Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 40784 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Adla Azizah; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Fitri Kurniasari, Widya Motivasi Manurung
Abstrak:
Industri farmasi merupakan sektor dengan risiko tinggi terhadap kualitas udara pada lingkungan kerjanya, yang dapat berdampak pada kesehatan pekerja dan mutu produk. Manajemen risiko kualitas udara yang efektif penting untuk mencegah pajanan bahaya fisik, kimia, dan biologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi proses manajemen risiko kualitas udara di lingkungan kerja produksi dan laboratorium PT. X di Jakarta Timur berdasarkan pendekatan ISO 31000:2018. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan diskusi, sedangkan data sekunder diperoleh dari telaah dokumen perusahaan. Penilaian dilakukan terhadap parameter fisik (suhu, kelembapan, pencahayaan, kebisingan, dan debu), biologis (jamur dan bakteri), serta kimia (etanol). Ditemukan beberapa ketidaksesuaian kualitas udara dengan standar perusahaan dan regulasi nasional. Proses manajemen risiko sudah dilakukan tetapi belum optimal dalam hal pencatatan, pelaporan, serta pemantauan dan peninjauan berkala. Implementasi manajemen risiko kualitas udara di PT. X perlu ditingkatkan terutama pada aspek dokumentasi, keterlibatan pekerja, serta integrasi sistem dalam budaya organisasi guna meningkatkan kualitas udara dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.

The pharmaceutical industry is a high-risk sector regarding indoor air quality, which may affect both worker health and product integrity. Effective air quality risk management is essential to prevent exposure to physical, chemical, and biological hazards. This study aims to evaluate the implementation of air quality risk management processes in the production and laboratory work environments of PT. X in East Jakarta based on the ISO 31000:2018 framework. This research used a descriptive design with a qualitative approach. Primary data were collected through field observations and discussion, while secondary data were obtained from company document reviews. The assessment focused on physical (temperature, humidity, lighting, noise, dust), biological (fungi and bacteria), and chemical (ethanol) parameters. Several non-compliances with national and company air quality standards were identified. Although risk management processes were in place, they were found to be suboptimal, particularly in terms of documentation, reporting, and periodic monitoring and review. The air quality risk management implementation at PT. X requires improvements, especially in documentation practices, worker involvement, and system integration into organizational culture to enhance air quality and ensure a safe and healthy work environment.
Read More
S-11961
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jihan Prisar Tsabitha; PembimbingL: Al Asyary; Penguji: Dewi Susanna, Ni'matulloh
Abstrak:
Perjalanan bisnis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pekerjaan auditor di PT X sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Testing, Inspection, and Certification (TIC). Mobilitas tinggi yang dituntut dari auditor berpotensi menimbulkan berbagai risiko terhadap keselamatan, kesehatan fisik dan mental, serta keseimbangan sosial, yang secara tidak langsung dapat memengaruhi kualitas hasil audit. Namun, sejauh ini belum dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap implementasi mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, dan lingkungan kerja (K3L) dalam konteks perjalanan bisnis auditor. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi mitigasi risiko K3L pada perjalanan bisnis di PT X berdasarkan persepsi auditor. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap lima informan yang dipilih secara purposive, meliputi auditor, auditor senior, dan head of division yang terlibat dalam perjalanan bisnis. Triangulasi sumber digunakan untuk memastikan validitas data, dengan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen internal perusahaan dan observasi pelaksanaan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun PT X telah memiliki beberapa prosedur terkait mitigasi risiko, seperti pemantauan K3L dan penanganan keadaan darurat, implementasinya belum spesifik untuk konteks perjalanan bisnis. Sebagian besar auditor belum mengetahui dan memahami prosedur tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara kebijakan formal dan praktik di lapangan. Perusahaan telah memenuhi aspek logistik dasar seperti transportasi dan akomodasi, namun belum menyediakan pelatihan risiko yang memadai, edukasi pra perjalanan, serta pemantauan kesehatan sebelum dan sesudah perjalanan. Auditor juga mengalami kelelahan, gangguan tidur, stres, dan keterbatasan waktu bersama keluarga akibat intensitas perjalanan yang tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi mitigasi risiko K3L di PT X masih bersifat reaktif dan belum terintegrasi secara sistematis ke dalam siklus perjalanan bisnis. Perusahaan disarankan untuk mengembangkan sistem mitigasi risiko yang kontekstual untuk setiap destinasi, meningkatkan sosialisasi dan pelatihan berbasis risiko, serta menyediakan mekanisme pemulihan pasca-perjalanan. Selain itu, keterlibatan auditor dalam penyusunan kebijakan serta dukungan terhadap kesehatan mental juga perlu ditingkatkan guna menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, aman, dan berkelanjutan.


Business travel is an inseparable part of the auditors' work at PT X, a multinational company operating in the field of Testing, Inspection, and Certification (TIC). The high mobility required from auditors poses various risks to their safety, physical and mental health, and social balance, which may indirectly affect the quality of audit results. However, a comprehensive evaluation of the implementation of occupational safety, health, and environmental (SHE) risk mitigation in the context of business travel has not yet been conducted. This study aims to evaluate the implementation of SHE policies related to business travel at PT X based on auditors' perceptions. This research employed a descriptive qualitative method with a case study approach. Data were collected through in-depth interviews with five purposively selected informants, including senior auditors, internal auditors, and division heads involved in business travel. Data validity was ensured through source triangulation by comparing interview results with internal company documents and field observations. The findings indicate that although PT X has several procedures related to risk mitigation—such as SHE performance monitoring and emergency response—their implementation is not specifically tailored to the business travel context. Most auditors are either unaware of or do not access these documents, resulting in a gap between formal policy and actual practice. The company has fulfilled basic logistical aspects such as transportation and accommodation, but lacks adequate risk-based training, pre-departure education, and health monitoring before and after travel. Auditors reported experiencing fatigue, sleep disturbances, stress, and reduced family time due to the high frequency of travel. The study concludes that the implementation of SHE risk mitigation at PT X remains reactive and is not yet systematically integrated into the business travel cycle. It is recommended that the company develop contextual risk assessments for each destination, enhance policy communication and risk-based training, and implement post-travel recovery mechanisms. Moreover, greater involvement of auditors in policy development and the provision of mental health support are essential to create a safer, healthier, and more sustainable work environment.
Read More
S-12036
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Isnatami Nurul Azni; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Abdur Rahman, Heni D. Mayawati
Abstrak: Pajanan agen risiko kesehatan dari lingkungan kerja berdampak pada timbulnya risiko penyakit akibat kerja sehingga pekerja menjadi tidak produktif. Oleh karena itu, untuk mengestimasi risiko kesehatan dari pajanan agen risiko berupa PM10 dari lingkungan kerja, sebuah penelitian analisis risiko telah dilakukan pada 70 orang pekerja industri readymix PT. X Plant Kebon Nanas. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan analisis risiko. Risiko kesehatan akibat pajanan PM10 dihitung dengan membandingkan asupan PM10 dengan dosis referensi. Konsentrasi PM10 diukur pada 6 titik. Hasil konsentrasi tertinggi yaitu 0,407 mg/M3 dan terendah yaitu 0,167 mg/M3 dengan perhitungan konsentrasi rata-rata yaitu 0,289 mg/M3 . Hasil perhitungan risiko yang diterima saat ini (realtime) terdapat 21,4% pekerja yang berada dalam kategori berisiko. Sedangkan hasil estimasi risiko yang diterima seumur hidup (lifetime) hanya 2 orang pekerja yang dalam kategori tidak berisiko. Manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan konsentrasi menjadi 0,08 mg/M3 . Dengan konsentrasi tersebut pekerja diestimasikan aman bekerja selama 11 jam per hari dan 362 hari per tahun.
Kata kunci: PM10, Analisis Risiko, Industri Beton
Read More
S-8666
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pusparani Wijayanti; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ema Hermawati, Inge Mazoni
Abstrak:
Sick Building Syndrome (SBS) adalah situasi di mana penghuni sebuah gedung mengalami efek kesehatan dan kenyamanan akut yang terkait dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung. Kejadian sick building syndrome disebabkan oleh keempat faktor utama, antara lain faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, dan faktor psikososial. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor fisik meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan serta karakteristik individu meliputi kondisi psikososial, jenis kelamin, usia, aktivitas merokok, riwayat alergi, dan waktu radiasi monitor dengan kejadian sick building syndrome di PT X tahun 2024. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan pengambilan data menggunakan total sampling. Pengambilan data dilakukan melalui penyebaran angket online dan pengukuran parameter fisik. Hasil penelitian univariat menunjukkan 27 (29%) orang mengalami kejadian SBS dengan gejala SBS yang paling banyak dirasakan adalah gejala umum berupa pusing, kelelahan, dan sakit kepala sebanyak 11 (11,8%) orang. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi psikososial dengan kejadia SBS di PT X. Adapun dihasilkan hubungan yang tidak signifikan antara suhu (p 0,660, OR=1,739); kelembaban relatif (p 0,103, OR=3,486); pencahayaan (p 0,503, OR=2,232); jenis kelamin (p 0,560, OR=1,455); usia (p 0,505, OR=0,638); waktu radiasi monitor (p 1, OR= 1,263); riwayat alergi (p 0,248, OR=2); aktivas merokok (p 1, OR=1,094) dengan kejadian SBS. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap SBS adalah kondisi psikososial.

Sick Building Syndrome (SBS) is a situation in which occupants of a building experience acute health and comfort effects related to time spent in the building. The occurrence of sick building syndrome is caused by four main factors, including physical factors, chemical factors, biological factors, and psychosocial factors. This study was conducted to determine the relationship between physical factors including temperature, humidity, lighting and individual characteristics including psychosocial conditions, gender, age, smoking activity, history of allergies, and monitor radiation time with the occurrence of sick building syndrome in PT X in 2024. The study design used was a research design with a quantitative approach with used total sampling. Data collection was carried out through the distribution of online questionnaires and measurement of physical parameters. The results of the univariate study showed that 27 (29%) people experienced SBS with the most common SBS symptoms being general symptoms such as dizziness, fatigue, and headaches as many as 11 (11.8%) people. The results of the bivariate test showed a significant relationship between psychosocial conditions and the incidence of SBS at PT X. While the insignificant relationship between temperature was produced (p 0.660, OR = 1.739); relative humidity (p 0.103, OR = 3.486); lighting (p 0.503, OR = 2.232); gender (p 0.560, OR = 1.455); age (p 0.505, OR = 0.638); monitor radiation time (p 1, OR = 1.263); Allergy history (p 0.248, OR = 2); smoking activity (p 1, OR = 1.094) with the incidence of SBS. The results of the multivariate analysis showed that the most dominant variables influencing SBS were psychosocial conditions.
Read More
S-11684
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bunga Oktora; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Laila Fitria, Ary Hikmasari
S-5436
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Randy Novirsa; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi; Penguji: Sri Tjahjani Budi Utami, Riris Nainggolan
S-7253
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eky Pramitha Dwi Putri; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Sri Tjahjani Budi Utami, Heny D. Maryawati
S-7406
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nanik Prihartini; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Rachmadi Purwana, Abdur Rahman, Ricki M. Mulia, Evi Nuryana
T-3183
Depok : FKM UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Rezeki Yusandika Kantohe; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Didi Purnama
Abstrak: Skripsi ini membahas mengenai dampak dari pajanan PM2,5 yang dihubungkan dengan gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Eksaserbasi Akut pada pekerja di Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian observasi dengan pendekatan cross-sectional dan dilakukan pada titik-titik kemungkinan pencemaran tinggi terjadi yang melibatkan 75 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pajanan PM2,5 pada pelabuhan sudah melebihi kadar diberikan WHO yaitu 35 µm/m3 dan jumlah responden yang mengalami gejala PPOK Eksaserbasi Akut sudah berada di atas prevalensi PPOK DKI Jakarta, yaitu 1,6%. Secara statistic, data menunjukkan tidak ada kaitan antara PM2,5 dengan kejadian gejala PPOK Eksaserbasi Akut. Temuan ini menyarankan bahwa adanya perbaikan dari perilaku hidup pekerja dan pemberian APD yang tepat.
Kata kunci: PPOK, Eksaserbasi, PM2,5, Pelabuhan, Polusi

Pollution of Particulate Matter2,5 or PM2,5 happens one of them caused by emission. According to studies, one of the places with highest activity that caused the release of this emission in in ports. Port activities such as delivering goods to and from the port caused high amount of PM2,5 to be released to the air and it can affect field worker, one of them is Acute Exacerbation Chronic Obstructive Pulmonary Disease or AECOPD. The study used observational design study with cross-sectional approach to 75 field workers whom had worked more than 1 year. The statistic showed that the PM2,5 level has exceeded WHO limit of 35 µm/m3 while showed that there is no significance between PM2,5 and AECOPD Symtomps. The study suggested that health behavior of the workers should be changed, including using appropriate safety equipment
Key words: AECOPD, PM2,5. Port, Pollution
Read More
S-9770
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Meliana Sari; Pembimbing: Sri Tjahyani Budi Utami; Penguji: Abdul Rahman, Mujoko
S-6169
Depok : FKM-UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive