Ditemukan 28632 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Latar Belakang: Waktu tunggu sering kali dijadikan untuk menilai kualitas pelayanan rumah sakit oleh pasien. Penelitian ini menunjukkan bahwa waktu tunggu penjadwalan operasi pada pelayanan bedah elektif onkologi di RSUD Kota Bogor masih lebih dari 90 hari, jauh melampaui standar nasional maupun internasional yang idealnya berada di bawah 30–45 hari. Persentase pasien yang sudah dioperasi di tahun 2024 mencapai 46,1%. Banyak pasien mengalami nyeri berkepanjangan, kecemasan, bahkan satu kasus meninggal dunia dalam masa tunggu, yang menandakan bahwa sistem belum responsif terhadap kebutuhan klinis yang mendesak. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dari total 154 pasien bedah elektif onkologi, sebanyak 72 pasien (46,8%) telah mendapatkan jadwal operasi, sementara 82 pasien (53,2%) belum dijadwalkan hingga waktu pengumpulan data dilakukan. Data ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh pasien belum memperoleh kepastian waktu tindakan medis, meskipun telah memenuhi indikasi untuk menjalani operasi. HasiI: Hasil penelitian ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu penjadwalan operasi elektif onkologi sangat mempengaruhi proses pelayanan yang akhirnya berdampak pada outcome berupa kepuasan dan keterlambatan tindakan medis. Kesimpulan : Permasalahan di dalam pelayanan operasi elektif pasien onkologi di RSUD Kota Bogor adalah keterbatasan sumber daya manusia, fasilitas, dan sistem yang belum terdigitalisasi, serta kurangnya penguatan koordinasi antar elemen pelayanan.
Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mortalitas dan morbiditas pada pasien elektif dalam daftar tunggu serta gambaran waktu tunggu pasien elektif dalam daftar tunggu operasi bedah pintas koroner dikaitkan dengan ketersediaan sumber daya (sistem, sumber daya manusia dan fasilitas) UPF Bedah Jantung Dewasa, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan secara prospektif selama 2 bulan sejak bulan AgustusSeptember 2010. Hasil : Dari 58 pasien tersebut, 1 pasien meninggal selama menunggu dan 1 pasien terkena stroke selagi menunggu. Tidak terdapat sistem khusus atau skoring untuk menentukan waktu tunggu pada pasien. Belum terdapat sistem penjadwalan, termasuk metode memasukan pasien kedalam daftar, memutuskan status kegawatan, menjadwalkan tanggal masuk dan memindahkan pasien dari daftar yang adekuat. Kesimpulan : Kejadian mortalitas dan morbiditas selama waktu tunggu tidak ditemukan sebagai kejadian yang sering terjadi selama menunggu operasi bedah pintas koroner pada studi ini. Namun sulit mengabaikan kerjadian yang terjadi pada kedua pasien pada penemuan, apalagi hasil penelitian menguatkan bahwa belum terdapat sistem penentuan waktu tunggu dan penjadwalan yang adekuat di UPF Bedah Jantung dan Intermediate Bedah Dewasa RS.Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita walaupun sementara ini sumber daya yang ada (baik fisik maupun sumber daya manusia) masih dirasakan cukup mengakomodir jumlah kasus yang ada. Kata Kunci : Waktu Tunggu, Penjadwalan, Mortalitas, Morbiditas
Background: This study is aimed to find out mortality and morbidity in elective patient while waiting and description of waiting time in elective patient related to resources needed (system, human resources and facility) at department of cardiovascular surgery, Harapan Kita Hospital. Method : This study is use quantitative and qualitative desain study. The quantitative data collected prospectively within 2 months since August until September 2010. Result : From 58 patients, 1 patient was died while waiting and 1 fall into stroke. There’s no adequate system in scheduling patient, including put the patient into the list of que, decide the urgency and remove the patient from the list. Conclusion : It’s known that morbidity and mortality is not found as a significant event happened while waiting for CABG in this study. It’s difficult to ignore the things happened to the 2 patient, especially after knowing there’s no adequate system to decide wait time and scheduling at Department of cardiovascular surgery, Harapan Kita Hospital, while resources is still Key Words: Waiting Time, Scheduling, Mortality, Morbidity
Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh waktu tunggu pasien, yang merupakan indikator penting dari kepuasan pasien. Peraturan Menteri Kesehatan No. 129 menetapkan waktu tunggu maksimal 60 menit untuk pelayanan rawat jalan. RSUD Pasar Minggu telah menerapkan reservasi online untuk mengurangi waktu tunggu, namun waktu tunggu di klinik rehabilitasi medik masih tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan Lean untuk mengidentifikasi dan mengurangi pemborosan dalam proses pelayanan. Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain action-research dengan pendekatan kualitatif, 24 pasien BPJS klinik rehabilitasi medik yang mendaftar melalui online akan dijadikan sampel sebagai data observasi waktu tunggu dengan metode time-motion Hasil : Hasil penelitian dengan pendekatan Lean berhasil mengidentifikasi waste waiting pada tahap pelayanan dokter sebagai waste tertinggi, akar masalah yang ditemukan pada waktu tunggu pelayanan dokter yang lama teridentifikasi metode fishbone analysis mencakup kurangnya SDM, tata letak ruangan, serta belum adanya SPO pada pelayanan pasien pendaftaran online. Intervensi dilakukan mengikuti prinsip Lean yaitu standardized work dan visual management. Berdasarkan perhitungan future state map secara simulatif dapat menurunkan lead time dari 2 jam 28 menit menjadi 1 jam 46 menit dengan penurunan persentase aktivitas non value added (¯28%). Ksesimpulan : kombinasi penerapan prinsip Lean yang dibutuhkan mencakup prinsip heijunka, standardized work, visual management, dan 5S dapat waste (NVA) dari 2 jam menjadi 1 jam 16 menit (¯63%).
The quality of healthcare services is significantly influenced by patient waiting times, which are a crucial indicator of patient satisfaction. The Ministry of Health Regulation No. 129 sets a maximum waiting time of 60 minutes for outpatient services. RSUD Pasar Minggu has implemented online reservations to reduce waiting times; however, waiting times at the medical rehabilitation clinic remain high. Therefore, this study uses a Lean approach to identify and reduce inefficiencies in the service process. Methodology : This study uses an action-research design qualitative approaches, employing probability sampling to select a sample of 24 BPJS patients who registered online at the medical rehabilitation clinic. Results : The Lean approach identified "waiting" waste at the doctor service stage as the highest waste. The root cause analysis using the fishbone method identified long doctor service waiting times caused by the shortage of human resources, inefficient room layout, and the absence of Standard Operating Procedures (SPO) for online registration patients. Interventions were implemented following Lean principles, including standardized work and visual management. A future state map simulation showed that lead time could be reduced from 2 hours 28 minutes to 1 hour 46 minutes, with a 28% reduction in non-value-added activities. Conclusion : The combination of Lean principles needed includes heijunka, standardized work, visual management, and 5S. These principles successfully reduced non-value-added activities from 2 hours to 1 hour 16 minutes, a 63% decrease.
Latar Belakang : Waktu tunggu obat merupakan salah satu indikator rumah sakit untuk menilai kualitas pelayanan terhadap pasien. Waktu tunggu yang lama akan berdampak pada penurunan kepuasan pasien yang datang berobat ke rumah sakit. Standar pelayanan minimal waktu tunggu obat yang ditetapkan oleh Kemenkes yaitu kurang dari 60 menit untuk obat racikan dan kurang dari 30 menit untuk obat non racikan. Sepanjang tahun 2024 pencapaian data patient experience Mayapada Hospital Bogor untuk waktu tunggu obat racikan adalah 83% dan non racikan adalah 75%, masih dibawah target yang ditetapkan (>90%).
Tujuan : Menurunkan waktu tunggu obat racikan dan non racikan dengan menggunakan konsep Lean six sigma di Departemen Rawat Jalan Mayapada Hospital Bogor
Metode : Penelitian ini mempunyai desain operational research yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Peneliti melakukan observasi dengan time motion study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling, dengan total sampel sebanyak 264 pasien yang berobat dan mendapat obat di rumah sakit. Pemilihan sampel didasarkan pada shift berobat, dan jenis penjaminan yang telah ditetapkan.
Hasil : Hasil penelitian dengan pendekatan lean six sigma berhasil mengidentifikasi lead time waktu tunggu obat non racikan di Mayapada Hospital Bogor yaitu sebesar 1 jam 10 menit 45 detik dimana 78% merupakan kegiatan non-value added yang didominasi oleh waste tipe waiting sebesar 49 menit 55 detik. Sedangkan waktu tunggu obat racikan sebesar 57 menit 56 detik dimana 60% merupakan kegiatan non-value added yang didominasi oleh waste tipe waiting sebesar 28 menit 23 detik. Akar masalah dari memanjangnya waktu tunggu obat berada di fase pembayaran obat pada kegiatan konfirmasi penjamin, tunggu bayar dan pada fase penginputan obat pada kegiatan input resep. Penerapan lean six sigma dalam proses waktu tunggu obat racikan di Mayapada Hospital Bogor berhasil mengurangi lead time sebesar 23% post intervensi dan 14% pada tahap kontrol, dari 57 menit 56 detik menjadi 38 menit 30 detik, sedangkan penurunan lead time waktu tunggu obat non racikan mengalami penurunan 25% post intervensi dan 27% pada tahap kontrol, dari 1 jam 10 menit 45 detik menjadi 38 menit 16 detik pada tahap kontrol. Pengurangan lead time ini diikuti dengan penurunan waste di seluruh tahapan waktu tunggu obat, dengan penurunan waste terbesar terjadi pada fase penginputan resep, yaitu sebesar 69%, dari 4 menit 39 detik menjadi 1 menit 58 detik detik untuk obat racikan. Pada fase pembayaran sebesar 63% dari 52 menit 23 detik menjadi 24 menit 35 detik untuk obat non racikan.
Kesimpulan : Terdapat penurunan waktu tunggu obat racikan dan non racikan di Mayapada Hospital Bogor setelah penerapan lean six sigma. Penurunan waktu tunggu obat masih diatas target standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Mayapada Hospital.
Background : Drug waiting time is one of the hospital indicators to assess the quality of service to patients. Long waiting times will have an impact on reducing the satisfaction of patients who come to the hospital for treatment. The minimum service standard for drug waiting time set by the Ministry of Health is less than 60 minutes for compounding drugs and less than 30 minutes for non compounding drugs. Throughout 2024, the achievement of Mayapada Hospital Bogor's patient experience data for waiting time for compounding drugs was 83% and non- compounding was 75%, still below the set target (>90%) Objective: Reducing the waiting time for compounding and non compounding drugs by using the Lean six sigma concept in the Outpatient Department of Mayapada Hospital Bogor Methodology : This study employs an operational research design combining quantitative and qualitative methods. The researcher conducted observations using a time-motion study. The sampling technique used was stratified random sampling, with a total sample size of 264 patients who received treatment and medication at the hospital. Sample selection was based on the distribution of days, treatment shifts, and types of insurance coverage as defined. Results : The study using the Lean Six Sigma approach successfully identified the lead time for non-compounded medication waiting time at Mayapada Hospital Bogor as 1 hour, 10 minutes, and 45 seconds, with 78% being non-value-added activities dominated by waiting-type waste of 49 minutes and 55 seconds. Meanwhile, the waiting time for compounded medications was 57 minutes and 56 seconds, with 60% being non-value-added activities dominated by waiting-type waste amounting to 28 minutes and 23 seconds. The root cause of the prolonged waiting time for medications lies in the medication payment phase during the insurance confirmation and payment waiting activities, as well as in the medication input phase during the prescription input activities. The implementation of Lean Six Sigma in the waiting time process for compounded medications at Mayapada Hospital Bogor successfully reduced lead time by 23% post-intervention and 14% during the control phase, from 57 minutes and 56 seconds to 38 minutes and 30 seconds. Meanwhile, the reduction in lead time for non-compounded medications decreased by 25% post-intervention and 27% during the control phase, from 1 hour 10 minutes 45 seconds to 38 minutes 16 seconds during the control phase. This reduction in lead time was accompanied by a decrease in waste across all stages of medication waiting time, with the largest reduction in waste occurring during the prescription input phase, amounting to 69%, from 4 minutes 39 seconds to 1 minute 58 seconds for compounded medications. In the payment phase, there was a 63% reduction from 52 minutes 23 seconds to 24 minutes 35 seconds for non-compounded medications. Conclusion : There was a reduction in waiting time for compounded and non-compounded medications at Mayapada Hospital Bogor after the implementation of Lean Six Sigma. The reduction in medication waiting time remains above the minimum service standard target set by Mayapada Hospital.
