Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 41224 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Zihan Kamila Maharani; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Budi Hartono, Indry Octavia
Abstrak:
Penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, diare, dan infeksi kulit masih banyak ditemukan di lingkungan dengan sanitasi buruk dan kebersihan diri yang rendah, termasuk di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene, kondisi sanitasi lingkungan, dan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan pada warga binaan LPKA Kelas II Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel berjumlah 31 orang dan diambil dengan teknik total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi, serta dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara lama masa tinggal dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan, diare, dan ISPA (p≤0,05). Disarankan adanya peningkatan edukasi terkait kebersihan diri dan perbaikan sanitasi lingkungan di LPKA guna menurunkan risiko penyakit.

Environmental-based diseases are often found in environments with poor sanitation and low personal hygiene, including in Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). This study aims to examine the relationship between personal hygiene, environmental sanitation conditions, and housing density with the incidence of environmentally based diseases among the residents of LPKA Kelas II Jakarta. This research employed a quantitative approach with a cross-sectional design. The sample consisted of 31 participants selected using a total sampling technique. Data were collected through questionnaires and observation, and analyzed using the chi-square test. The results showed a significant relationship between length of stay and the incidence of environmentally based diseases, including diarrhea and acute respiratory infections (p≤0.05). It is recommended to enhance education on personal hygiene and improve environmental sanitation in LPKA to reduce disease risk.
Read More
S-11916
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rafie Lucky Baskoro; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Indry Octavia Trisnawati
Abstrak:
Skabies adalah penyakit kulit menular akibat infestasi Sarcoptes scabiei yang umum ditemukan di lingkungan padat dengan sanitasi rendah, termasuk fasilitas tertutup seperti Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara personal hygiene dan faktor lingkungan dengan kejadian skabies pada warga binaan di LPKA Kelas II Jakarta. Penelitian menggunakan desain kuantitatif potong lintang (cross-sectional) dengan pendekatan observasional analitik. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner, observasi langsung, dan pemeriksaan oleh dokter. Sampel berjumlah 31 responden dari total populasi warga binaan, dipilih dengan teknik total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji Chi-square. Hasil menunjukkan bahwa 61,3% responden mengalami skabies dalam 6 bulan terakhir. Meskipun sebagian besar responden memiliki kebersihan personal yang kurang baik dan tinggal di kamar dengan suhu dan kelembapan tidak ideal, tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara seluruh variabel personal hygiene dan faktor lingkungan dengan kejadian skabies (p > 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara personal hygiene maupun faktor lingkungan dengan kejadian skabies, kemungkinan disebabkan oleh homogenitas perilaku, ukuran sampel terbatas, serta pengaruh faktor lain di luar variabel yang diteliti. Penelitian selanjutnya disarankan melibatkan lebih banyak variabel lingkungan dan ukuran sampel yang lebih besar.
Scabies is a contagious skin disease caused by Sarcoptes scabiei infestation, commonly found in densely populated environments with poor sanitation, including closed institutions such as correctional facilities for juveniles. This study aimed to analyze the relationship between personal hygiene and environmental health factors with the incidence of scabies among inmates at the Special Child Development Institution (LPKA) Class II Jakarta. A cross-sectional analytic observational design was used with a quantitative approach. Data were collected through structured questionnaires, direct observation, and medical examinations. The study involved 31 respondents selected through total sampling from the inmate population. Data were analyzed using univariate, bivariate using chi-square analyses. Results showed that 61.3% of respondents experienced scabies in the past six months. Although most respondents exhibited poor personal hygiene and lived in rooms with suboptimal temperature and humidity, no statistically significant relationship was found between any personal hygiene or environmental variables and scabies incidence (p > 0.05). The study concludes that there is no significant association between personal hygiene or environmental factors and scabies occurrence. This may be attributed to sample homogeneity, limited sample size, and unmeasured external factors. Further research is recommended to include broader environmental variables and larger sample sizes to explore this relationship more comprehensively.
Read More
S-12025
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Annisa Melianriza; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Laila Fitria, Yoerdi Agusmal Saputra, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Kehadiran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di suatu wilayah dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi penduduk sekitar. Manajemen yang tidak baik dapat mengakibatkan pencemaran air, udara, dan tanah oleh tumpukan sampah. Pencemaran ini berpotensi menyebabkan penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, Diare, DBD, dan masalah kulit. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kondisi lingkungan permukiman, personal hygiene, dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan di sekitar TPA Sungai Andok Padang Panjang. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan data primer dari wawancara dan observasi. Analisis yang digunakan yaitu bivariat dengan Chi Square dan analisis multivariat dengan Binary Regresi logistic model prediksi. Sampel sebanyak 103 responden dipilih melalui metode convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa variabel lingkungan permukiman seperti luas ventilasi, penerangan alami, kelembaban rumah, dan kebersihan rumah berhubungan signifikan dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan (p<0,05). Variabel personal hygiene seperti kebersihan kulit dan kebersihan tangan juga memiliki hubungan signifikan dengan penyakit tersebut (p<0,05). Umur, lama bermukim, kelembaban rumah, dan kebersihan kulit diidentifikasi sebagai variabel yang paling dominan berhubungan kejadian penyakit berbasis lingkungan di masyarakat sekitar TPA Sungai Andok. Kesimpulan Penelitian ini menemukan hubungan signifikan faktor lingkungan permukiman dan personal hygiene dengan penyakit berbasis lingkungan di sekitar TPA Sungai Andok. Umur, lama bermukim, kelembaban rumah, dan kebersihan kulit menjadi variabel paling dominan. Temuan ini dapat membantu pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat dan program intervensi untuk mengurangi prevalensi penyakit berbasis lingkungan.

The presence of a landfill (Tempat Pembuangan Akhir or TPA) in a certain area can pose health risks tothe surrounding population. Poor management can result in water, air, and soil pollution from waste piles. This pollution has the potential to cause Environmentally Based Diseases such as Acute Respiratory Infections (ISPA), Diarrhea, Dengue Fever (DBD), and skin problems. This research aims to analyze the relationship between settlement environmental conditions, personal hygiene, and the occurrence of Environmentally Based Diseases around TPA Sungai Andok in Padang Panjang. The research methodology uses a cross-sectional approach with primary data obtained from interviews and observations. The analysis includes bivariate Chi Square and multivariate analysis using Binary Logistic Regression model prediction. A sample of 103 respondents was selected through Convenience sampling. The research results indicate that several settlement environmental variables such as ventilation area, natural lighting, house humidity, and house cleanliness are significantly associated with the occurrence of Environmentally Based Diseases (p<0.05). Personal hygiene variables such as skin cleanliness and hand hygiene also show a significant association with these diseases (p<0.05). Age, length of residence, house humidity, and skin cleanliness are identified as the most dominant variables associated with the occurrence of Environmentally Based Diseases in the community around TPA Sungai Andok. The conclusion of this research identifies a significant relationship between environmental factors in settlements and personal hygiene with environmentally based diseases around the TPA Sungai Andok area. Age, length of residence, humidity in the house, and skin hygiene emerge as the most dominant variables. These findings can contribute to the development of public health policies and intervention programs to reduce the prevalence of environmentally based diseases.
Read More
T-6871
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurunissa Pratiwi Sekar Ayu; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ema Hermawati, Sigit Prakoso
S-9938
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aisyah Rizqi Rahimullah; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: R. Budi Haryanto, Astrid Agustina
Abstrak:
Coronavirus Disease-2019 atau Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau SARS-CoV-2 dengan gejala umum berupa batuk, demam, dan kelelahan atau myalgia. Covid-19 menyebar hingga ke Indonesia dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Salah satu kelompok yang berisiko tinggi untuk memungkinkan terjadinya transmisi Covid-19 adalah penjara karena masuk-keluarnya orang dari luar penjara ke dalam penjara, keadaan penjara yang penuh dan sesak, sanitasi tidak memadai, terbatasnya akses terhadap udara segar dan aktivitas olahraga, serta faktor-faktor lainnya. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional untuk mengetahui hubungan riwayat kontak pada Warga Binaan dengan kejadian Covid-19 pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Jakarta. Jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 105 responden. Data yang digunakan adalah data primer yang didapatkan dari hasil pengisian kuesioner. Berdasarkan uji chi-square, terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian Covid-19 (p-value=0,000, OR=17,21). Sedangkan perilaku pencegahan Covid-19 (p-value=0,353, OR=1,696) dan ketersediaan sarana prasarana (p-value=0,77, OR=1,229) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian Covid-19 pada Warga Binaan.

Coronavirus Disease-2019 or Covid-19 is a disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 or SARS-CoV-2 with common symptoms of coughing, fever and fatigue or myalgia. Covid-19 has spread to Indonesia with the highest number of cases occurring in DKI Jakarta Province. One of the high-risk groups for allowing the transmission of Covid-19 to occur is prison due to the entry and exit of people from outside the prison to the prison, the prison's overcrowded conditions, inadequate sanitation, limited access to fresh air and sports activities, as well as other factors. This study used a cross-sectional study design to determine the relationship between contact history of inmates with the incidence of Covid-19 in inmates of Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Jakarta. The number of samples in this study were 105 respondents. The data used is primary data obtained from the results of filling out the questionnaire. Based on the chi-square test, there is a significant relationship between contact history and the incidence of Covid-19 (p-value = 0.000, OR = 17.21). Meanwhile, Covid-19 prevention behaviour (p-value=0.353, OR=1.696) and availability of infrastructure (p-value=0.77, OR=1.229) did not have a significant relationship with the incidence of Covid-19 in assisted residents.
Read More
S-11322
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yaneva Azahra Rahmatunisa; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Fitri Kurniasari, Fahmi Hermawan
Abstrak:
Petugas tempat pengolahan sampah berbasis reuse, reduce, dan recycle (TPS 3R) merupakan kelompok pekerja yang berisiko tinggi mengalami penyakit akibat kerja seperti diare karena sering berkontak langsung dengan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu, personal hygiene, dan kondisi lingkungan terhadap kejadian diare pada petugas TPS 3R di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross-sectional) dengan pendekatan kuantitatif dan melibatkan 62 responden dari 12 lokasi TPS 3R. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan observasi, lalu dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja (p=0,033; OR=5,077; 95% CI: 1,138–22,650), penggunaan alat pelindung diri (APD) (p=0,004; OR=0,150; 95% CI: 0,042–0,541), dan keberadaan vektor penular penyakit (p=0,038; OR=3,600; 95% CI: 1,075–12,059) memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare. Sementara itu, variabel usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, serta beberapa indikator personal hygiene dan kondisi lingkungan tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa penguatan perilaku penggunaan APD dan pengendalian vektor menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan diare pada petugas TPS 3R.


Waste management facility based on reuse, reduce, and recycle principles or tempat pengolahan sampah reuse, reduce, and recylce (TPS 3R) workers are a high-risk occupational group for work-related diseases such as diarrhea due to frequent direct contact with waste. This study aims to examine the relationship between individual characteristics, personal hygiene, and environmental conditions with the incidence of diarrhea among TPS 3R workers in DKI Jakarta Province. A cross-sectional quantitative design was employed involving 62 respondents from 12 TPS 3R sites. Data were collected through questionnaires and observations and analyzed using chi-square tests. The results showed significant associations between diarrhea incidence and work duration (p=0.033; OR=5.077; 95% CI: 1.138–22.650), use of personal protective equipment (PPE) (p=0.004; OR=0.150; 95% CI: 0.042–0.541), and the presence of disease vectors (p=0.038; OR=3.600; 95% CI: 1.075–12.059). Meanwhile, variables such as age, gender, education level, and several indicators of personal hygiene and environmental conditions showed no significant associations. These findings highlight the importance of promoting protective equipment usage and vector control as key measures to prevent diarrhea among TPS 3R workers.
Read More
S-12120
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ghina Labibah; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Dewi Susanna, Hidayani Fazriah
Abstrak: Latar Belakang : Skabies merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh tungau Sarcoptes scabiei varietas homonis. Penularan skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit skabies sering terjadi pada lingkungan yang berpenghuni padat salah satunya adalah pondok pesantren yang memiliki asrama untuk tempat tinggal santrinya. Kejadian skabies selain mengganggu kesehatan santri namun akan berdampak kepada performa santri untuk menjalankan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis hubungan antara faktor lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri di pesantren. Tujuan : Mengetahui hubungan faktor lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian skabies pada santri di pesantren X di Kota Bogor pada Tahun 2022. Metode : Studi cross sectional yang dilakukan pada 1 pesantren di Kota Bogor. 84 orang santri dipilih dengan random sampling untuk menjadi responden penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengambilan data lingkungan secara langsung. Dara yang telah diperoleh akan dilakukan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil : Sebanyak 65 orang (77,4%) mengalami skabies, dan 19 orang (22,6%) tidak mengalami skabies. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan yaitu suhu dan kelembaban dengan kejadian. Sedangkan faktor personal hygiene seperti kebersihan tangan, kebersihan kuku, kebersihan kulit, kebersihan handuk dan kebersihan pakaian memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian skabies. Kata Kunci : Skabies, Sarcoptes scabiei varietas homonis, Pesantren, Lingkungan, Personal Hygiene
Background : Scabies is an infectious disease caused by the mite Sarcoptes scabiei homonis variety. Transmission of scabies can occur directly or indirectly. Scabies disease often occurs in densely inhabited environments, one of which is Islamic boarding schools which have dormitories for students to live in. The incidence of scabies in addition to disturbing the health of students but will have an impact on the performance of students to carry out daily activities. Based on this, it is necessary to conduct research to analyze the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students in Islamic boarding schools. Objective: To determine the relationship between environmental factors and personal hygiene with the incidence of scabies in students at Islamic boarding school X in Bogor City in 2022. Methods: Cross sectional study conducted at 1 Islamic boarding school in Bogor City. 84 students were selected by random sampling to become research respondents. The research was conducted using a questionnaire and direct environmental data collection. The data that has been obtained will be subjected to univariate and bivariate statistical tests. Results: As many as 65 people (77.4%) had scabies, and 19 people (22.6%) did not have scabies. There is no significant relationship between environmental factors, namely temperature and humidity with the incidence. Meanwhile, personal hygiene factors such as hand hygiene, nail hygiene, skin hygiene, towel cleanliness and clothing hygiene have a significant relationship with the incidence of scabies. Keywords : Scabies, Sarcoptes scabiei homonis variety, Islamic boarding school, Environment, Personal Hygiene
Read More
S-10967
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ani Sumarni; Pembimbing: I Made Djaja; Penguji: Zakianis, Agus Handito
S-5588
Depok : FKM UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gabriel Posenti Garrin Primaditya Dwianta; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Fatimah
Abstrak:
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) seringkali menghadapi tantangan dalam pengelolaan sanitasi lingkungan akibat kelebihan kapasitas (overcrowding), kondisi bangunan yang sudah tua, dan keterbatasan sumber daya. Lapas Kelas I Cipinang merupakan salah satu Lapas besar di Jakarta yang mengalami overcrowding dengan menampung 2.516 penghuni, melebihi kapasitas ideal 880 orang. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko penyakit berbasis lingkungan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi lingkungan dan pelaksanaan manajemen sanitasi di Lapas Kelas I Cipinang pada tahun 2025, meliputi penyediaan air bersih, kondisi bangunan dan ruangan sel, pengelolaan sampah, penanganan limbah cair, dan penanganan vektor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi. Responden penelitian dipilih secara purposive sampling yang terdiri dari Kepala Seksi Perawatan Narapidana, Kepala Seksi Bimbingan Kerja, dan Kepala Subbagian Umum. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis konten. Informasi yang didapatkan adalah penyediaan air bersih masih mengandalkan air tanah dari sumur bor yang didistribusikan melalui toren-toren di setiap blok hunian, sementara air minum dipasok vendor eksternal. Kondisi bangunan menunjukkan tanda-tanda penuaan dengan seluruh tipe kamar mengalami overkapasitas. Pengelolaan sampah dilakukan secara sederhana dengan pemilahan terbatas pada sampah botol plastik dan kardus. Produksi sampah melebihi kuota pengangkutan enam ton per hari. Penanganan limbah cair menggunakan septic tank dan IPAL sederhana, dengan sebagian fasilitas tidak berfungsi optimal. Penanganan vektor dilakukan secara terbatas dengan metode fisik dan pembentukan tim jumantik. Meskipun upaya manajemen sanitasi telah dilakukan, Lapas Kelas I Cipinang masih menghadapi tantangan signifikan akibat overkapasitas, keterbatasan anggaran, infrastruktur yang sudah tua, dan kesadaran penghuni yang bervariasi terhadap kebersihan lingkungan. Diperlukan peningkatan kesadaran penghuni, kerja sama dengan instansi terkait, optimalisasi pengelolaan sampah, dan perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan di Lapas.


Correctional facilities often face challenges in managing environmental sanitation due to overcrowding, aging infrastructure, and limited resources. Cipinang Class I Correctional Institution is one of the major facilities in Jakarta experiencing severe overcrowding, housing 2,516 inmates despite having an ideal capacity of only 880. This condition potentially increases the risk of environment-based disease inside the corrective institution. This study aims to analyze the environmental conditions and implementation of sanitation management at Cipinang Class I Correctional Institution in 2025, encompassing clean water supply, building and cell conditions, waste management, wastewater treatment, and vector control. This research employed a qualitative approach with data collection techniques including in-depth interviews, direct observation, and documentation. Respondents were selected through purposive sampling, comprising the Head of Inmate Care Section, Head of Work Guidance Section, and Head of General Affairs Sub-section. Data analysis was conducted using content analysis technique. Informations obtained from the field are, clean water provision still relies on groundwater from bore wells distributed through storage tanks in each residential block, while drinking water is supplied by external vendors. Building conditions show signs of deterioration with all cell types experiencing overcapacity. Waste management is conducted simply with limited segregation of plastic bottles and cardboard. Waste production exceeds the daily collection quota of 6 tons. Wastewater treatment utilizes septic tanks and basic Wastewater Treatment Plants (WWTP), with some facilities not functioning optimally. Vector control is limited to physical methods and the establishment of mosquito monitoring teams. Despite sanitation management efforts, Cipinang Class I Correctional Institution continues to face significant challenges due to overcrowding, budget constraints, aging infrastructure, and varying levels of environmental hygiene awareness among inmates. Enhanced inmate awareness programs, collaboration with relevant agencies, optimization of waste management, and infrastructure improvements are necessary to improve environmental sanitation conditions in the facility.
Read More
S-12117
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ani Widiastuti; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Ririn Arminsih, Didik Surpiyono
S-8223
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive