Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 34470 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ribkah Aisy Muisyah; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Ema Hermawati, Dharma Ningsih Dwi Putri
Abstrak:
Higiene sanitasi pangan yang tidak diterapkan pada tempat pengelolaan pangan dapat menyebabkan kasus foodborne disease atau keracunan pangan. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang dijalankan di Indonesia memanfaatkan prinsip pengolahan pangan di tempat pengelolaan pangan berupa jasaboga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran implementasi Program Makan Bergizi Gratis dalam aspek higiene sanitasi pada dapur pengelola pangan yang menyediakan makanan bagi program MBG. Penelitian dilakukan secara deskriptif menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui metode observasi dan wawancara terhadap pengelola dapur MBG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program belum sepenuhnya memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) Program MBG dan prinsip pengelolaan pangan berdasarkan aspek higiene sanitasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011. Analisis penerapan aspek higiene sanitasi pengelolaan pangan pada SPPG X menunjukkan bahwa penerapan aspek higiene sanitasi berupa persyaratan fisik yang diperoleh mencapai 66.66% dan prinsip higiene sanitasi mencapai 77,55%. Diharapkan kepada pengelola dapur SPPG X untuk memperbaiki alur pelaksanaan program sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan dan menerapkan prinsip higiene sanitasi pengelolaan pangan pada setiap tahapan pengelolaan pangan.

Inappropriate food sanitation hygiene in food management places can lead to cases of food poisoning or foodborne disease. The Free Nutritious Meal Program (MBG) that is being implemented in Indonesia utilizes the principle of food management places in the form of catering services. This study aims to determine the implementation of the Free Nutritious Meal Program in the aspect of sanitary hygiene in the food management place that provides food for the MBG Program. The research was conducted descriptively using primary data collection through observation methods and interviews with head of MBG kitchen manager. The results of the study indicate that the implementation of the program has inadequately fulfilled the Standard Operating Procedures and principles of food management based on sanitary hygiene aspects according to the Minister of Health Regulation No. 2/2023 and Minister of Health Regulation No. 1096/2011. The analysis shows that the implementation of food hygiene sanitation on physical requirement aspects at SPPG X reached 66.66% and the application of hygiene sanitation principles reached 77,55%. It is required for the SPPG X kitchen manager to improve the implementation of the program in accordance with the SOP that has been determined and apply the principles of sanitation and hygiene in food management place.
Read More
S-11981
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ilham Prakoso; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Jaslis Ilyas, Puput Oktamianti, Adang Bachtiar, Dakhlan Choeron
Abstrak:

Latar Belakang: Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan inisiatif strategis untuk mengatasi masalah gizi dan kemiskinan. Pelaksanaan awal program di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Muara Beliti ditandai dengan perubahan krusial dalam mekanisme pendanaan, dari sistem reimburse menjadi pembayaran di muka (upfront funding) yang diterapkan mulai April 2025, bertujuan untuk mengatasi masalah keterlambatan pencairan dana dan mengurangi beban finansial mitra.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis tantangan sistem pendanaan pada pelaksanaan awal Program MBG di SPPG Muara Beliti, meliputi perbandingan dua sistem pendanaan, kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM), mekanisme pengajuan dan pengelolaan dana, dampak terhadap pelaksanaan program, serta persepsi pelaksana, guna menilai efektivitasnya.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus di SPPG Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.
Hasil: Terdapat perbedaan fundamental pada kedua sistem: sistem reimburse mewajibkan mitra menalangi biaya operasional di awal, sementara sistem pembayaran di muka menyalurkan dana sebelum kegiatan melalui virtual account. Namun, ditemukan kesenjangan kompetensi teknis SDM SPPG dalam penyusunan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) karena ketiadaan pelatihan formal dari Badan Gizi Nasional (BGN). Meskipun demikian, kelancaran operasional program (pengadaan bahan pangan, operasional, sewa) tidak terganggu oleh kedua sistem pendanaan, yang disebabkan oleh kapasitas finansial mitra pelaksana yang mampu menalangi dana talangan saat terjadi keterlambatan. Pelaksana program menilai sistem pembayaran di muka lebih efektif dan responsif, tetapi menyuarakan kekhawatiran mengenai risiko terhentinya program jika pencairan dana dari pusat terlambat dan mitra tidak lagi bersedia menalangi.
Kesimpulan dan Saran: Sistem pembayaran di muka dinilai lebih efektif, namun keberhasilan awal program sangat ditopang oleh peran dana talangan mitra. Disarankan agar BGN memastikan ketepatan waktu pencairan dana sesuai skema pembayaran di muka dan segera melaksanakan pelatihan teknis yang terstruktur untuk staf SPPG guna meningkatkan kapasitas SDM dan akuntabilitas program.


Background: The Free Nutritious Meals Program (MBG) is a strategic initiative to address malnutrition and poverty. The initial implementation of the program at the Nutritional Fulfillment Service Unit (SPPG) Muara Beliti was marked by a crucial change in the funding mechanism, shifting from a reimbursement system to upfront funding starting in April 2025, aimed at overcoming issues of delayed disbursement and reducing the financial burden on partners. Objective: This research aims to analyze the challenges of the funding system during the initial implementation of the MBG Program at SPPG Muara Beliti, covering a comparison of the two funding systems, the readiness of Human Resources (HR), the mechanism for fund submission and management, the impact on program execution, and the perceptions of implementers, in order to assess its effectiveness. Method: This study used a qualitative method with a case study approach at SPPG Muara Beliti, Musi Rawas Regency. Data collection was conducted through in-depth interviews, observation, and document review. Results: There are fundamental differences between the two systems: the reimbursement system required partners to front the operational costs initially, while the upfront funding system channeled funds before activities through a virtual account. However, a gap was found in the technical competence of SPPG HR in preparing the Accountability Report (LPJ) and Budget Plan (RAB) due to the absence of formal training from the National Nutrition Agency (BGN). Nevertheless, the smooth operation of the program (procurement of food ingredients, distribution, rent) was not disrupted by either funding system, which was attributed to the financial capacity of the implementing partners who were able to cover the bridging funds when delays occurred. Program implementers considered the upfront funding system to be more effective and responsive but voiced concerns about the risk of the program stalling if fund disbursement from the central government was delayed and partners were no longer willing to cover the shortfall. Conclusion and Suggestion: The upfront funding system is considered more effective, but the program's initial success was heavily supported by the role of bridging funds from partners. It is recommended that the BGN ensure timely fund disbursement according to the upfront payment scheme and immediately conduct structured technical training for SPPG staff to enhance HR capacity and program accountability.

Read More
T-7450
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Keysha Nabila Hanan; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Pneguji: Al Asyary, Dharma Ningsih Dwi Putri
Abstrak:
Keamanan pangan merupakan aspek krusial dalam pengelolaan pangan, khususnya pada program berskala besar seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar kelompok rentan. Berbagai kasus keracunan pangan yang terjadi sejak uji coba program hingga pelaksanaannya pada awal tahun 2025, menunjukkan perlunya penguatan sistem keamanan pangan bebasis prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran implementasi prinsip dasar HACCP dalam seluruh tahap pengelolaan pangan pada program MBG di Kota Depok, termasuk evaluasi terhadap Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) sebagai prasyarat HACCP. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif melalui pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi di dua SPPG dan empat sekolah penerima manfaat di Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap pengelolaan pangan masih belum sesuai pada beberapa aspek-aspek pedoman kemaanan pangan program Makan Bergizi Gratis yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia seperti penyimpanan pangan sementara, penyajian di SPPG, dan penyajian di sekolah. Implementasi Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) pada kunci pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin; serta eliminasi hama juga belum dilaksanakan seutuhnya. Pada proses pengelolaan masih ditemukan titik kendali kritis yang perlu dilakukan tindakan pengendalian.



Food safety is a crucial aspect of food management, especially in large-scale programs such as the Free Nutritious Meal (MBG) program that targets vulnerable groups. Various cases of food poisoning that have occurred since the pilot program until its implementation in early 2025, indicate the need to strengthen the food safety system based on Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) principles. This study aims to assess the implementation of HACCP basic principles in all stages of food management in the MBG program in Depok City, including an evaluation of the Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) as a prerequisite for HACCP. The research was conducted using a descriptive qualitative approach through data collection by interview, observation, and documentation in two SPPGs and four beneficiary schools in Depok City. The findings of the study clearly highlight notable deficiencies in several stages of food handling within the Free Nutritious Meal Program, as outlined by Indonesia’s Ministry of Health guidelines. Temporary food storage and serving practices at both the Nutrition Service Delivery Unit (SPPG) and participating schools frequently fall short of compliance. Moreover, the implementation of the Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) remains inconsistent, particularly in areas such as proper labeling, safe storage and handling of potentially hazardous substances; and effective pest management. The study also identified several critical control points (CCPs) in the food handling process that urgently require more rigorous and systematic control measures. 
Read More
S-12033
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gian Komalasari; Pembimbing: Sri Tjahyani Budi Utami; Penguji: Dewi Susana, Rina Fitriani Bahar
S-6391
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diah Ayu Puspitarini; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Budi Hartono, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Penyediaan makanan terpusat yang tidak sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi dan sistem HACCP berpotensi menyebabkan foodborne disease. Kejadian foodborne disease dapat menyebabkan penyakit, kematian dan kerugian ekonomi. Sepanjang tahun 2018 hingga 2019, foodborne disease masih kerap terjadi di lingkungan pesantren. Dapur umum yang dimiliki oleh Pesantren X adalah pengelola makanan terpusat yang praktiknya belum ada regulasinya sehingga jauh dari pengawasan badan yang memiliki wewenang dalam regulasi dan pengawasan makanan di Indonesia seperti Dinas Kesehatan dan BPOM. Penelitian ini bersifat deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi pemenuhan persyaratan fisik higiene sanitasi, penerapan prinsip higiene sanitasi pada tahapan pengelolaan makanan, penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), dan kualitas bakteriologis pada makanan, tangan penjamah, dan peralatan pada kegiatan pengelolaan makanan di Psantren X Depok. Pemeriksaan higiene sanitasi mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga, dimana penliaian pesantren menggunakan persyaratan untuk jasaboga tipe A1 karena kemiripan karakteristik. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa kegiata pengelolaan makanan di Pesantren X telah memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk jasaboga tipe A1, penerapan prinsip higiene sanitasi sudah baik pada kegiatan pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, dan pengangkutan bahan makanan, namun praktik penerapan prinsip higiene sanitasi pada tahap penyimpanan makanan jadi dan penyajian makanan masih kurang baik. Perilaku selama mengolah makanan dan tingkat pengetahuan penjamah makanan masih kurang baik. Kegiatan pengolahan makanan terpusat yang dilakukan di Pesantren X masih belum sesuai dengan sistem HACCP. Kualitas bakteriologis makanan jadi pada pengolahan makanan terpusat yang di Pesantren X telah sesuai peraturan acuan yang mensyaratkan kandungan bakteri E. coli sebanyak 0 koloni/ gram makanan. Kata kunci: higiene sanitasi makanan, HACCP, pesantren
Read More
S-10013
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rifa Hilmi Akil; Pembimbing: Agustin Kusmayati; Penguji: Zakianis, Tutut Indra Wahyuni
S-10066
Depok : FKM UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lavi Indriani; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Didi Supriyono, Budi Hartono
Abstrak: Penelitian ini menggunakan data primer dan desain studi "Cross-Sectional" dengan teknik sampling "total Sampling (Seluruh Pekerja)" Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan lembar tilik untuk mendapatkan gambaran 39 orang penjamah terkait karakteristik, pengetahuan, sikap, pelatihan dan kelaikan fisik fasilitas higiene sanitasi makanan. dengan tujuan mengetahui faktor dominan perilaku higiene sanitasi penjamah makanan dan gambaran kelaikan fisik higiene sanitasi makanan di Instalasi Gizi RS X tahun 2018. Hasil dari Penelitian tersebut Secara bivariat, variabel yang berhubungan dengan perilaku higiene sanitasi penjamah makanan adalah Sikap (p= 0,042; OR 5,029) dan Pelatihan (p= 0,003; OR 13,5). Sedangkan variabel yang tidak memiliki hubungan dengan perilaku penjamah adalah Karakteristik responden (pendidikan, usia, lama kerja) (p=1,00; OR pendidikan = 1,17; OR usia dan lama kerja = 0,84) dan pengetahuan (p= 0,565; OR = 1,929). Penilaian ketersediaan laik fisik higiene sanitasi makanan di RS X yang mengacu pada Permenkes RI No. 1906/2011, didapatkan hasil secara keseluruhan Instalasi Gizi RS X belum memenuhi laik fisik higiene dengan nilai 55 (dari 69) (79,1%). Saran : Perlu diadakan uji bakteri pada sampel makanan, usap alat dan tangan penjamah makanan.

This study used primary data and cross sectional study design with total sampling technique. The instruments used were questionnaires and checklists to get an overview of 39 handlers on characteristics, knowledge, attitudes, training and feasibility of food hygiene sanitation facilities. Data analysis used were univariate analysis, bivariate using chi square and multivariate with predictive method, the objective of this study is To know the dominant factor of food handler hygiene behaviour and physical overview of food hygiene facilities in Hospital Unit Nutrition Installation X, the year of 2018, and the result of this study is Variables related to hygiene behavior of food handler were attitude (p = 0,042; OR 5,029) and Training (p = 0,003; OR 13,5). Meanwhile, variables that have no relation with handler behavior are Characteristics (age, education, length of work) of respondents (p = 1.00, OR education = 1.17; OR age and length of work = 0.84) and knowledge (p = 0,565; OR = 1.929). Assessment of physical feasibility of food hygiene facilites, which refers to Permenkes RI No. 1906/2011, overall the result is Hospital Unit Nutrition Installation X has not reach the physical worth of hygiene with value 55 (max 69) (79,1%). Suggestion: It is necessary to test the bacteria on food samples, swabs and hands of food handler.
Read More
S-9630
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Desy Dwiputri; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Dewi Susanna, Rina Fitriana Bahar
s-6197
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ahya Amaniy Daniya; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Ema Hermawati, Juri Hendrajadi
Abstrak:
Foodborne disease saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Sebagian besar kasus foodborne disease disebabkan oleh makanan yang disajikan oleh berbagai penyedia fasilitas layanan makanan, seperti rumah makan dan restoran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan higiene sanitasi di Tempat Pengelolaan Pangan rumah makan golongan A1 dan A2 serta restoran dan penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dalam tiap tahapan penyelenggaraan makanan. Penelitian dilakukan secara deskriptif menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara kepada seluruh penjamah makanan di Rumah Makan X (golongan A1), Rumah Makan Y (golongan A2), dan Restoran Z Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek yang paling banyak tidak terpenuhi adalah pada higiene bangunan, penanganan makanan, dan penggunaan pelindung saat menjamah makanan, dan Rumah Makan X (golongan A1) menjadi rumah makan yang paling memerlukan perhatian dan pembinaan lebih lanjut karena jumlah ketidaksesuaiannya paling besar pada seluruh aspek higiene sanitasi dan HACCP. Diharapkan kepada pemilik usaha untuk memperbaiki ketidaksesuaian pada aspek higiene sanitasi yang belum terpenuhi dan menerapkan prinsip HACCP pada tiap proses pengelolaan makanan di tempat usahanya.

Foodborne disease is currently still a global health problem. Most cases of foodborne disease are caused by food served by various food service providers, such as food stalls and restaurant. This research aims to provide an overview of the implementation of sanitation hygiene in Food Management Places in food stalls group A1 and A2 and restaurant and the application of Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) in each stage of food management. The research was conducted descriptively using primary data collected through observation and interviews with all food handlers at Food Stall X (group A1), Food Stall Y (group A2), and Restaurant Z, Depok City. The results of the research show that the aspects that are most often not fulfilled are building cleanliness, food handling, and the use of protection when handling food, and Food Stall X (group A1) are the food stall that require the most attention and further development because the number of non-conformities is the largest in all aspects of hygiene sanitation and HACCP. It is hoped that all owners will correct any discrepancies in sanitation hygiene aspects that have not been fulfilled and apply HACCP principles in every food management process at their place of business.
Read More
S-11644
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putri Chaerina Septiani; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan higiene dan sanitasi pengelolaan makanan di Unit Instalasi Gizi Rumah Sakit X tahun 2018. pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan pemeriksaan laboratorium. hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu diketahui bahwa higiene sanitasi instalasi unit gizi rumah sakit X sudah cukup memenuhi syarat menurut checklist yang mengacu kepada Permenkes nomor 1096 tahun 2011
Read More
S-9633
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive