Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 36304 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Natalia Desiani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Fathimah Sulistyowati Sigit, Tria Astika Endah Permatasari , Iing Mursalin
Abstrak:

Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko kardiometabolik yang semakin meningkat di Indonesia. Studi ini bertujuan mengidentifikasi determinan biopsikososial yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada penduduk usia ≥15 tahun, menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Sebanyak 17.766 responden dianalisis menggunakan regresi logistik multivariat. Prevalensi sindrom metabolik tercatat sebesar 37,7%, lebih tinggi pada perempuan (44,2%) dibandingkan laki-laki (28,2%), dan meningkat pada usia ≥45 tahun. Komponen paling umum adalah hipertensi dan obesitas sentral. Lingkar perut (AOR: 4,00; 95%CI: 3,80–4,20) dan rasio lingkar perut terhadap tinggi badan (AOR: 3,95; 95%CI: 3,75–4,15) merupakan determinan biomedis terkuat. Paparan rokok aktif dan pasif, serta konsumsi alkohol, meningkatkan risiko, sementara aktivitas fisik menunjukkan efek protektif. Konsumsi makanan ultra proses tingkat sedang dan tinggi (AOR: 1,12–1,22) serta konsumsi sedang makanan berlemak dan berbumbu juga meningkatkan risiko secara signifikan. Hasil ini menunjukkan perlunya intervensi yang lebih terarah pada kelompok perempuan dewasa dan lansia, melalui strategi promosi gaya hidup sehat dan pengendalian obesitas sentral untuk menurunkan beban sindrom metabolik di Indonesia.


Metabolic syndrome is a growing public health concern in Indonesia, involving a cluster of cardiometabolic risk factors. This study aimed to identify biopsychosocial determinants associated with metabolic syndrome among individuals aged ≥15 years using data from the 2023 Indonesian Health Survey (SKI). A total of 17,766 respondents were analyzed using multivariable logistic regression. The prevalence of metabolic syndrome was 37.7%, higher among women (44.2%) than men (28.2%), and increased significantly in those aged ≥45 years. The most common components were hypertension and central obesity. Key biomedical predictors included waist circumference (AOR: 4.00; 95% CI: 3.80–4.20) and waist-to-height ratio (AOR: 3.95; 95% CI: 3.75–4.15). Psychosocial factors such as active/passive smoking and alcohol consumption increased the risk, while higher levels of physical activity were protective. Additionally, moderate and high consumption of ultra-processed foods (AOR: 1.12–1.22) and moderate intake of fatty and seasoned foods were significantly associated with increased risk. These findings highlight the urgent need for targeted interventions, especially for adult and older women, focusing on healthy lifestyle promotion and central obesity control to reduce the burden of metabolic syndrome in Indonesia.

 

Read More
T-7268
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuni Syahfitri; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Triyanti, Nuniek Ria Sundari, Sri Ridha Hasanah
Abstrak:

Latar Belakang: Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular yang kini semakin banyak ditemukan pada kelompok usia muda. Prevalensi hipertensi yang tinggi pada penduduk usia 15–24 tahun menimbulkan tantangan baru dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular di Indonesia. Faktor-faktor biologis, sosial, dan psikologis (biopsikososial) diduga berperan dalam peningkatan kejadian hipertensi pada kelompok usia ini.

Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor-faktor biopsikososial dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia 15–24 tahun di Indonesia.

Metode: Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Analisis dilakukan terhadap 20.333 responden berusia 15–24 tahun dengan menggunakan analisis univariat, bivariat (uji chi-square), dan multivariat (regresi logistik berganda).

Hasil: Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah pada penduduk usia 15–24 tahun sebesar 9,25%. Faktor biologis seperti usia (OR=1,44; CI 95%: 1,3–1,5), jenis kelamin laki-laki (OR=1,36; CI 95%: 1,3–1,4) dan status gizi lebih(OR=2,5; CI 95%: 2,3–2,6) secara signifikan berhubungan dengan kejadian hipertensi. Faktor sosial seperti status menikah (OR=1,2; CI 95%: 1,1–1,3) memiliki hubungan bermakna dengan hipertensi . Faktor psikologis yang signifikan konsumsi makanan asin. (OR=1,1; CI 95%: 1,0–1,2). Faktor yang paling dominan adalah status gizi lebih.

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor biopsikososial dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia 15–24 tahun khususnya status gizi lebih. Intervensi kesehatan masyarakat yang menyasar aspek gaya hidup sehat, deteksi dini, serta pendekatan lintas sektor diperlukan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi pada kelompok usia muda di Indonesia.

Kata Kunci: hipertensi, biopsikososial, remaja, dewasa muda, SKI 2023, Indonesia


Background: Hypertension is a major risk factor for cardiovascular disease and is increasingly prevalent among young age groups. The high prevalence of hypertension among individuals aged 15–24 years presents new challenges in the prevention and control of non-communicable diseases in Indonesia. Biological, social, and psychological (biopsychosocial) factors are suspected to contribute to the rise in hypertension cases in this age group.  Objective: To examine the relationship between biopsychosocial factors and the incidence of hypertension among individuals aged 15–24 years in Indonesia.  Methods: This study employed a quantitative approach with a cross-sectional design using secondary data from the 2023 Indonesian Health Survey (Survei Kesehatan Indonesia, SKI). Analysis was conducted on 20,333 respondents aged 15–24 years using univariate, bivariate (chi-square test), and multivariate (multiple logistic regression) methods.  Results: The prevalence of hypertension based on blood pressure measurements among individuals aged 15–24 years was 9.25%. Biological factors such as age (OR=1.44; 95% CI: 1.3–1.5), male gender (OR=1.36; 95% CI: 1.3–1.4), and overweight nutritional status (OR=2.5; 95% CI: 2.3–2.6) were significantly associated with hypertension. Social factors such as marital status (OR=1.2; 95% CI: 1.1–1.3) also showed a significant association. Among psychological factors, high salt intake was significantly associated (OR=1.1; 95% CI: 1.0–1.2). The most dominant factor was overweight nutritional status.  Conclusion: There is a significant relationship between biopsychosocial factors and the incidence of hypertension among individuals aged 15–24 years, particularly overweight status. Public health interventions focusing on healthy lifestyle promotion, early detection, and multisectoral approaches are essential to reduce the prevalence of hypertension in Indonesia's young population.  Keywords: hypertension, biopsychosocial, adolescents, young adults, SKI 2023, Indonesia

Read More
T-7265
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Sajida Khairillah Sri Mulyani; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Triyani Kresnawan
Abstrak:

Dislipidemia adalah suatu gangguan yang mengacu pada kadar lipid yang tidak normal dalam aliran darah yang ditandai dengan ditemukannya salah satu tanda keabnormalan kadar lipid darah, meliputi kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, atau HDL. Prevalensi dislipidemia pada usia dewasa (19–49 tahun) di Indonesia tergolong tinggi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dislipidemia pada penduduk usia 15–49 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang menggunakan data sekunder SKI 2023. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15.827 subjek, 90,7% responden laki-laki dan 80,2% responden perempuan mengalami dislipidemia. Analisis bivariat pada responden laki-laki menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, status pekerjaan, tingkat pendidikan, indeks massa tubuh, hipertensi, dan obesitas sentral dengan kejadian dislipidemia (p-value <0,05). Analisis bivariat pada responden perempuan menunjukkan hasil yang signifikan antara usia, wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, konsumsi makanan berlemak, minuman manis, minuman beralkohol, indeks massa tubuh, diabetes melitus, hipertensi, dan obesitas sentral dengan kejadian dislipidemia (p-value <0,05). Analisis multivariat pada responden laki-laki menunjukkan bahwa indeks massa tubuh merupakan faktor dominan (p-value = 0,000; OR 2,3; 95% CI : 1,752-3,249), sedangkan pada responden perempuan menunjukkan bahwa interaksi indeks massa tubuh dan konsumsi makanan berlemak merupakan faktor dominan (p-value = 0,038; OR 3,4; 95% CI : 1,070-10,834).



Dyslipidemia is a disorder characterized by abnormal levels of lipids in the bloodstream, indicated by elevated or decreased levels of total cholesterol, LDL, triglycerides, or HDL. The prevalence of dyslipidemia among adults aged 19–49 years in Indonesia is relatively high. This study aimed to identify the dominant and associated factors related to the occurrence of dyslipidemia among individuals aged 15–49 years in Indonesia. This was a quantitative study with a cross-sectional design using secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI 2023). Data analysis included univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis using the Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results showed that among 15,827 respondents, 90.7% of males and 80.2% of females had dyslipidemia. Bivariate analysis in male respondents revealed significant associations between dyslipidemia and age, employment status, education level, body mass index (BMI), hypertension, and central obesity (p-value < 0.05). In female respondents, significant associations were found with age, residential area, education level, fatty food consumption, sugary drink intake, alcohol consumption, BMI, diabetes mellitus, hypertension, and central obesity (p-value < 0.05). Multivariate analysis showed that BMI was the dominant factor among males (p-value = 0.000; OR = 2.3; 95% CI: 1.752–3.249), while among females, the interaction between BMI and fatty food consumption was the dominant factor (p-value = 0.038; OR = 3.4; 95% CI: 1.070–10.834).
Read More
S-11997
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jessica Reitanya Putri; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Ahmad Syafiq, Endang Laksminingsih Achadi
Abstrak:
Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang sering ditemukan dalam populasi rentan, meliputi balita, remaja, wanita usia subur, dan ibu hamil. Anemia pada ibu hamil memiliki dampak terhadap ibu dan janin. Bagi ibu, anemia menyebabkan penurunan kualitas hidup yang dapat berujung pada kematian. Bayi yang dikandung oleh ibu anemia berisiko lahir tidak normal, mati saat lahir, dan mengalami stunting. Masalah kesehatan ibu saat hamil mempengaruhi periode emas 1000 HPK anak yang bersifat permanen terhadap kelangsungan hidup, sehingga perlu penanganan yang tepat untuk meminimalisir kejadian masalah tersebut. Laporan SKI 2023 menyatakan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 27,7%, yang tergolong sebagai masalah kesehatan tingkat moderat. Penelitian bersifat kuantitatif menggunakan desain penelitian cross-sectional, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2023 menggunakan data sekunder SKI 2023. Variabel dependen adalah anemia, dan variabel independen berupa faktor sosio-demografi, faktor gaya hidup, faktor pola makan, dan faktor masa kehamilan ibu. Analisis data menggunakan complex samples meliputi univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara konsumsi daging, unggas, dan hasil olahannya (p-value =  0,047), jarak kehamilan (p-value =  0,033), dan konsumsi PMT (p-value =  0,001) dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia pada tahun 2023. Anemia is a common nutritional issue among vulnerable populations, including toddlers, adolescents, women of reproductive age, and pregnant women. Anemia in pregnant women impacts both the mother and fetus. For the mother, it reduces quality of life and can lead to mortality. Babies born to anemic mothers are at risk of congenital abnormalities, stillbirth, and stunting. Maternal health issues during pregnancy affect the critical first 1000 days of a child's life, with permanent consequences for survival, necessitating appropriate interventions to minimize these risks. The 2023 SKI report indicates a 27.7% prevalence of anemia among pregnant women in Indonesia, classified as a moderate public health issue. This study is a quantitative study using a cross-sectional design aimed to identify factors associated with anemia in pregnant women in Indonesia in 2023, utilizing secondary data from the 2023 SKI. The dependent variable was anemia, with independent variables from socio-demographic factors, lifestyle factors, dietary patterns, and pregnancy-related factors. Data analysis used complex samples, including univariate and bivariate analyses with chi-square tests. The study found significant associations between anemia in pregnant women and consumption of meat, poultry, and their processed products (p-value = 0.047), pregnancy interval (p-value = 0.033), and consumption of supplementary feeding (PMT) (p-value = 0.001) in Indonesia in 2023.
Read More
S-12028
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu maemunah; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Asih Setiarini, Endang L. Achadi
Abstrak:
Anemia merupakan keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dalam darah berada di bawah batas normal yaitu <13 g/dL bagi laki-laki, <12 g/dL bagi perempuan. Prevalensi anemia pada kelompok usia produktif tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat tingkat ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder SKI 2023. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27.826 subjek yang berasal dari populasi umum, 15,5% mengalami anemia. Sedangkan dari 983 subjek yang berasal dari remaja putri, 23% mengalami anemia. Analisis bivariat pada populasi umum menunjukkan hasil yang signifikan antara usia (p<0,001), jenis kelamin (p<0,001), tingkat pendidikan (p=0,001), tempat tinggal (p=0,047), konsumsi telur dan hasil olahannya (p=0,012), serta konsumsi sayur (p=0,030) dengan kejadian anemia. Kemudian analisis bivariat pada remaja putri menunjukkan hasil yang signifikan antara KEK (p=0,005) dengan kejadian anemia. Analisis multivariat menunjukkan bahwa kelompok lansia merupakan faktor dominan dari kejadian anemia pada populasi umum usia produktif (p<0,001, OR=1,931 (95% CI 1,581–2,358)), sedangkan KEK merupakan faktor dominan dari kejadian anemia pada remaja putri (p=0,028, OR 1,493 (95% CI 1,051 – 2,121)).

Anemia is a condition when the number of red blood cells or hemoglobin concentration in the blood is below the normal limit, which is <13 g/dL for men, <12 g/dL for women. The prevalence of anemia in the productive age group is classified as a mild public health problem. This study aims to determine the factors associated with the incidence of anemia in the productive age group (15-64 years) in Indonesia. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design using secondary data from SKI 2023. Data analysis performed in this study included univariate analysis with frequency distribution, bivariate analysis with chi square test, and multivariate analysis with simple logistic regression test. The results showed that out of 27,826 subjects from the general population, 15.5% were anemic. While out of 983 subjects from adolescent girls, 23% were anemic. Bivariate analysis in the general population showed significant results between age (p<0.001), gender (p<0.001), education level (p=0.001), residence (p=0.047), consumption of eggs and processed products (p=0.012), and vegetable consumption (p=0.030) with the incidence of anemia. Then bivariate analysis in adolescent girls showed significant results between Chronic Energy Malnutrition (p=0.005) and the incidence of anemia. Multivariate analysis showed that the elderly group was the dominant factor of the incidence of anemia in the general population of productive age (p<0.001, OR=1.931 (95% CI 1.581-2.358)), while Chronic Energy Malnutritio was the dominant factor of the incidence of anemia in adolescent girls (p=0.028, OR 1.493 (95% CI 1.051 - 2.121)).
Read More
S-12150
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ni Shafa Khalishah Salsabila Ramadhani; Pembimbing: Ahmad Syafiq; Penguji: Asih Setiarini, Fathimah Sulistyowati Sigit, Tria Astika Endah Permatasari, Iing Mursalin
Abstrak:

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak jangka panjang terhadap kesehatan, perkembangan kognitif, dan produktivitas. Kabupaten/kota Pulau Papua masih menunjukkan prevalensi stunting yang tinggi, melebihi rata-rata nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6–59 bulan di 29 kabupaten/kota Pulau Papua menggunakan pendekatan studi ekologi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat menggunakan regresi linier berganda. Variabel yang dianalisis meliputi karakteristik ibu dan anak, asupan makanan, penyakit infeksi, praktik pengasuhan, akses layanan kesehatan, kondisi lingkungan, dan status ekonomi. Hasil analisis bivariat menunjukkan beberapa variabel memiliki hubungan signifikan dengan stunting, seperti tinggi badan ibu <150 cm, pendidikan ibu <SMA, keragaman pangan rendah, konsumsi tablet tambah darah <90 tablet, tidak ASI eksklusif, dan sanitasi tidak aman. Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik dalam analisis multivariat. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan berbasis wilayah dan multisektoral yang mempertimbangkan konteks lokal dalam perencanaan intervensi stunting di Pulau Papua.
Kata kunci: stunting, studi ekologi, Pulau Papua, anak balita, faktor risiko


Stunting is a chronic nutritional problem with long-term impacts on health, cognitive development, and productivity. Districts and municipalities in Papua Island continue to show high stunting prevalence rates, exceeding the national average. This study aims to analyze the factors associated with stunting among children aged 6–59 months in 29 districts/municipalities of Papua Island using an ecological study approach. The research utilizes secondary data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI). Data analysis was conducted through univariate, bivariate, and multivariate methods using multiple linear regression. The analyzed variables included maternal and child characteristics, food intake, infectious diseases, childcare practices, healthcare access, environmental conditions, and economic status. Bivariate analysis revealed significant associations between stunting and several factors, such as maternal height <150 cm, education level below senior high school, low dietary diversity, iron tablet consumption <90 tablets, non-exclusive breastfeeding, and unsafe sanitation. However, no statistically significant associations were found in the multivariate analysis. These findings highlight the importance of area-based and multisectoral approaches that take local context into account in planning stunting intervention programs in Papua Island. Keywords: stunting, ecological study, Papua Island, under-five children, risk factors

Read More
T-7261
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gillian Frances Liwarto; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Sintha Fransiske Simanungkalit
Abstrak:
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah dan menjadi salah satu penyebab utama morbiditas serta mortalitas di dunia. Saat ini, prevalensi diabetes mulai meningkat secara signifikan pada kelompok usia dewasa muda (19–44 tahun). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Dengan  tujuan untuk mengetahui determinan kejadian diabetes melitus pada penduduk usia dewasa (19–44 tahun) di Indonesia dengan menganalisis data sekunder dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Analisis data ini dilakukan dengan pendekatan complex samples dan melibatkan 7.964 penduduk berusia 19–44 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia 19–44 tahun di Indonesia sebesar 5,5%. Analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik antara diabetes melitus dengan beberapa variabel sebagai faktor risiko yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, perilaku merokok dan obesitas sentral (p-value<0,05). Untuk analisis multivariat, ditemukan obesitas sentral sebagai faktor dominan dari kejadian diabetes melitus dengan OR = 2,34. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas sentral merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian diabetes melitus dimana individu dengan obesitas sentral memiliki peluang 2,34 kali lebih besar untuk mengalami diabetes dibandingkan yang tidak mengalami obesitas sentral bahkan setelah dikontrol oleh faktor confounding lainnya.

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease characterized by elevated blood glucose levels and one of the leading causes of morbidity and mortality worldwide. Currently, the prevalence of diabetes is increasing significantly among young adults aged 19–44 years. This study is a quantitative study with a cross-sectional design, aimed at identifying the determinants of diabetes mellitus among young adults (19–44 years) in Indonesia by analyzing secondary data from Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Data analysis was conducted using a complex samples approach and involving 7,964 individuals aged 19–44 years. The results showed that the prevalence of diabetes mellitus in this age group was 5.5%. The bivariate analysis shows a statistically significant association between diabetes mellitus and several risk factors, which are age, sex, educational level, smoking behaviour and central obesity (p-value < 0.05). Multivariate analysis identified central obesity as the dominant factor associated with diabetes mellitus, with an odds ratio (OR) of 2.34. This indicates that central obesity is the most influential factor in the occurrence of diabetes mellitus, where individuals with central obesity have a 2.34 times greater chance of developing diabetes compared to those without, even after other confounding factors were controlled.
Read More
S-11946
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Selvia Amelya; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Fathimah Sulistyowati Sigit, Kusharisupeni Djokosujono
S-11898
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Nuraini; Pembimbing: Wahyu Kurnia Yusrin Putra; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Teguh Jati Prasetyo
Abstrak: Konsumsi buah dan sayur adalah salah satu aspek penting dalam gizi seimbang. Meskipun begitu, di Indonesia banyak masyarakat kurang mengonsumsi buah dan sayur, salah satunya anak usia sekolah. Jika fenomena ini diabaikan secara terus menerus, kebiasaan makan yang salah pada masa anak-anak dapat berlanjut menjadi bibit masalah kesehatan yang serius kedepannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsumsi buah dan sayur serta faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak usia sekolah 5-12 tahun di Provinsi Jawa Barat tahun 2023. Penelitian ini menggunakan data SKI 2023 dengan desain penelitian cross-sectional dan sampel sebanyak 9.097 orang. Analisis data menggunakan SPSS dan seperangkat komputer. Berdasarkan analisis univariat, rata-rata konsumsi buah dan sayur anak usia sekolah 5-12 tahun di Provinsi Jawa Barat sebanyak   0,85 porsi per hari dalam seminggu, dengan rincian rata-rata konsumsi buah sebanyak 1,14 porsi per hari dalam seminggu dan rata-rata konsumsi sayur sebanyak 1,21 porsi per hari dalam seminggu. Sementara itu, faktor-faktor yang menunjukkan hubungan signifikan, yakni jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ayah, status pekerjaan ibu, dan status ekonomi  yang termasuk di dalamnya status penerimaan bantuan sosial dengan masing-masing p<0,05, sedangkan tempat tinggal menunjukkan hubungan tidak signifikan dengan p-value 0,088 (p>0,05).
Fruit and vegetable consumption is one of the essential aspects of balanced nutrition. However, many people in Indonesia, including school-aged children, consume insufficient amounts of fruits and vegetables. Poor eating habits during childhood may develop serious health problems in the future. This study aimed to describe the consumption of fruits and vegetables and the factors associated with fruit and vegetable consumption among school-aged children (5–12 years old) in West Java Province in 2023. The study used data from the SKI 2023 with a cross-sectional design and sample of 7,086 individuals. Data were analyzed using SPSS and a set of computers. Based on univariate analysis, the average consumption of fruits and vegetables among school-aged children (5–12 years) in West Java Province was 0.85 servings per day over a week, with an average fruit consumption of 1.14 servings per day and an average vegetable consumption of 1.21 servings per day. Meanwhile, the factors that showed a significant relationship were gender, age, father's education level, mother's education level, father's employment status, mother's employment status, and economic status including social assistance recipient status with p<0.05 respectively, while place of residence showed an insignificant relationship with a p-value of 0.088 (p>0.05).
Read More
S-11972
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syifa Rahmadany; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Banun Rohimah
Abstrak:
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang persisten dengan nilai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik ≥90 mmHg berdasarkan rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah. Prevalensi hipertensi di Provinsi Kalimantan Tengah menempati peringkat tertinggi di Indonesia, yakni 40,7%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan faktor dominan yang berhubungan dengan hipertensi pada penduduk usia 25–44 tahun di Provinsi Kalimantan Tengah. Desain penelitian ini adalah cross-sectional menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023. Analisis data yang digunakan meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4.929 sampel, sebanyak 35,7% mengalami hipertensi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia 25–44 tahun di Provinsi Kalimantan Tengah yakni umur, riwayat pendidikan, status pekerjaan, obesitas, dan obesitas sentral. Konsumsi buah menjadi faktor dominan setelah dikontrol oleh variabel konsumsi sayur dan konsumsi makanan olahan berpengawet sebagai confounder, dengan peningkatan risiko sebesar 7,4 kali pada individu yang tidak pernah mengonsumsi buah dalam satu minggu dan 4,15 kali pada individu yang kurang mengonsumsi buah jika dibandingkan dengan individu yang mengonsumsi buah dalam jumlah cukup (14 porsi/minggu).
Hypertension is defined as a persistent increase in blood pressure, with systolic values ≥140 mmHg and/or diastolic values ≥90 mmHg, based on the average of two or more blood pressure measurements. The prevalence of hypertension in Central Kalimantan Province is the highest in Indonesia, at 40.7%. This study aims to determine related factors and dominant factors related to hypertension in the population aged 25-44 years in Central Kalimantan Province. A cross-sectional design was used, utilizing data from the 2023 Indonesia Health Survey (SKI 2023). Data analysis included univariate analysis using frequency distribution, bivariate analysis using the chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistics regression. The results showed that out of 4,929 samples, 35.7% had hypertension. The factors significantly associated with the incidence of hypertension among individuals aged 25–44 years in Central Kalimantan Province include age, educational background, employment status, obesity, and central obesity. Fruit consumption is the dominant factor after being controlled by consumption of vegetables and consumption of processed foods preserved as confounders. Individuals who never consumed fruit in the past week had a 7.4 times higher risk of hypertension, while those who consumed less fruit (
Read More
S-12005
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive