Ditemukan 41496 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor penyebab utama teljadinya aterosklerosis. Total kolesterol tinggi merupakan masalah utama di negara-negara sedang berkembang khususnya di daerah perkotaan. Di Indonesia, SKRT 2001 ditemukan prevalensi total kolesterol >200 mg/dl di Jawa-Bali untuk parkotaan (8,9 %) lebih tinggi daripada perdesaan (5,2 %) dan SKRT 2004 untuk seluruh Indonesia ditemukan di Perkotaan (14,8 %) dan perdesaan (12,3 %). Penehtian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat total kolesterol dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tinglrat total kolesterol orang dewasa di perkotaan Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah semua responden orang dewasa di perkotaan yang terpilih dalam SKRT 2004 dan memenuhi syarat penelitian, yaitu 892 orang. Pengolabeo data mengganakan program SPSS dan STAT A. Analisis data menggunakan uji statistik two independent sample t test dan regresi logistik ganda model faktor determinan. Hasil penelitian menunjukkan proporsi total kolesterol tinggi sebesar 9,98 %, rnta-rata umur responden 44,58 tahun, sebagian besar responden adalah laki-laki 54,93 %, status kawin 86,55 %, gemuk 68,50 %, tidak aktif 76,01 %, konswnsi sayur dan buah rendah 93,16 %, pendidikan rendah 63,34 %, pendapatan rendah 63,34 % dan pengeluaran pangan berlemak rendah 63,79%. Umur berhubungan bennakna dengan tingkat total kolesterol (p=0,022), dimana umur pada responden total kolesterol tinggi (46,49 tahun) lebih tua dibandingkan total kolesterol nonnal (44,37 tahun). Ada hubungan yang bermakna jenis kelamin dengan tingkat total kolesterol (OR=2,23; 95%CI:l,35-3,67} Demikian pula status gizi (IMT) berhubungan bermakna dengan tingkat total kolesterol (0R=2,46; 95o/.CI;l,55-3,89). Jenis kelamin merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan tingkat total kolesterol (OR 2, 19; 95% CI:l,30-3,69). Kesimpulan, fuktor yang berhubungan dengan tingkat total kolestcrol orang dewasa adalah umur, jenis kelamin dan status gizi. Faktor yang paling dorninan berhubungan dengan tingkat total kolesterol adalah jenis kelamin. Direkomenda.sikan perlunya program promosi pernantauan kadar lipoprotein kolestcrol (HDL, LDL) sebagai deteksi dini tetiadinya aterosklerosis dan pornantauan rutin kadar total kolesterol pada orang dewasa muda (25 kg/m2) agar mencapai status gizi tidak gemuk (lMT :525 kg/m2).
High cholesterol level is one of main cause factor; the occurrence of atherosclerosis cholesterol is main problem in developing countries especially in urban area. In Indonesia, from SKRT 2001 found cholesterol prevalence 2:200 in Java-Bali for urban is higher (8,9 %) than rural (5,2 %) and SKRT 2004 for entire Indonesia found in urban (14,8 %) and rural (12,3 %). These research aims are to find the view of total cholesterol level and factors that related with adult total cholesterol level in Indonesia urban area. This research is using cross sectional design, Research sample are all adult respondent in urban area that chosen from SKRT 2004 and qualified for research, which are 892 peoples. Data processed by SPSS and Stata program. Data analysis is using two independent sample t-test and double logistic regression test of determinant factor model. Research result shows total cholesterol level proportion is 9,98 o/o, age mean is 44,58 years old, most of the respondent is men 54,9 %, marital status 86,55 %, obesity 68,50 %, inactive 76,0 l %, low vegetables and fruit consumption 93,16 %, low education 63,34 %, low income 63,34 %, and low fat food expenditure 63,79 %_ Age have significant relation with total cholesterol (p=0,022), where age of high total cholesterol respondent (46,49 year) older than normal cholesterol (44,37 %)- There are significant relation of gender with total cholesterol level (OR~,23; 95% CI: I ,35- 3,67). Thus with nutrition status (BMI) significantly related with total cholesterol level (OR~2,46; 95o/oCI:1,55-3,89). Gender is dominant factor that with total cholesterol level (OR=2,19; 95% Cl: I ,30-3,69). Conclusion, factor that related with adult total cholesterol level is age, gender, and nutrition status. The most dominant factor related with total cholesterol level is gender. Suggested promotion program to monitor cholesterol lipoprotein level (HDL, LDL) as early detection of atherosclerosis and routine monitoring of early adult total cholesterol level (25 kg/m2) to achieve non-obese nutrition status (BMI;25 kg/m2).
Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia. WHO melaporkan, di seluruh dunia setiap tahunnya ditemukan tidak kurang dari 8 juta kasus baru. Indonesia diantaranya merupakan negara penyumbang kasus TBC terbesar ketiga setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah kasus TBC di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 627.047 penderita, 281.946 diantaranya termasuk kategori TBC paru BTA positif. TBC paru BTA positif adalah jenis TBC yang sangat menular sehingga apabila tidak dilakukan pengobatan yang adequat dapat menularkan kepada 10-15 penderita baru dalam setahun. Risiko terjadinya penularan akan lebih tinggi pada orang yang dekat dengan sumber penular Kondisi lingkungan, status sosial ekonomi, gaya hidup, genetik dan adanya penyakit lain seperti diabetes, campak dan HIV merupakan faktor risiko yang selama ini diyakini berhubungan dengan kejadian tuberkulosis. Namun penelitian tentang faktor risiko tersebut di Indonesia masih jarang dilakukan. Ketersediaan data sekunder dari Survei Prevalensi TBC Nasional dan Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2004 (Susenas) yang terintegrasi, menarik minat penulis untuk memanfaatkan data ini untuk menganalisis beberapa faktor risiko TBC paru. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah, faktor sosial ekonomi dan faktor respon biologis terhadap kejadian TBC paru BTA positif pada penduduk dewasa di Indonesia. Penelitian ini memakai rancangan studi kasus kontrol tidak berpadanan, dengan menggunakan perbandingan kasus kontrol 1:4. Sampel penelitian adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang menjadi sampel Susenas 2004 dan dilakukan pemeriksaan sputum BTA pada Survei prevalensi TBC 2004. Jumlah sampel terpilih sebanyak 380 orang yang terdiri dari 76 kasus dan 304 kontrol. Penduduk yang berdasarkan pemeriksaan sputumnya menunjukan hasil BTA positif ditetapkan sebagai kasus. Sedangkan yang menjadi kontrol adalah penduduk yang sputumnya menunjukkan hasil BTA negatif dan berasal dari wilayah kecamatan yang sama dengan kasus. Kontrol dipilih secara acak. Untuk menguji hipotesis digunakan uji Kai Kuadrat dan untuk melihat derajat hubungan menggunakan nilai Odds Rasio dengan CI 95%. Berdasarkan basil penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TBC Pam BTA positif adalah keberadaan sumber kontak serumah OR 3,46 (1,316;9,091) kondisi rumah yang berlantai tanah OR 2,2 (1,135;4,269) dan pendapatan perkapita OR 2,145 (1,249;3,683). Berdasarkan temuan tersebut penulis menyarankan kepada pembuat kebijakan agar melaksanakan program khusus terhadap masyarakat golongan ekonomi rendah, terutama dalam hal program upaya penemuan penderita sedini mungkin, memberikan pengobatan secara cepat guna memutus rantai penularan, melaksanakan program active case finding dan untuk jangka panjang perlu dijalin kerjasama dengan lintas sektor terkait untuk melaksanakan program rumah sehat bagi kalangan masyarakat yang mempunyai status sosial ekonomi rendah.
Tuberculosis (TBC) is still become the word health problem. WHO reported that every year in the word has been founded not less than 8 millions of new cases. Indonesia is the third biggest countries which contribute TB cases after India and China. It is estimated the number of TB cases in Indonesia in the year 2003 was 627.047 infected, 282.946 among it was the category of pulmonary tuberculosis with smear positive. Pulmonary tuberculosis with smear positive is a kind of TB which is very infectious, so it should have adequate treatment, unless it will spread to 10-15 new patients within a year. The people who are close to the source of disease have the high risk to be infected. The environment condition, social economy status, life style, genetic and other disease such as diabetes, measles and HIV are believed has the relation with TB. But research about those risk factors in Indonesia is rarely done. The interest of the writer to analyze same risk factor of pulmonary TB is based on integrated of availability of secondary data from National TB Prevalence Survey (SPTBC) and National Social Economy Survey (Susenas) year 2004. The purpose of this research is to know the relation between the house environment condition, social economy factor and biologic response toward pulmonary TB with smear positive cases for adult in Indonesia. The research is using unmatched case control study, with comparison of 1 : 4 case and control. The sample of this research is the people of 15 years old and above, which was the sample of Susenas 2004 and was examined by sputum smear microscopy in SPTBC 2004 Survey. The number of chosen sample is about 380 person, consisting of 76 cases and 304 controls. The people whose sputum smear positive, decided as a case, but the people from the sputum smear negative decided as control. Control was chosen randomly. To test these hypotheses, chi square is used and to see the relation degrees of Odds Ratio with Cl 95% value is used. The research found that the factors which association with pulmonary TB smear positive is the availability of contact source in one house OR 3, 46 (1,316 ; 9,091), the condition of the house with soil floor OR 2.2 (1,135 ; 4,269) and private income OR 2,145 (1,249 ; 3,683). According to those finding, the writer advise to the policy maker to take special program for the people with low income, especially the program of finding the infected person as soon as possible to heal them with proper treatment. to cut the cycles of infections, to make program of active case finding program and for long term, there should be cooperation between other sector related to activate healthy house program for the people with low income.
Saat ini tetjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular yang prevalensinya terus meningkat adalah penyakit diabetes. Dari beberapa survei epidemiologi didapatkan angka prevalensi diabetes di Indonesia dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 menjadi 12,8%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2003, diabetes merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit Umum di Indonesia tahun 2002, nomor tiga terbanyak pada pasien rawat jalan rumah sakit di Indonesia tahun 2003 dan nomor lima terbanyak pada pasien rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan faktor determinan kejadian diabetes pada orang dewasa di Indonesia, merupakan analisis data sekunder dari SKRT 2004, menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional). Populasi studi adalah orang dewasa umur 25 tahun atau lebih, sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sadalah 4.860 orang. Pengambilan sampel dan variabel-variabel yang diteliti disesuaikan dengan yang ada pada SKRT 2004. Analisis dilakukan secara bertahap mulai dari analisis univariabel, bivariabel dan multivariable. Analisis multivariable menggunakan analisis regresi logistik ganda, dimulai dengan identifikasi kovariat potensial. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian diabetes pada orang dewasa di Indonesia adalah 12,5%. Dari analisis multivariable didapat hubungan yang bermakna antara IMT, umur dan jenis kelamin dengan kejadian diabetes. IMT >27kg/m2 merupakan faktor detenninan yang paling dominan terhadap kejadian diabetes, dengan nilai OR 1,90; 95% Cl (1,45-2,49). Disarankan perlunya promosi tentang penyakit degeneratif. Perlunya pencegahan dan penanggulangan serta surveilans faktor risiko diabetes, Bagi orang yang berisiko perlunya pemantauan berat badan, mengubah pola hidup, pengaturan pola makan dan perilaku sehat seperti latihan jasmani yang teratur.
