Ditemukan 43723 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Athaya Rofifah Fajriah; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Atik Nurwahyuni, Yulia Fitriani
Abstrak:
Read More
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyebab utama kunjungan layanan kesehatan primer di Indonesia. Data menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan ISPA, baik pada Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) maupun Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dengan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 3,7 juta dan 19,3 juta kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor sosiodemografi individu (usia, jenis kelamin, segmentasi peserta, kelas rawat) serta faktor keehatan lingkungan tingkat kabupaten/kota (kepadatan penduduk, tempat tinggal, curah hujan, suhu rata-rata, kelembapan udara, dan kecepatan angin) dan tingkat provinsi (ISPU) terhadap jumlah kunjungan ISPA di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) rawat jalan Program JKN tahun 2023. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan unit analisis individu dan agregat wilayah. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, segmentasi peserta, kelas rawat, kepadatan penduduk, tempat tinggal, suhu, kelembapan relatif, dan ISPU memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap kunjungan ISPA di FKTP lebih dari sekali. Pada analisis multivariat, faktor usia, segmentasi peserta, kepadatan penduduk, suhu, dan kecepatan angin berhubungan secara signifikan dengan kunjungan peserta ISPA ke FKTP. Variabel yang paling berpengaruh dalam model ini adalah usia balita. Temuan ini menegaskan pentingnya pendekatan multi-level dalam upaya pengendalian ISPA melalui intervensi berbasis individu dan lingkungan.
Acute Respiratory Infections (ARI) remain a leading cause of visits to primary healthcare services in Indonesia. Data show an increase in ARI visits, both inpatient and outpatient at the primary level, with an average annual total of 3.7 million and 19.3 million visits, respectively. This study aims to analyze the relationship between individual sociodemographic factors (age, gender, participant segmentation, and treatment class), environmental health factors at the district/city level (population density, residence type, rainfall, average temperature, humidity, and wind speed), and provincial level factors (Air Pollution Standard Index, ISPU) on the number of ARI visits to Primary Healthcare Facilities (FKTP) outpatient services under the JKN program in 2023. This quantitative study uses a cross-sectional design, with individual and regional aggregate units of analysis. Bivariate analysis results show that age, gender, participant segmentation, treatment class, population density, residence, temperature, relative humidity, and ISPU have a statistically significant relationship with ARI visits to FKTP more than once. Multivariate analysis further reveals that age, participant segmentation, population density, temperature, and wind speed are significantly associated with ARI visits to FKTP. The most influential variable in the model is the age group of children under five. These findings highlight the importance of a multi-level approach in controlling ARI through both individual and environmentbased interventions.
Acute Respiratory Infections (ARI) remain a leading cause of visits to primary healthcare services in Indonesia. Data show an increase in ARI visits, both inpatient and outpatient at the primary level, with an average annual total of 3.7 million and 19.3 million visits, respectively. This study aims to analyze the relationship between individual sociodemographic factors (age, gender, participant segmentation, and treatment class), environmental health factors at the district/city level (population density, residence type, rainfall, average temperature, humidity, and wind speed), and provincial level factors (Air Pollution Standard Index, ISPU) on the number of ARI visits to Primary Healthcare Facilities (FKTP) outpatient services under the JKN program in 2023. This quantitative study uses a cross-sectional design, with individual and regional aggregate units of analysis. Bivariate analysis results show that age, gender, participant segmentation, treatment class, population density, residence, temperature, relative humidity, and ISPU have a statistically significant relationship with ARI visits to FKTP more than once. Multivariate analysis further reveals that age, participant segmentation, population density, temperature, and wind speed are significantly associated with ARI visits to FKTP. The most influential variable in the model is the age group of children under five. These findings highlight the importance of a multi-level approach in controlling ARI through both individual and environmentbased interventions.
S-12001
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muhammad Arzumar Afzaal Ghiffari; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Atik Nurwahyuni, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Read More
Diare merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi beban kesehatan masyarakat di Indonesia. Meskipun prevalensinya menurun menjadi 2% pada tahun 2023, jumlah kunjungan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) akibat diare tetap tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor kesehatan lingkungan dan faktor sosial demografi terhadap kunjungan peserta JKN akibat diare ke FKTP metode kapitasi. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif dan analisis regresi logistik multilevel. Data berasal dari 2.425.370 peserta JKN dan 392 kabupaten/kota di Indonesia tahun 2023 yang memiliki data lingkungan lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin (laki-laki) (1,21; 1,03-1,43), usia (balita) (1,59; 1,19-2,12), kelas rawat (kelas 3) (0,83; 0,68-1) dan segmentasi peserta (Penerima Bantuan Iuran) (0,74; 0,61-0,9) berpengaruh signifikan terhadap frekuensi kunjungan. Selain itu, timbulan sampah (tinggi) (1,23; 1,04-1,45) dan jenis sumber air minum (0,82; 0,68-0,99) juga berpengaruh terhadap kunjungan berulang. Faktor lingkungan lain seperti jenis sumber air minum tidak signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa faktor individu lebih berperan dibandingkan faktor lingkungan dalam memengaruhi kunjungan peserta JKN akibat diare. Hasil ini dapat menjadi masukan untuk penguatan kebijakan sanitasi dan pelayanan kesehatan primer di Indonesia.
Diarrhea remains a significant public health burden in Indonesia. Although its prevalence decreased to 2% in 2023, the number of visits by National Health Insurance (JKN) participants to Primary Healthcare Facilities (FKTP) due to diarrhea remains high. This study aims to analyze the relationship between environmental health factors and sociodemographic factors with JKN participants’ visits to FKTP under the capitation scheme. The study employed a cross-sectional design with a quantitative approach and multilevel logistic regression analysis. Data were obtained from 2,425,370 JKN participants across 392 districts/cities in Indonesia in 2023 with complete environmental data. The results showed that sex (male) (1.21; 1.03–1.43), age (under-five children) (1.59; 1.19–2.12), treatment class (class 3) (0.83; 0.68–1), and participant segmentation (Subsidized Beneficiaries) (0.74; 0.61–0.9) had a significant influence on visit frequency. In addition, high waste generation (1.23; 1.04–1.45) and type of drinking water source (0.82; 0.68–0.99) were also associated with repeat visits. Other environmental factors, such as the type of drinking water source, were not statistically significant. It can be concluded that individual factors play a greater role than environmental factors in influencing JKN participants’ visits due to diarrhea. These findings may serve as input for strengthening sanitation policies and primary healthcare services in Indonesia.
S-11986
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Jerikco Lewiyonah; Pembimbing: Zakianis; Penguji: DewiSusanna, Edwin Nasli
Abstrak:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita di dunia, khususnya di negara berkembang terutama Indonesia. Indonesia merupakan salah satu dari enam negara dengan kasus ISPA pada balita terbanyak di dunia dengan insiden yang cukup tinggi. Beberapa faktor yang berkaitan dengan ISPA pada balita diantaranya yaitu faktor sosio demografi, seperti usia Ibu, faktor sosio ekonomi seperti pendidikan orang tua dan faktor lingkungan. DKI Jakarta memiliki beberapa permasalahan yang umum terjadi di kota besar seperti masalah Kependudukan, pekerjaan, dan polusi udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019 dan 2020, seperti usia ibu, tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah perokok, jumlah industri, jumlah kendaraan bermotor, dan ruang terbuka hijau (RTH) secara statistic. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu desain studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 44 kecamatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya korelasi terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Provinsi DKI Jakarta yaitu usia ibu (p = 0.011, r = 0.381), jumlah perokok (p = 0.007, r = 0.422), dam ruang terbuka hijau (p = 0.048, r = 0.325). sementara itu, untuk tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah kendaraan bermotor, dan jumlah industri menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta.
Read More
S-10984
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Adinda Aisyah; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Haryoto Kusnoputranto, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Read More
Kondisi kamar asrama pesantren dapat memicu timbulnya berbagai penyebab penyakit ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan gejala penyakit ISPA pada santri di Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang dan Rumah Tahfidz Siti Aminah yang berlokasi di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 90 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 64,4% santri di Yayasan Tunas Mulia dan Rumah Tahfidz Siti Aminah mengalami gejalaISPA, kepadatan hunian seluruh kamar dalam keadaan tidak memenuhi syarat, dan mayoritas santri telah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam pencegahan ISPA dengan baik. Secara statistik, ditemukan adanya hubungan bermakna antara variabel tingkat kelembaban (p=0,034), olahraga teratur (p=0,0001), kebiasaan membuka jendela (p=0,002), dan kepadatan hunian (p=0,000) dengan gejala ISPA. Sedangkan pada variabel mencuci tangan dengan air dan sabun, perilaku batuk, dan luas ventilasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan risiko gejala ISPA. Pondok pesantren dapat membuat acara penyuluhan kesehatan bagi masyarakat pesantren mengenai penyebeb, faktor risiko, gejala, dan cara mencegah terjadinya ISPA serta melakukan penataan kembali pada pembagian kamar santri agar menghindari tingginya angka kepadatan hunian dan mendorong pengembangan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
The condition of Islamic boarding school dormitories can trigger the emergence of various causes of ISPA. This study aims to analyze environmental and behavioral factors associated with symptoms of ARI in students at the Tunas Mulia Bantar Gebang Foundation and Tahfidz Siti Aminah House located in West Java Province using a cross sectional study design. The research sample consisted of 90. The results showed that as many as 64.4% of students at the Tunas Mulia Foundation and Tahfidz Siti Aminah House experienced symptoms of ARI, the occupancy density of all rooms was in a state that did not meet the requirements, and the majority of students had implemented clean and healthy living behaviors in preventing ISPA well. Statistically, a significant relationship was found between the variable humidity level (p=0.034), regular exercise (p=0.0001), the habit of opening windows (p=0.002), and occupancy density (p=0.000) with symptoms of ARI. Meanwhile, the variable washing hands with soap and water, coughing behavior, and ventilation area did not have a significant relationship with the risk of ARI symptoms. Islamic boarding schools can hold health education events for the Islamic boarding school community regarding the causes, risk factors, symptoms, and ways to prevent ISPA and rearrange the distribution of student rooms to avoid high occupancy rates and encourage the development of a Clean and Healthy Behavior program.
S-11418
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Resyana Yunita; Pembimbing: Budi Haryanto Penguji: Sri Tjahjani Budi Utami, Diana M. Pakpahan
S-6109
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sandra Yossi Siregar; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Zakianis, Yasep Setiakarnawijaya
S-6470
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Apriliya Prihayati; Pembimbing: Budi Hidayat; Penguji: Pujiyanto, Prastuti Soewondo, Citra Jaya, Nana Tristiana
Abstrak:
Read More
Tingginya biaya pengobatan merupakan salah satu kendala dalam mengakses layanan kesehatan yang terjangkau bagi kelompok miskin dan rentan miskin, sehingga pemerintah Indonesia membuat program JKN melalui skema subsidi/bantuan iuran jaminan untuk menjamin kelompok tersebut dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan tanpa kesulitan membayar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jaminan kesehatan terhadap pemanfaatan dan biaya pelayanan kesehatan (OOP) rawat jalan bagi peserta jaminan bersubsidi dan tidak bersubsidi. Desain studi ini adalah cross-sectional menggunakan data Susenas 2018 dengan sampel memenuhi kriteria inklusi sebanyak 66.132 responden. Hasil analisis menunjukan bahwa dengan adanya jaminan kesehatan dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan bagi peserta asuransi jaminan bersubsidi sebesar 49% dan tidak berubsidi sebesar 48% serta dari hasil analisis masih terdapat OOP pada pelayanan kesehatan rawat jalan yang disebabkan peran ganda provider dan asimetrik informasi yang menyebabkan fenomena Supplier Induced Demand (SID). Oleh karena itu perlu dilakukan penegakan monitoring dan evaluasi terhadap fungsi kontrol BPJS Kesehatan sehingga tujuan jaminan kesehatan dapat memberikan perlindungan keuangan dapat terwujud.
The high cost of treatment is one of the obstacles in accessing affordable health services for the poor and vulnerable, so the Indonesian government created the JKN program through a guarantee scheme for contributions / subsidy assistance to ensure groups meet health care needs without difficulty paying. This study aims to determine the effect of health insurance on the utilization and cost of outpatient health services (OOP) for participants in subsidized and non-subsidized insurance. The study design was cross- sectional and quantitative approach of secondary data (data Susenas 2018) with the amount of research sampels which fit with inclusive criteria was 66,132 respondents. The analysis shows that the existence of health insurance can increase the utilization of outpatient health care services for subsidized is 49% and non-subsidized is 48% and from the results of the analysis there are still OOP in outpatient health services due to the dual role of providers and asymmetries. information that causes the supplier induced demand (SID). Therefore it is necessary to monitor and evaluate the BPJS Health control function so that the goal of health insurance can provide financial protection can be realized.
The high cost of treatment is one of the obstacles in accessing affordable health services for the poor and vulnerable, so the Indonesian government created the JKN program through a guarantee scheme for contributions / subsidy assistance to ensure groups meet health care needs without difficulty paying. This study aims to determine the effect of health insurance on the utilization and cost of outpatient health services (OOP) for participants in subsidized and non-subsidized insurance. The study design was cross- sectional and quantitative approach of secondary data (data Susenas 2018) with the amount of research sampels which fit with inclusive criteria was 66,132 respondents. The analysis shows that the existence of health insurance can increase the utilization of outpatient health care services for subsidized is 49% and non-subsidized is 48% and from the results of the analysis there are still OOP in outpatient health services due to the dual role of providers and asymmetries. information that causes the supplier induced demand (SID). Therefore it is necessary to monitor and evaluate the BPJS Health control function so that the goal of health insurance can provide financial protection can be realized.
T-5943
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sylvira Delviani; Pembimbing: Ema Hermawati; Penguji: Agustin Kusumayati, Siti Nurliah
Abstrak:
ISPA merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Pada saluran pernapasan atas atau saluran pernapasan bawah. Bakteri dan virus penyebab penyakit ISPA umumnya ditransmisikan melalui udara yang tercemar. Pada tahun 2017, penyakit ISPA di Kota Bekasi mencapai 34.573 jiwa. Pada tahun 2015-2017, penyakit ISPA di Kota Bekasi menempati urutan pertama pada penyakit menular. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan spasial antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan yaitu studi ekologi dengan analisis spasial dan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2017, tetapi terdapat beberapa Kelurahan yang memiliki faktor lingkungan yang tinggi dan kasus ISPA yang rendah atau sebaliknya. Keterkaitan antara faktor lingkungan dengan kasus ISPA di Kota Bekasi tidak linear sehingga hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan dalam menentukan peringatan dini (early warning)/ prediksi terhadap kasus ISPA di Kota Bekasi secara spasial. Dinas Kesehatan agar menjalin kerjasama lintas sektor dengan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan Dinas Perhubungan untuk menekan angka kasus ISPA di Kota Bekasi.
Read More
S-10209
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Astrid Citra Padmita; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
Abstrak:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakitakut di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi ISPA paling tinggi terjadi pada kelompok balita. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa barat dengan kasus ISPA yang tinggi. RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea,Kabupaten Bogor merupakan lokasi pemukiman sekaligus lokasi industripengolahan batu kapur. Keberadaan industri pengolahan batu kapur di sekitar areapemukiman merupakan sumber pencemaran udara yang dapat berpengaruhterhadap kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciampea,ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktorlingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, adaatau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggotakeluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahanbakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yangmana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memilikihubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien(7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariatadalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannyadengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.
Kata kunci: Faktor-faktor lingkungan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), balita
Read More
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktorlingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, adaatau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggotakeluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahanbakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yangmana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memilikihubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien(7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariatadalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannyadengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.
Kata kunci: Faktor-faktor lingkungan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), balita
S-8164
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Fitri Kurniasari; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
S-8199
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
