Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 29821 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Khairiah; Pembimbing: Helda; Penguji: Wahyu Septiono, Hidayat Nuh Ghazali Djajuli
Abstrak:

Dengue merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada tahun 2024, Kota Depok mencatat 5.040 kasus dengue (IR 266/100.000 penduduk) dengan 13 kematian (CFR 0,25%), jauh melebihi target nasional (IR ≤10/100.000). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian dengue secara spasial di Kota Depok tahun 2024 dengan menggunakan pendekatan mix-method. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional untuk pendekatan kuantitatif dengan data sekunder dan pendekatan explanatory untuk kualitatif melalui wawancara mendalam. Analisis spasial dilakukan menggunakan perangkat lunak QGIS dan GeoDa. Variabel yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta angka bebas jentik (ABJ). Kasus dengue menunjukkan pola spasial mengelompok dengan autokorelasi spasial pada variabel-variabel yang diteliti. Model Spatial Error Model (SEM) memberikan hasil terbaik dengan nilai AIC terendah (657,88) dan R² sebesar 0,276. Efek spasial eror sebesar 37,4% menunjukkan pengaruh dari wilayah sekitar terhadap penyebaran kasus dengue. Kepadatan penduduk ditemukan sebagai variabel signifikan yang berhubungan dengan kejadian dengue. Wilayah prioritas untuk intervensi meliputi Kelurahan Bedahan, Rangkapan Jaya Baru, Depok Jaya, Mampang, dan Cisalak. Pendekatan spasial efektif dalam mengidentifikasi wilayah risiko tinggi dengue dan variabel yang memengaruhi penyebarannya. Disarankan agar intervensi dengue lebih difokuskan pada wilayah dengan kepadatan tinggi, peningkatan edukasi PHBS, integrasi analisis spasial dalam perencanaan program, serta koordinasi lintas sektor. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengendalian dengue yang berbasis data dan wilayah.


 

Dengue is a viral infection transmitted by Aedes aegypti mosquitoes and remains a significant public health threat in Indonesia. In 2024, the city of Depok reported 5,040 dengue cases (IR 266/100,000 population) and 13 deaths (CFR 0.25%), far exceeding the national target of IR ≤10/100,000. This study aims to spatially analyze the risk factors associated with dengue incidence in Depok City in 2024 using a mixed-methods approach. A cross-sectional ecological design was used for the quantitative component, supported by secondary data, while the qualitative component followed an explanatory design through in-depth interviews. Spatial analysis was conducted using QGIS and GeoDa. The variables analyzed included gender, age, population density, household-level Clean and Healthy Living Behavior (PHBS), and larva-free index (ABJ). Dengue cases exhibited a clustered spatial pattern with spatial autocorrelation across the studied variables. The Spatial Error Model (SEM) yielded the best performance with the lowest AIC (657.88) and R² of 0.276. A spatial error effect of 37.4% indicated that neighboring areas influence dengue transmission. Among all variables, population density was significantly associated with dengue incidence. Priority intervention areas identified were Bedahan, Rangkapan Jaya Baru, Depok Jaya, Mampang, and Cisalak sub-districts. A spatial approach is effective in identifying high-risk areas and key factors influencing dengue transmission. It is recommended that dengue prevention programs prioritize high-density areas, strengthen PHBS education, integrate spatial analysis into health program planning, and enhance cross-sector coordination. These strategies are expected to improve the effectiveness of dengue control efforts based on spatial and epidemiological data.

Read More
T-7282
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yani Dwiyuli Setiani; Pembimbing: Dewi Susanna, Tris Eryando; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Rachmat Suherwin, Iman Suhendar
T-2911
Depok : FKM UI, 2008
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Thamrin; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari, Tris Eryando; Penguji: Laila Fitria, Priagung AB; Titi Sari Renowati
T-3132
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Soraya Permata Sujana; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Budi Hartono, Ririn Arminsih Wulandari, Arif Sumantri, Hermawan Saputra
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama di Jawa Barat. Kabupaten Bogor, Kota Bandung, dan Kota Bekasi merupakan tiga wilayah dengan jumlah kasus TB tertinggi di provinsi tersebut. Faktor lingkungan (kepadatan penduduk, ketinggian wilayah, dan cakupan rumah sehat) diduga berperan dalam meningkatkan kejadian TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian TB dan korelasi faktor lingkungan terhadap kejadian TB, serta menganalisis sebarannya secara spasial untuk mengidentifikasi wilayah risiko tinggi untuk diintervensi. Penelitian ini merupakan studi ekologi menggunakan data sekunder tahun 2022–2024 dari Dinas Kesehatan, BPS, dan BIG. Analisis dilakukan secara deskriptif, korelasi, pemetaan spasial, dan kerawanan menggunakan aplikasi SPSS dan QGIS. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan tren kejadian TB di ketiga wilayah. Terdapat korelasi antara kepadatan penduduk dan cakupan rumah sehat terhadap kejadian TB di Kabupaten Bogor dan Kota Bandung, namun tidak di Kota Bekasi. Ketinggian wilayah tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian TB diketiga wilayah. Sebaran faktor lingkungan terhadap kejadian TB menunjukkan adanya variasi antarwilayah. Pemetaan secara spasial mengidentifikasi Kota Bandung sebagai wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi. Intervensi pengendalian TB berbasis wilayah diperlukan dan difokuskan pada daerah dengan kepadatan dan kerawanan tinggi. Diharapkan surveilans epidemiologi aktif (active case finding) terus dilakukan, mengembangkan sistem informasi TB spasial secara real-time yang terintegrasi dengan data surveilans aktif, menjalin kerjasama lintas sektor, mengevaluasi standar penilaian rumah sehat, mendorong regulasi daerah terkait TB, serta meningkatkan partisipasi masyarakat untuk pengendalian TB, terutama di wilayah padat penduduk dan berisiko tinggi.


Tuberculosis (TB) is an infectious disease that remains a significant public health problem in Indonesia, particularly in West Java. Bogor Regency, Bandung City, and Bekasi City are among the regions with the highest number of TB cases in the province. Environmental factors such as population density, altitude, and healthy housing coverage, are suspected to contribute to the incidence of TB. This study aims to describe the incidence of TB, examine the correlation between environmental factors and TB cases, and analyze the spatial distribution to identify high-risk areas for targeted intervention. This ecological study used secondary data from 2022 to 2024 obtained from the Health Office, Statistics Indonesia (BPS), and the Geospatial Information Agency (BIG). Analyses were conducted using descriptive statistics, correlation tests, spatial mapping, and vulnerability assessment through SPSS and QGIS applications. The results showed an increasing trend in TB cases across all three regions. A significant correlation was found between population density and healthy housing coverage with TB incidence in Bogor and Bandung, but not in Bekasi. Altitude was not associated with TB incidence in any of the regions. The spatial distribution revealed variations in environmental factors related to TB incidence between regions. Bandung City was identified as having the highest level of TB vulnerability. Area-based TB control interventions are therefore necessary, particularly in densely populated and high-risk areas. It is recommended to strengthen active epidemiological surveillance (active case finding), develop a real-time spatial TB information system integrated with surveillance data, establish cross-sectoral collaboration, evaluate the standards for healthy housing assessment, promote local regulations related to TB control, and enhance community participation in TB prevention, especially in densely populated and high-risk areas.
Read More
T-7396
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Afandi Setia Apriliyan; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Yovsyah, Bai Kusnadi, Sherli Karolina
Abstrak:
Latar Belakang: Pada 2023, Kota Bogor mencatat 360 kasus positif naik 9 kali lipat dibanding tahun sebelumnya dengan incidence rate tertinggi kedua di Jawa Barat dimana penyebaran hampir merata di seluruh kelurahan. Penelitian ini diperlukan untuk menganalisis pola spasial dan faktor risiko campak pada balita di Kota Bogor sebagai dasar ilmiah untuk intervensi yang lebih efektif. Metode: Penelitian ini merupakan studi ekologis dengan analisis spasial dengan unit analisis adalah kelurahan. Data dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif, eksploratori, inferensial, dan prediktif dengan model regresi spasial untuk mengidentifikasi faktor risiko campak pada balita. Hasil: Analisis spasial kasus positif campak balita menunjukkan bahwa proporsi usia kasus, PHBS rumah tangga sehat, dan cakupan vitamin A memiliki pola spasial mengelompok signifikan (p < 0,05) berdasarkan Moran’s Index. Hasil LISA mengidentifikasi beberapa kelurahan dalam kuadran high-high, seperti Cikaret dan Mulyaharja. Hasil uji SAR menunjukkan terdapat efek spasial signifikan (ρ = 0,142; p = 0,05). Secara parsial, proporsi usia kasus dan angka pendidikan SD–SMP berpengaruh signifikan (p < 0,001), sementara cakupan vitamin A menunjukkan efek protektif secara marginal signifikan (p = 0,05). Model ini menunjukkan bahwa distribusi campak dipengaruhi oleh faktor biologis, pendidikan, dan spasial wilayah. Kesimpulan: Kasus campak balita menunjukkan pola spasial mengelompok signifikan dengan faktor usia, pendidikan, dan cakupan vitamin A sebagai determinan utama. Diperlukan penguatan analisis spasial secara rutin dan pemantauan wilayah yang terindikasi hotspot.

In 2023, Bogor City recorded 360 positive measles cases, a ninefold increase compared to the previous year, with the second highest incidence rate in West Java and nearly uniform distribution across all sub-districts. This study aims to analyze the spatial patterns and risk factors of measles among children under five in Bogor City as a scientific basis for more effective interventions. Methods: This ecological study used spatial analysis with sub-districts as the unit of analysis. Data were analyzed using descriptive, exploratory, inferential, and predictive approaches, including spatial regression models to identify measles risk factors in children under five. Results: Spatial analysis of positive measles cases showed that the proportion of cases by age, healthy household behavior (PHBS), and vitamin A coverage exhibited significant spatial clustering (p < 0.05) based on Moran’s Index. LISA results identified several sub-districts in the high-high quadrant, such as Cikaret and Mulyaharja. SAR tests indicated a significant spatial effect (ρ = 0.142; p = 0.05). Partially, the proportion of cases by age and primary to junior high school education level had significant effects (p < 0.001), while vitamin A coverage showed a marginally significant protective effect (p = 0.05). This model suggests that measles distribution is influenced by biological, educational, and spatial factors. Conclusion: Measles cases in children under five exhibit significant spatial clustering, with age, education, and vitamin A coverage as key determinants. Routine spatial analysis and monitoring of identified hotspot areas are recommended.
Read More
T-7246
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aneke Theresia Kapoh; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Lukman Hakim, Yuliandri
Abstrak:

Latar Belakang: Di Indonesia, malaria masih merupakan penyakit menular dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Di Indonesia, terdapat 443.530 kejadian malaria pada tahun 2022, dan tercatat 71 kasus kematian terkait malaria. Sesuai antisipasi, tujuan pemberantasan malaria semakin maju, dengan 372 dari 514 kabupaten dan kota berpeluang bebas malaria pada akhir tahun 2022. Hanya ada satu kabupaten yang penularan malarianya terjadi di Pulau Jawa dan Bali, dan itulah Purworejo di Jawa Tengah. Karena malaria adalah penyakit yang bersifat lokal, maka diperlukan upaya pengendalian lokal. Sebagian besar penyakit malaria disebabkan oleh variabel perilaku dan lingkungan. Dalam epidemiologi, analisis spasial sangat berguna untuk menentukan pengelompokan penyakit dan menilai prevalensi penyakit dalam kaitannya dengan lokasi geografis. Tujuan: memahami unsur-unsur yang berkontribusi terhadap terjadinya penyakit malaria di Kabupaten Purworejo serta gambaran spasial kejadian tersebut Metode: Angka kejadian malaria di Kabupaten Purworejo pada tahun 2022 akan dideskripsikan dan dipetakan dengan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif ini. Badan Pusat Statistik (BPS), badan informasi geografis, dan data sekunder laporan malaria Kabupaten Purwerejo menjadi sumber data yang dimanfaatkan. Alat QGIS 3.10, STATA 17, dan GEODA digunakan untuk pengumpulan dan pemrosesan data. Koordinat data geografis setiap kasus tersedia, dan analisis statistik dilakukan untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria serta melakukan analisis spasial untuk menentukan pola geografis penyebaran penyakit. . Hasil: Berdasarkan karakteristik demografi dan pemeriksaan malaria kasus terbanyak ditemukan pada usia 18-45 tahun (51,05%),  Berdasarkan jenis kelamin persentasi jumlah laki-laki ditemukan lebih banyak dari Perempuan (64,87%), pekerjaan yang terbanyak adalah petani (78%) pemeriksaan terbanyak dilakukan dengan mikroskop (99%), Jenis parasite terbanyak adalah Falciparum (85,48%), berdasarkan klasifikasi sumber penularan yang terbanyak merupakan kasus indigenous (83,61%) dan kasus terbanyak ditemukan pada puskesmas Kaligesing. (33,96%). Berdasarkan analisis univariat variabel independent kasus malaria tahun 2022 Kabupaten Purworejo  rata rata jumlah curah hujan adalah 3209,25 dengan nilai terendah adalah 2971 dan nilai tertinggi adalah 4217. Ratarata Kelembaban adalah 87, 75 dengan nilai terendah adalah 84% dan tertinggi adalah 89%. Jika dilihat dari kepadatan penduduk maka kepadatan penduduk terendah adalah 427 jiwa/km2 dan tertinggi adalah 1669 jiwa/km2. Berdasarkan ketinggian memiliki ratarata 64,9375 mdpl dengan terendah adalah 12 mdpl dan tertinggi adalah 213 mdpl. Berdasarkan wilayah kasus di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kasus malaria bila dilihat dari penyebarannya memiliki gambaran dengan pola spasial. Peta buffer jangkauan pusat layananan dengan jarak 1000 m dari puskesmas terdapat 241 (56,4%)dari 427 kasus malaria. Kasus malaria pada tahun 2022 terdapat pada daerah denganketinggian wilayah diatas 18 mdpl atau berada diantara 18-213 mdpl. Berdasarkan curahhujan terlihat pada peta 98% kasus berada pada jumlah curah hujan yang lebih rendah(2971 mm) dan 2% berada pada jumlah curah hujan yang lebih tinggi. Sebagian besarkasus 2022 (98%) tersebar pada daerah yang kepadatan penduduknya yang terendah yaitu427-608/km2   namun Sebagian kasus (2%) terdapat juga pada daerah dengan kepadatanpenduduk yang paling tinggi yaitu kepadatan penduduk 929-1669.km2. Pada Peta terlihatbahwa 98% kasus malaria berada pada kelembaban 89% dan 2% kasus berada padakelembaban 84%. Pada Analisa indeks moran ditemukan I = 0,124 dengan E(I) =-0,0667,dan P=0,04 yang menunjukkan adanya autokorelasi spasial positif. I>E(I) menunjukkanbahwa polanya adalah mengelompok. Autokorelasi spasial penyebaran malariaKabupaten Purworejo terlihat bahwa penyebaran kasus malaria tahun 2022 terdapatautokorelasi spasial positif. Berdasarkan nilai I dan E(I) menunjukkan bahwa polapenyebarannya adalah mengelompok. Nilai P  =0,03 yang lebih kecil dari alpha makahipotesis Ho ditolak berdasarka uji yang telah dilakukan ini yang berarti terdapatautokorelasi spasial kejadian malaria tahun 2022. peta LISA cluster terlihat bahwa adasatu kecamatan dengan kasus malaria tinggi  dikelilingi oleh kecamatan yang memilikikasus malaria yang tinggi yaitu  kecamatan Kaligesing. Terdapat 2 wilayah kecamatandengan kasus rendah yang disekelilingnya terdapat kecamatan yang memiliki kasus yangtinggi yaitu kecamatan Loano dan Bagelan. Pada kuadran 3 menunjukkan lokasi pengamatan kecamatan yang memiliki kasus yang rendah yang sekelilingnya adalahkecamatan yang memiliki kasus rendah juga yaitu kecamatan kemiri. Pada Kuadranempat tidak ditemukan kecamatan tinggi dikelilingi kecamatan rendah. Berdasarkananalisa Spasial Error Model di atas terlihat bahwa faktor lingkungan mempengaruhipenyebaran penyakit malaria di Kabupaten Purworejo. Faktor ketinggian wilayah,kepadatan penduduk, curah hujan dan kelembaban mempengaruhi penyebaran kasusmalaria di Kabupaten Purworejo. Kata kunci: Malaria, analisis spasial


 

Read More
T-7117
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dedi Haryadi; Pemb. Dewi Susanna; Penguji: Tris Eryando, Ririn Arminsih Wulandari, Risikhon, Ahmad, Warmo Sudrajat
T-2644
Depok : FKM UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Indarti Widyaningsih; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Artha Prabawa, Santayana Daulay
S-10304
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Triyuni Rizkya Mika; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Renti Mahkota, Riri Komala Sari
Abstrak:

Perkembangan kasus DBD di kota Depok mengalami peningkatan baik dari segi jumlah kasus maupun dari sebaran distribusi wilayah terjangkit. Pada tahun 2023 kasus demam berdarah di kota Depok terdeteksi sebanyak 1.032 kasus sehingga diperoleh angka kesakitan/incidence rate DBD sebesar 53,53 per 100.000 penduduk dan angka kematian sebanyak 5 orang sehingga diperoleh angka kematian/case fatality rate DBD sebesar 0,48%. Kasus DBD tertinggi terjadi di kecamatan pancoran mas sebanyak 174 kasus DBD. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di puskesmas pancoran mas depok tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data primer. Hasil analisis bivariate dengan uji chi-square didapatkan bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian DBD yaitu kebiasaan menggantung baju (nilai p = 0,011; POR = 3,25; 95% CI = 1,31-8,08) dan pengelolaan barang bekas (p = 0,012; POR = 0,33; 95% CI = 0,14-0,78). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian DBD yaitu usia (p = 0,368), jenis kelamin (p = 0,129), penggunaan obat/anti nyamuk (p = 0,521), sarana pembuangan sampah (p = 0,080). Masyarakat diharapkan untuk bekerja sama dalam program pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan pemerintah setempat.


 

The development of dengue fever cases in Depok city has increased both in terms of the number of cases and the distribution of infected areas. In 2023, 1,032 cases of dengue fever were detected in Depok city, resulting in a dengue morbidity/incidence rate of 53.53 per 100,000 population and a mortality rate of 5 people, resulting in a dengue fatality rate of 0.48%. The highest DHF cases occurred in Pancoran Mas sub-district as many as 174 DHF cases. This study aims to determine the factors associated with the incidence of dengue hemorrhagic fever at the pancoran mas health center in depok in 2024. This study is a quantitative study with a cross-sectional design and uses primary data. The results of bivariate analysis with the chi-square test showed that the variables significantly associated with the incidence of DHF were the habit of hanging clothes (p value = 0.011; POR = 3.25; 95% CI = 1.31-8.08) and the management of used goods (p = 0.012; POR = 0.33; 95% CI = 0.14-0.78). The variables that were not significantly associated with DHF incidence were age (p = 0.368), gender (p = 0.129), use of mosquito repellent (p = 0.521), waste disposal facilities (p = 0.080). The community is expected to cooperate in the mosquito nest eradication program implemented by the Puskesmas and local government.

Read More
S-11853
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sarah Anggraheni; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Indah Lestari
Abstrak: Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan wilayah DKI Jakarta dengan angka deteksi kasus baru kusta dan kecacatan paling banyak di Jakarta pada tahun 2018. Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Penyakit kusta dapat menimbulkan kecacatan baik tingkat 1 maupun 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi spasial karakteristik kasus baru kusta dengan Sistem Informasi Geografi serta hubungan faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kecacatan pada kasus baru kusta Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dengan total sampel sebanyak 85 orang. Data diperoleh dari kartu penderita kusta di sembilan Puskesmas di Jakarta Timur. Data kemudian dianalisis univariat, bivariat, dan spasial. Kasus baru kusta paling banyak terdapat di Kecamatan Cakung (21 kasus), Cipayung (16 kasus), dan Duren Sawit (16 kasus) pada laki-laki (67,1%), rentang umur 25-34 tahun (27,1%), tidak bekerja (47,1%), tidak memiliki riwayat kontak (65,9%), cara penemuan pasif (84,7%), lama gejala <1 tahun (44,7%), tipe kusta MB (85,9%), tidak mengalami reaksi (64,7%), kecacatan tingkat 1 sebesar 10,6% dan kecacatan tingkat 2 sebesar 74,1%. Dari seluruh faktor risiko, tidak ada hubungan faktor risiko yang diteliti dengan kecacatan pada kasus baru kusta.
Read More
S-10132
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive