Ditemukan 35079 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
HIV tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan global. Meskipun telah terjadi penurunan infeksi baru dan peningkatan akses ke pengobatan antiretroviral (ARV), tantangan signifikan masih ada. Keberhasilan terapi ARV sangat ditentukan oleh kepatuhan minum obat ARV. Klinik PDP RSUD Brebes merupakan salah satu rumah sakit umum daerah yang menjalankan pengobatan HIV/AIDS yang ada di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Gambaran Ketidakpatuhan Minum Obat ARV Pada Pasien HIV/AIDS Lelaki Seks Lelaki (LSL) Di Klinik PDP (Perawatan Dukungan & Pengobatan) RSUD Brebes. Untuk melihat gambaran ketidak patuhan minum obat ARV berdasarkan 6 komponen Health Belief Model yaitu Modifying Factors (Faktor Modifikasi), Perceived Susceptibility (Persepsi Kerentanan), Perceived Severity (Persepsi Keseriusan), Perceived Benefits (Persepsi Manfaat), Perceived Barriers (Persepsi Hambatan), Cues to Action (Isyarat untuk Bertindak) dan Self-Efficacy (Efikasi Diri). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa masih ditemukan ketidakpatuhan ODHIV LSL dalam pengambil obat di RSUD dan tidak rutin dalam minum obat ARV. Faktor Modifikasi yang mendukung pasien tidak patuh dalam pengobatan diantaranya pengetahuan dan sosial ekonomi. Persepsi Kerentanan terhadap tidak rutin minum obat ARV pasien akan merasakan badan tidak bersemangat dan mudah rentan dengan muncul penyakit-penyakit lain. Persepsi keseriusan akibat tidak rutin minum obat ARV, CD4 menurun, Viral Load meningkat, terjadi resisten obat ARV dan bisa mengakibatkan kematian. Persepsi manfaat yang dirasakan dari rutin minum obat ARV tubuh tetap sehat dan produktif. Hambatan yang dialami oleh pasien diantaranya efek samping obat, biaya pengobatan, jarak, pekerjaan, konsumsi alkohol/penggunaan popers, merasa diri sudah sehat dan belum buka status HIV dengan keluarga, menggunakan alaram, pengingat dari whatssap grup, sering berdiskusi dengan sesama sebaya dan konseling rutin dari petugas kesehatan merupakan isyarat untuk bertindak demikian juga dengan keyakinan diri untuk bisa minum obat ARV secara teratur.
HIV remains a major challenge for global health. Despite a decrease in new infections and increased access to antiretroviral (ARV) treatment, significant challenges persist. The success of ARV therapy is highly dependent on adherence to ARV medication. The PDP Clinic at RSUD Brebes is one of the regional public hospitals providing HIV/AIDS treatment in Brebes Regency, Central Java. This study aims to examine the Non-Adherence to ARV Medication among HIV/AIDS Patients who are Men who have Sex with Men (MSM) at the PDP (Care, Support & Treatment) Clinic of RSUD Brebes. It aims to explore non-adherence to ARV medication based on the six components of the Health Belief Model: Modifying Factors, Perceived Susceptibility, Perceived Severity, Perceived Benefits, Perceived Barriers, Cues to Action, and Self-Efficacy. This research is a qualitative study using in-depth interviews. The study shows that non-adherence among MSM HIV patients in taking medication at RSUD is still found, and they are not consistent in taking ARV medication. Modifying factors that contribute to non-adherence include knowledge and socioeconomic status. Perceived susceptibility to not regularly taking ARV medication includes feeling unenergetic and being more susceptible to other diseases. The perceived severity of not regularly taking ARV medication includes decreased CD4 count, increased viral load, ARV drug resistance, and potential death. The perceived benefits of regularly taking ARV medication include maintaining health and productivity. Barriers experienced by patients include medication side effects, treatment costs, distance, work, alcohol consumption/poppers use, feeling healthy, and not disclosing HIV status to family. Using alarms, reminders from WhatsApp groups, frequent discussions with peers, and regular counseling from healthcare workers are cues to action, along with self-confidence to regularly take ARV medication. Key words: HIV/AIDS, ARV Therapy, Non-compliance, MSM
Kata kunci:Status HIV/AIDS, LSL.
Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan penggunaan kondomdengan pencegahan HIV pada LSL di 6 kota di Indonesia dengan menggunakan dataSurvey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP 2015). Penelitian ini menggunakan studicross-sectional yang dilaksanakan pada Maret-Juni 2018. Populasi pada penelitian iniyaitu LSL yang memiliki pasangan tetap wanita, pria, atau waria. Jumlah sampelsebanyak 773 responden dengan melakukan pembersihan data.
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa hubungan penggunaan kondom dengan status HIV memberikannilai p= 0,059 Terdapat hubungan yang signifikan antara seks anal dengan status HIVdengan nilai p= 0,027. Perlu dilakukan penyuluhan dan intervensi yang lebih agarpemakaian kondom dapat lebih efektif sebagai metode pencegahan HIVKata kunci: AIDS, HIV, LSL, Condom
HIV and AIDS is still a case of attention in the world and Indonesia. Among thevulnerable groups of HIV transmission, MSM is one of the key populations contributingto the number of new HIV cases by 2015 at 12%. There are various factors in the spreadof HIV in MSM, one of which is consistent condom use.
This study aims to identifycondom use relationships with HIV prevention in MSM in 6 cities in Indonesia usingBiological Integrated Survey and Behavioral Survey data (STBP 2015). This study usesa cross-sectional study conducted in March-June 2018. The population in this study isMSM who have a permanent partner of women, men, or waria. The number of samplesis 773 respondents by performing data cleaning.
The results showed that the relationshipof condom use with HIV status gave p value = 0.059 There was a significant correlationbetween anal sex with HIV status with p value = 0,027. More counseling andinterventions are needed to make condom use more effective as a method of HIVprevention.
Keywords: AIDS,HIV, MSM, Condom.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahu status HIVterhadap penggunaan kondom konsisten pada LSL di Yogyakarta dan Makassardan melihat adakah perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Penelitian ini menggunakan data STBP2013.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Yogyakarta ada pengaruh tahu statusHIV terhadap penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 6,6 dan 95% CI2,1-20,9, sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIVdengan penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 1,6 dan 95% CI 0,6 -4,4. Ada perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan nonRDS terhadap indikator program.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondomkonsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di Yogyakarta sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaankondom konsisten. Terdapat perbedaan hasil analisis dengan menggunakanmetode RDS dan non RDS terhadap indikator program
Kata kunci: LSL, status HIV, kondom konsisten
Introduction : Sex which higher risk of spreading HIV is sex with multiplepartners and change partners that is largely dominated by commercial sex, eitheron the heterosexual and homosexual group, or similar sexual behaviour. Groupsmost at risk of contracting HIV is a group of homosexual and bisexual men arecommonly categorized as men sex with men, or so-called MSM. In many parts ofthe region, HIV among MSM appears with HIV infection very quickly.
Methods: This study aimed to determine the effect knowing their HIV statustoward consistency condom use in MSM in Yogyakarta and Makassar and to seethe differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.This study uses data IBBS 2013.
Summary: From the results of the analysis showed that in Yogyakarta there wasan effect Yogyakarta of knowing HIV status toward consistency condom use withan OR of 6,6 and 95%CI 2,1-20,9. while in Makassar unclear knowing HIV statustoward consistent condom use with an OR of 1.6 and 95% CI 0,6 - 4,1. There isdifferences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
Conclusion: There is Influence of knowing HIV Status to consistent Condom usein Yogyakarta while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistentcondom use. There is differences between analysis using RDS and non RDS toindicator of program.
Kata kunci: MSM, HIV status, condom consistent
