikendalikan. Hasil penelitian menunjukan angka kejadian kekosongan obat turun 57%. Kekosongan masih ada karena kondisi stok yang kosong di distributor yang tidak dapat dihindari oleh karena itu integrasi B2B dengan distributor perlu ditingkatkan. Namun nilai ITOR juga turun dari 7 kali menjadi 6 kali. Penyesuaian periode pengadaan, pengurangan lead time distributor dan pengurangan jumlah stok obat non esensial perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi. Informan menyampaikan sistem RSDI membantu memprioritaskan pengadaan ketika obat vital, esensial atau kategori A kosong, mempercepat pengambilan keputusan, menghilangkan permintaan berulang, dan meningkatkan komunikasi antara Instalasi Farmasi-Gudang-Pengadaan. Penelitian diharapkan dapat dilanjutkan agar pencapaian efektivitas dan efisiensi persediaan semakin baik.

Pharmaceutical supplies must be managed well for smooth hospital operations and finances. Information systems are needed to manage pharmaceutical supplies to facilitate decision making with accurate data at the right time. Premier Jatinegara Hospital developed a new inventory system, namely RSDI. This research aims to measure the output from using the RSDI system in terms of indicators of effectiveness and efficiency. The research was carried out using operational research on drug samples resulting from ABC-VEN and MMSL analysis at the Pharmacy Department after the intervention. The results showed that total investment category A drugs is 70%. The number of non-essential drugs reaches 53%. EA and NA category drugs have the highest investment value 63%, if EA and NA category are managed well then around 63% of investment costs can be controlled. The research results showed that the incidence of stock out decreased by 57%. Stock out still exist due to unavailable stock at distributors which cannot be avoided, therefore B2B integration with distributors needs to be improved. However, the ITOR value also fell from 7 times to 6 times. Adjusting the procurement period, reducing distributor lead time, and reducing the amount of non-essential drug needs to be done to increase efficiency. Informants said that the RSDI system helps prioritize procurement when vital or category A drugs are out of stock, speeding up decision making, eliminating repetitive requests, and improving communication between the Pharmacy-Warehouse-Procurement. This research should be continued to achieve better inventory effectiveness and efficiency.
Read More
B-2424
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mirah Wijaya; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Purnawan Junadi, Jeffry Rustandi, Oriza Safrini
Abstrak:
Manajemen logistik dalam sektor kesehatan, khususnya dalam rumah sakit, memiliki peran krusial dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Penelitian ini mengambil kasus Rumah Sakit Azra sebagai studi, dengan fokus pada perencanaan persediaan obat antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan metode ABC indeks kritis, safety stock, dan reorder point (ROP) yang efektif untuk meningkatkan efisiensi manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RS Azra. Penelitian ini melibatkan analisis ABC indeks kritis untuk mengkategorikan obat antibiotik menjadi tiga kelompok: A, B, dan C, serta menghitung safety stock dan ROP untuk setiap obat antibiotik. Hasil analisis akan diimplementasikan dalam manajemen logistik di RS Azra. Evaluasi dilakukan dengan memantau dampak implementasi metode tersebut terhadap kejadian backorder, frekuensi pembelian obat di luar jadwal pemesanan, nilai Inventory Turn Over Ratio (ITOR), dan fill rate di Instalasi Farmasi RS Azra. Hasil penelitian diharapkan akan memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang perencanaan obat dalam lingkungan rumah sakit, khususnya obat antibiotik. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan akan membantu RS Azra dalam meningkatkan ketersediaan obat yang tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan pasien, serta mengoptimalkan anggaran pembelian obat. Penelitian ini juga memiliki potensi untuk memberikan manfaat bagi institusi pendidikan dengan menghasilkan penelitian yang relevan dan berkontribusi dalam pengembangan praktik perencanaan obat di rumah sakit, serta memfasilitasi kolaborasi antara institusi pendidikan dan rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Logistics management in the healthcare sector, especially in hospitals, plays a crucial role in providing quality healthcare services. This research focuses on the case of Azra Hospital, with a specific emphasis on the inventory planning of antibiotic drugs. The aim of this study is to formulate effective methods for the ABC critical index, safety stock, and reorder point (ROP) to enhance the efficiency of drug logistics management in the Pharmacy Department of Azra Hospital. The research involves the analysis of the ABC critical index to categorize antibiotic drugs into three groups: A, B, and C, as well as calculating safety stock and ROP for each antibiotic drug. The results of the analysis will be implemented in the logistics management of Azra Hospital. Evaluation will be conducted by monitoring the impact of these methods on backorder incidents, the frequency of drug purchases outside the ordering schedule, Inventory Turn Over Ratio (ITOR) values, and fill rates in the Pharmacy Department of Azra Hospital. The research results are expected to provide a deeper understanding of drug planning in the hospital environment, particularly for antibiotic drugs. Furthermore, the study is anticipated to assist Azra Hospital in improving the timely availability and quantity of drugs according to patient needs, as well as optimizing drug procurement budgets. This research also has the potential to benefit educational institutions by generating relevant research and contributing to the development of drug planning practices in hospitals, facilitating collaboration between educational institutions and hospitals to enhance the quality of healthcare services.
Read More
B-2420
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endah Gusnita; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Amal Chalik Sjaaf, R. Soeko W. Nindito D., Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak:
Latar belakang: Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang wajib diselenggarakan secara efektif dan efisien oleh rumah sakit, termasuk dalam hal pengelolaan persediaan farmasi. Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Rumah Sakit Pusat Kanker Nasional memiliki tantangan dalam menjaga ketersediaan obat kanker yang bernilai tinggi dan berisiko kritis. Berdasarkan data capaian indikator Rasio Beban Persediaan Farmasi terhadap Pendapatan Operasional pada periode September–Desember 2024, diketahui bahwa nilai rasio tersebut tidak mencapai target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi terhadap sistem pengendalian persediaan farmasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas analisis ABC-VEN dalam pengendalian persediaan farmasi di RSK Dharmais. Metode: Penelitian menggunakan desain operational research dengan pendekatan campuran kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan kunci serta data sekunder dari SIMRS dan laporan rumah sakit tahun 2024. Analisis dilakukan terhadap seluruh item obat yang termasuk dalam formularium rumah sakit. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengelompokan ABC, kelompok A berdasarkan jumlah pemakaian terdiri dari 79 item (6,11%) yang menyumbang 69,93% nilai penggunaan, dan berdasarkan nilai investasi terdiri dari 107 item (8,27%) dengan kontribusi 69,97% dari total investasi. Kelompok obat esensial mendominasi dengan proporsi 79,60% (1.030 item), diikuti oleh kelompok non-esensial 11,90% dan vital 8,50%. Kombinasi analisis ABC-VEN menunjukkan bahwa sebagian besar obat prioritas tinggi adalah obat kanker. Simulasi ITOR menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan dapat ditingkatkan, sehingga manajemen stok menjadi lebih efisien dan adaptif terhadap kebutuhan klinis. Kesimpulan: Analisis ABC-VEN terbukti efektif dalam mengidentifikasi prioritas pengendalian dan optimalisasi pengelolaan obat kanker di RSK Dharmais, serta berkontribusi dalam peningkatan efisiensi logistik farmasi rumah sakit.Background: Healthcare services are a fundamental right of every citizen and must be delivered effectively and efficiently by hospitals, including the management of pharmaceutical inventories. Dharmais Cancer Hospital, as the National Cancer Center Hospital in Indonesia, faces significant challenges in ensuring the availability of high-cost and critically important cancer drugs. Based on the performance indicator of the Pharmaceutical Inventory Cost Ratio to Operational Revenue for the period of September to December 2024, it was found that the ratio consistently failed to meet the targets set by the Ministry of Health. This condition highlights the need for an evaluation of the pharmaceutical inventory control system. Purpose: This study aims to evaluate the effectiveness of the ABC-VEN analysis in controlling pharmaceutical inventory at Dharmais Cancer Hospital. Method: This research employs an operational research design with a mixed-method approach, incorporating both qualitative and quantitative data. Primary data were collected through in-depth interviews with key informants, while secondary data were obtained from the Hospital Information Management System (SIMRS) and institutional reports from the year 2024. The analysis was conducted on all pharmaceutical items listed in the hospital formulary. Results: The results show that in the ABC classification, Class A drugs based on usage volume included 79 items (6.11%) which accounted for 69.93% of total drug usage value, while based on investment value, 107 items (8.27%) represented 69.97% of total inventory value. Essential drugs dominated the VEN classification with 79.60% (1,030 items), followed by non-essential drugs at 11.90% and vital drugs at 8.50%. The ABC-VEN matrix revealed that most high-priority drugs were cancer medications. ITOR simulation results indicated that inventory turnover could be significantly improved, leading to more efficient and responsive stock management aligned with real clinical needs. Conclusion: ABC-VEN analysis proved effective in identifying inventory control priorities and optimizing the management of cancer drugs at Dharmais Cancer Hospital, thereby enhancing pharmaceutical logistics efficiency.

Read More
T-7387
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rendra Fariadi; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Purnawan Junadi, Nine Mei, IIng Ichsan Hanafi
Abstrak: Persediaan farmasi harus dikelola dengan baik untuk kelancaran pelayanan dan keuangan rumah sakit. Pengelolaan sedian farmasi rumah sakit dimulai dari alur perencanaan dan pengadaan obat-obatan di rumah sakit. Sistem perencaanaan yang tepat dibutuhkan untuk pengelolaan perencaan dan persediaan di rumah sakit agar efisiensi dalam proses pengadaan obat dapat tercapai. RS Hermina Medan melakukan perubahan dalam sistem perencaan obat-obatan dari awalnya menggunakan sistem min-max menjadi sistem pareto. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat efisiensi terhadap kedua sistem tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan riset operasional terhadap sampel obat hasil analisis ABC dan menggabungkan metode kualitatif. Hasil analisis ABC berdasarkan nilai pemakaian selama Agustus dan September 2023 diperoleh obat kategori A mewakili 80% dari total nilai persedian obat JKN di Instalasi Farmasi. Hasil penelitian menunjukan dengan membandingkan perhitungan untuk perencanaan pengadaan obat kategori A dengan sistem pareto dan min-max didapatkan total inventory cost lebih rendah dengan menggunakan sistem min-max. Namun, rencana pengadaan dengan sistem min-max dapat lebih baik apabila perhitungan pemakaian obat di kontrol secara rutin dan proses perencanaan pengadaan dibantu oleh sistem informasi yang lebih baik. Penelitian diharapkan dapat dilanjutkan dengan waktu yang lebih panjang agar penilaian inventory cost dapat lebih akurat.
Pharmaceutical supplies must be managed well for the smooth running of hospital services and finances. Management of hospital pharmaceutical supplies starts from the flow of planning and procurement of medicines in the hospital. An appropriate planning system is needed for managing planning and supplies in hospitals so that efficiency in the drug procurement process can be achieved. Hermina Medan Hospital made changes to its medicine planning system from initially using a min-max system to a Pareto system. This research aims to compare the level of efficiency of the two systems. This research was conducted using operational research on drug samples resulting from ABC analysis and combining qualitative methods. The results of ABC analysis based on usage values during August and September 2023 showed that category A drugs represent 80% of the total value of UHC drug supplies in pharmacy installations. The research results show that by comparing calculations for planning the procurement of category A drugs using the Pareto and min-max systems, the total inventory cost is lower using the min-max system. Procurement planning using a min-max system can be better if the calculation of drug use is routinely controlled and the procurement planning process is assisted by a better information system. It is hoped that the research can be continued for a longer period so that inventory cost assessments can be more accurate.
Read More
B-2489
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tulus Kurnia Indah; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Helen Andriani, Rakhmat Hidayat, Nugraharti, Erwien Sri Ujianto
Abstrak:
Latar Belakang: Proses perawatan di rumah sakit didukung oleh berbagai aktivitas operasional diantaranya pengelolaan logistik dan distribusi perbekalan farmasi. Biaya perbekalan kesehatan merupakan pengeluaran terbesar kedua di rumah sakit setelah belanja pegawai, oleh sebab itu pimpinan rumah sakit perlu mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan proses logistik untuk menurunkan biaya dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Untuk meningkatan proses logistik diperlukan pemahaman terkait kinerja rantai pasokan yang saat ini berjalan, sehingga melakukan analisa kinerja rantai pasokan merupakan hal mendasar untuk mengatasi kekurangan dalam aktivitas logistik. Tujuan: Studi ini bertujuan melakukan analisa terkait waste yang ada pada proses perencanaan dan pengadaan obat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, kemudian mencari penyebab dan akar masalah timbulnya pemborosan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkumo bulan April-Mei 2024. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan key specialist informan yang terkait dengan kegiatan perencanaan dan pengadaan dan observasi lapangan. Data sekunder diperoleh dari telaah data realisasi pemakaian obat tahun 2022, data usulan perencanaan dari unit kerja dan hasil rekapitulasi instalasi farmasi tahun 2023, data daftar barang dalam kontrak tahun 2023, datapenerimaan dan data pemakaian obat tahun 2023. Tahapan penelitian disusun berdasarkan lean six sigma dari mulai define, measure, analyze dan improve. Hasil: Jenis waste yang terjadi diantaranya penyedia tidak mengirimkan obat terhadap item perencanaan yang telah memiliki kontrak, obat yang dipesan dan dikirim tetapi tidak memiliki realisasi penggunaan, penyedia bersedia mengirimkan obat tetapi tidak mau berkontrak dengan rumah sakit, penyedia tidak bersedia mengirimkan obat dan tidak mau berkontrak dengan rumah sakit dan adanya pengadaan lain di luar jalur kontrak utama. Dari seluruh waste yang ada terjadinya pengadaan di luar jalur kontrak utama merupakan jumlah waste yang paling sering terjadi sehingga menjadi area improvement pada penelitian ini. Penyebab dari pemborosan yang masih dapat dikontrol oleh internal rumah sakit adalah keterlambatan penerbitan kontrak. Akar masalahnya karena tiap unit kerja yang terkait dengan kegiatan perencanaan dan pengadaan menyelesaikan proses kerja tanpa mempertimbangkan waktu penyelesaian proses sesudahnya, sehingga tujuan dari perencanaan dan pengadaan yang berupa penerbitan kontrak sebelum tahun anggaran menjadi tidak terlaksana. Kesimpulan: Dalam proses yang berjalan secara berkelanjutan diperlukan proses kerja yang terintegrasi berdasarkan komitmen setiap anggota rantai agar tujuan proses tersebut dapat tercapai.

Introduction: The hospital care process is supported by various operational activities including logistics management and distribution of pharmaceutical supplies. The cost of health supplies is the second largest expenditure in hospitals after personnel expenditure, therefore hospital leaders need to identify opportunities to improve logistics processes to reduce costs and improve the quality of health services. To improve logistics processes, an understanding of current supply chain performance is required, so analyzing supply chain performance is fundamental to overcoming deficiencies in logistics activities. Objective: This study aims to analyze waste in the drug planning and procurement at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, then looked for the causes and root causes of waste. Method: This research uses qualitative methods with a case study approach. The research location is at RSUPN Dr. Cipto Mangunkumo on April-May 2024. Primary data was obtained through interviews with key specialist informants related to planning and procurement activities and field observations. Secondary data was obtained from a review of drug use in 2022, drug planning proposals from units and results of drug planning recapitulation by pharmaceutical installations in 2023, list of drugs in contracts 2023, drug receive order and drug use in 2023. The research stages were arranged based on lean six sigma method from define, measure, analyze and improve. Results: Types of waste that occur include supplier not sending drugs from planning items that already have a contract, drugs ordered and sent but not having actual use, suppliers willing to send drugs but refusev to contract with the hospital, suppliers refuse to send drugss and refuse to contracts with hospitals and procurements that come from another its main contracts. The procurements that come from another its main contract occurs most frequently, so it is an area of improvement in this research. The cause of waste that can still be internally controlled by the hospital is delays in issuing contracts. The root of the problem is because each unit related to planning and procurement activities completes the process without considering the completion time of the process afterwards, so that the aim of planning and procurement to complete all the procurement contract before end of the year do not achieved. Conclusion: In a process that runs continuously, an integrated work process is needed based on the commitment of each member of the chain so that the process objectives can be achieved.
Read More
B-2469
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ingrid Amadea Sucipto; Pembimbing: Helen Andriani; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Purnawan Junadi, Mohammad Budiman, Teuku Teuku Nebrisa Zagladin
Abstrak:

Manajemen farmasi yang efektif berperan krusial bagi operasional rumah sakit, serta memengaruhi statusnya sebagai cost center atau revenue center. Rumah Sakit Utama merupakan rumah sakit di wilayah kepulauan yang sering menghadapi tantangan dalam variabilitas waktu pengiriman obat, sehingga IFRS Utama memerlukan sistem logistik farmasi yang baik untuk menjamin ketersediaan obat secara efisien. Penelitian ini menganalisis sistem perencanaan dan pengendalian obat di RS Utama saat ini, sekaligus mengevaluasi potensi peningkatannya dengan mensimulasikan penerapan metode ABC Indeks Kritis (yang mengklasifikasikan obat menjadi kategori A, B, C berdasarkan data penggunaan periode Oktober 2024 – Maret 2025) yang dikombinasikan dengan perhitungan safety stock, reorder point, dan economic order quantity secara spesifik untuk obat Kategori A. Model perencanaan dan pengendalian perbekalan farmasi usulan ini kemudian disimulasikan dan kinerjanya dibandingkan dengan metode yang saat ini digunakan oleh rumah sakit, dengan evaluasi terfokus pada dampaknya terhadap nilai persediaan dan Inventory Turnover Ratio (ITOR) obat kategori A Indeks Kritis. Hasil simulasi menunjukkan bahwa metode yang diusulkan, berpotensi menghasilkan penurunan substansial pada rata-rata nilai persediaan serta peningkatan ITOR . Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi empiris dan landasan strategis bagi RS Utama dalam upaya optimalisasi sistem manajemen logistik farmasi, guna meningkatkan efisiensi operasional dan menjamin ketersediaan obat secara lebih efektif.

Kata kunci : ABC Indeks Kritis, safety stock, reorder point, economic order quantity, nilai persediaan, inventory turn over.


 

Effective pharmaceutical management is vital, determining whether the pharmacy as a cost or revenue center. For Utama Hospital, operating in an archipelagic region with variable drug delivery times, a highly efficient pharmaceutical logistics system at its Pharmacy Installation is essential for ensuring consistent and efficient drug availability. This study, therefore, analyzes Utama Hospital's current drug planning and control system, exploring potential improvements by simulating a new model that integrates an ABC-Criticality Index classification with calculations for safety stock, reorder point, and economic order quantity (EOQ). To achieve this, the research methodology involved analyzing drug usage data (October 2024 – March 2025), classifying drugs into categories A, B, and C using an ABC-Criticality Index approach, and then calculating key inventory parameters—safety stock, reorder point, and EOQ—specifically for Category A drugs. The proposed pharmaceutical supply planning and control model, incorporating these parameters, was subsequently simulated. Its performance was then benchmarked against the hospital's current methods, with a focused evaluation on changes to inventory value and the Inventory Turnover Ratio (ITOR) for these critical Category A drugs. The simulation revealed that the proposed method holds strong potential for substantially decreasing average inventory value while significantly boosting the ITOR. This research aims to offer an empirical contribution and strategic framework, enabling Utama Hospital to optimize its pharmaceutical logistics for enhanced operational efficiency and more effective, timely drug availability.  Keywords: ABC-Criticality Index, safety stock, reorder point, economic order quantity, inventory value, inventory turnover

 

Read More
B-2543
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Loly Gusvita Reni; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Atik Nurwahyuni, Endang Apriyani, Budi Hartono
Abstrak: Abstrak

Fungsi pengendalian dan kinerja manajemen persediaan memegang peranan penting dalam siklus logistik. Banyak metode yang digunakan dalam fungsi pengendalian termasuk metode min-max stock dan just in time. Tujuan penulisan adalah untuk mengevaluasi penerapan metode kombinasi min-max stock dan just in time terhadap fungsi logistik dan kinerja manajemen persediaan. Metode penelitian adalah metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan penelusuran dokumen.

Hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan metode kombinasi min-max stock dan just in time efektif terhadap fungsi penyimpanan dan distribusi, fungsi pemeliharaan dan fungsi penghapusan tetapi tidak efektif terhadap fungsi perencanaan, penganggaran dan pengadaan. Penerapan metode kombinasi ini menyebabkan kinerja manajemen persediaan menjadi efisien dari segi keuangan tetapi tidak efektif terhadap segi layanan atau operasional.


Function control and inventory management performance played an important role in logistics cycle. Many methods are used in the function control method including min-max stock and just in time. The purpose of writing is to evaluate the application of the method of combination of min-max stock and just in time for the function of logistics and inventory management performance. The research method was qualitative descriptive method. Data collection was carried out with a deep interview and document searches.

Results of the study found that the application of this method is this method to be effective against the function of storage and distribution, maintenance and removal. However, it is not effective against the function of planning, budgeting and procurement. The application of this method causes the performance of inventory management to be efficient in terms of finance but is not effective for service or hospital operations.

Read More
B-1478
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yesti Mulia Eryani; Pembimbing: Pujiyanti; Penguji:
Abstrak:
Latar belakang: Perkembangan teknologi informasi di bidang kesehatan telah mendorong rumah sakit untuk menyelenggarakan Rekam Medis Elektronik (RME) guna meningkatkan mutu pelayanan, efisiensi kerja, dan keselamatan pasien. Kerangka PIECES merupakan kerangka kerja yang mengklasifikasikan masalah, peluang, dan arahan menjadi 6 kategori yang dapat memberikan panduan yang komprehensif dan seluruh faktor penting diperhatikan dalam melakukan evaluasi sehingga dapat diidentifikasi area-area yang membutuhkan perbaikan dan dapat mengukur dampak terhadap organisasi secara menyeluruh dalam evaluasi sistem RME. Penerapan RME di RS Andhika berjalan sejak 2022 namun sampai saat ini belum berjalan maksimal dan masih ditemukan kendala dalam pelaksanaannya seperti formulir yang tidak lengkap, hak akses staf tidak aktif masih ada, adanya dobel rekam medis dan capaian pengisian rekam medis di RS Andhika baru mencapai 93% dengan standar 100%. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan RME di RSU Andhika Jakarta Selatan menggunakan metode PIECES yang mencakup enam aspek terdiri dari Performance, Information and Data, Economics, Control and Security, Efficiency, dan Service. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam serta telaah dokumen. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa pada aspek Performance, sistem RME telah memberikan informasi yang cukup tetapi masih ditemukan kendala teknis dan kelengkapan data. Information and Data dinilai cukup informatif namun fleksibilitas dan kesesuaian data dengan kebutuhan masih perlu ditingkatkan. Pada aspek Economics, ditemukan tantangan terkait keterbatasan integrasi dan tingginya biaya operasional. Control and Security sudah mengatur hak akses, namun masih ditemukan kelemahan dalam autentikasi pengguna. Efficiency menunjukkan sistem cukup mudah dipelajari namun tidak memberi notifikasi kesalahan. Aspek Service menunjukkan akurasi cukup baik, namun masih terdapat ketidakkonsistenan data di beberapa jenis data. Kesimpulan: Penerapan RME di RS Andhika saat ini belum optimal yang masih diperlukan perbaikan dalam setiap aspek yang mempengaruhi dilihat dari segi Performance, Information and Data, Economic, Control and Security, Efficiency, dan Service dengan melakukan perencanaan, evaluasi, dan monitoring dalam penerapan rekam medis elektronik serta berupaya untuk selalu melakukan perbaikan.

Background: The development of information technology in the health sector has encouraged hospitals to organize Electronic Medical Records (EMR) to improve reciprocal services, work efficiency, and patient safety. The PIECES framework is a framework that classifies problems, opportunities, and directions into 6 categories that can provide comprehensive guidance and all important factors are considered in conducting evaluations so that areas that need improvement can be identified and the impact on the organization as a whole can be measured in the EMR evaluation system. The implementation of EMR at Andhika Hospital has been running since 2022, but until now it has not been running optimally and there are still obstacles in its implementation such as incomplete forms, inactive staff access rights still exist, there are double medical records and the achievement of filling in medical records at Andhika Hospital has only reached 93% with a standard of 100%. Purpose: This study aims to analyze the implementation of EMR at Andhika Hospital, South Jakarta using the PIECES method which includes six aspects consisting of Performance, Information and Data, Economics, Control and Security, Efficiency, and Service. Method: This study is a qualitative study with data collection techniques carried out through observation, in-depth interviews and document review. Results: The results show that in the Performance aspect, the RME system has provided sufficient information but there are still technical constraints and data completeness. Information and Data are considered quite informative but anxiety and alignment of data with needs still need to be improved. In the Economic aspect, challenges were found related to limited integration and high operational costs. Control and Security have regulated access rights, but there are still weaknesses in user authentication. Efficiency shows that the system is quite easy to learn but does not provide error notifications. The Service aspect shows fairly good accuracy, but there is still data inconsistency in several types of data. Conclusion: The implementation of RME at Andhika Hospital is currently not optimal and still needs improvement in every aspect that affects it in terms of Performance, Information and Data, Economic, Control and Security, Efficiency, and Service by planning, evaluating, and monitoring in the implementation of electronic medical records and trying to always make improvements.

Read More
B-2534
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive