Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30740 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Sudarko; Pembimbing: P.M.H. Sinaga
S-197
Jakarta : FKM UI, 1984
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Daryono; Pembimbing: P.M.H. Sinaga
S-118
Jakarta : FKM UI, 1983
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nasiman; Pembimbing: Umar Fahmi Achmadi
S-131
Jakarta : FKM UI, 1983
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Samilan; Pembimbing: Adik Wibowo
S-137
Jakarta : FKM UI, 1983
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khusnul Fariqa; Pembimbing: Rachmadi Purwana; Penguji: Ema Hermawati, Amrul Munif
Abstrak: Pendahuluan: Diare merupakan penyebab kematian pada balita terbanyak di Indonesia dengan proporsi 25,2%. Kasus diare pada balita di Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan Tahun 2012 sebesar 34,09% dari seluruh kasus diare yang ada. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara jenis sumber air bersih dan faktor risiko lainnya dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
 
Metode dan desain studi: Dengan menggunakan desain studi cross sectional, dilakukan survey berbasis populasi pada 153 balita berusia 0—59 bulan di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan pada bulan Mei 2013. Data mengenai kejadian diare balita, jenis sumber air bersih yang digunakan, dan faktor risiko lainnya diukur dalam waktu bersamaan melalui wawancara dengan kuesioner.
 
Hasil: Prevalensi diare balita sebesar 32,70%. Melalui analisis bivariat chi square,diperoleh beberapa variabel berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian diare pada balita, yaitu jenis sumber air bersih berupa sumur pompa (SPT/SPM) (95% CI 1,30—5,04) PR= 2,56; sarana pembuangan sampah (95% CI1,10—2,70) PR= 1,73; dan risiko pencemaran sumber air bersih (95% CI 1,11—2,84) PR= 1,78.
 
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana sanitasi, pengetahuan ibu/pengasuh, dan hygiene perorangan yang cukup baik saja kurang efektif mencegah terjadinya daire pada balita tanpa diimbangi dengan tersedianya air bersih dari sumber yang berisiko kecil mengalami pencemaran.
 

Introduction: Diarrhea is the main leading causes responsible for under-fives death in Indonesia with a proportion 25,2%. Under-fives diarrhea cases in Kelurahan Manggarai, South Jakarta in 2012 is 34,09% from all diarrhea cases. This study assessed the correlation between types of water sources used and other related risk factors and the incidence of diarrhea among under-fives in Kelurahan Manggarai, Tebet, South Jakarta.
 
Methods and study design: By using a cross sectional study, a population based survey conducted among 153 children aged 0 to 59 months in Kelurahan Manggarai, Tebet, South Jakarta during May 2013. Data about the incidence of diarrhea among under-fives, types of water sources used, and other related risk factors were assessed in one time interview by a questionnaire.
 
Result: Diarrhea prevalence among under-fives was 32,70%. By using chi square analysis, variable statistically significant related to the incidence of diarrhea among under-fives were types of water sources in the form of pump well (handpump well/machine-pump well) (95% CI 1,30—5,04) PR= 2,56; solid waste treatment and facilities (95% CI 1,10—2,70) PR= 1,73; and the risk of contamination of water sources (95% CI 1,11—2,84) PR= 1,78.
 
Conclusion: The results show that adequate sanitation facilities, caregiver knowledge, and personal hygiene only are not enough to prevent diarrhea incidence among under-fives without adequate water supply from the minimum risk of contamination of water sources.
Read More
S-7973
Depok : FKM-UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Iqbal Rahmansyah; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Suyud Warno Utomo, Abdul Rahman M.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat potensi pemanfaatan air hujan sebagai alternatif sumber air bersih di Kecamatan Palmerah pada Tahun 2019. Variabel dalam penelitian ini meliputi kuantitas air hujan, kualitas air hujan, tingkat efisiensi pemakaian air hujan, dan besaran biaya yang dapat dihemat untuk kebutuhan air bersih bila menggunakan alternatif dari air hujan. Untuk kualitas air hujan sendiri parameter yang diuji terbagi menjadi 3 yaitu parameter fisik, parameter kimia, parameter dan biologi. Parameter fisik meliputi parameter bau, warna, rasa, TDS, DHL, dan suhu air. Parameter kimia meliputi parameter pH, dan sulfat. Untuk parameter biologi dalam penelitian ini yang diuji yaitu Total Coliform. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian di Laboratorium Kesehatan DKI Jakarta, didapatkan rata-rata masing-masing data yaitu pH 8,022, DHL 88,14, TDS 49,66, Suhu 31, 275 ºC, Sulfat 9,269, dan Total Coliform 876,66. Semua parameter berada dalam rentang baku mutu yang ditetapkan Kementerian Kesehatan terkecuali parameter Total Coliform. Parameter Total Coliform adalah satu-satunya parameter yang melebihi baku mutu yang ditetapkan di Permenkes No 32 Tahun 2017. Baku mutu untuk Total Coliform adalah 50mg/ml. Hasil dari pengujian di Labkesda menunjukkan adanya jumlah coliform yang sangat tinggi pada air hujan dengan beberapa sampel yang diuji melebih 1000mg/ml air hujan. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi dikarenakan adanya rentang waktu pengambilan antara turunnya hujan dengan saat peneliti mengambil data. Ketidakpastian cuaca menjadi kelemahan terbesar dalam penelitian ini sehingga peneliti mengambil sampel air hujan yang turun di malam hari baru peneliti ambil pada siang harinya. Ini mengakibatkan adanya penggandaan coliform pada air hujan yang menjadi sampel penelitian ini. Pada uji bivariate didapatkan nilai signifikansi untuk tiap parameternya berada di angka 0,01 = α dengan kesimpulan hipotesis null ditolak
Read More
S-10247
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Maria Magdalena Killis; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Ririn Arminsih, Laila Fitria, Diah Wati Soetojo, Didik Supriyono
Abstrak: Latar Belakang : Scistosomiasis termasuk dalam Penyakit Tropis yang Terabaikan (NTD-Neglected Tropical Diseases). disebabkan oleh cacing pipih trematoda darah dari genus Schistosoma. Schistosoma pada manusia yang dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu: Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan Schistosoma haematobium. Berdasarkan tempat hidupnya dalam tubuh manusia, terbagi menjadi dua jenis yaitu dalam pembuluh darah vena usus (Schistosoma japonicum dan Schistosoma mansoni), sedangkan dalam pembuluh darah vena vesica urinari (Schistosoma haematobium). Schistosomiasis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, terutama di 77 negara berkembang di daerah tropis maupun subtropis. Diperkirakan 240 juta orang yang terinfeksi Schistosomiasis, dengan sekitar 700 juta orang di seluruh dunia berisiko terinfeksi Schistosomiasis, di Indonesia prevalensi Schistosomiasis tahun 2015 sebesar (1,7%), sama dengan prevalensi di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar (1,7%).
Tujuan: penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara Sarana Air Bersih (SAB) dan jamban terhadap kejadian Schistosomiasis di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan analisis desain studi ekologi, desa sebagai unit analisis.
Hasil : Hasil analisis hubungan antara SAB dengan Kejadian Schistosomiasis dan Jamban di Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi selama tahun pengamatan 2014-2016, secara statistik tidak terdapat hubungan. Hasil analisis yang berhubungan adalah pelaksanaan Program STBM dengan p-value = 0,010 (Poso) dan p-value = 0,0005 (Sigi) serta keberadaan kader kesehatan lingkungan Kabupaten Poso p-value=0,001, pekerjaan p-value = 0,000 (Sigi).
Kesimpulan : Variabel pelaksanaan program STBM dan ketersediaan kader kesehatan lingkungan, Penyuluhan Kesehatan lingkungan, pekerjaan dan kepadatan penduduk merupakan variabel yang berhubungan signifikan dari pada variabel lainnya.
Kata Kunci : Schistosomiasis japonicum, SAB, Jamban dan Program STBM

Introduction: Scistosomiasis is included in the Neglected Tropical Diseases (NTD), caused by flatworms of blood trematoda from the genus Schistosoma. There are three known Schistosoma in human, which are: Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni and Schistosoma haematobium. Based on the place of its life in the human body, is divided into two types, that is in the veins of intestinal veins (Schistosoma japonicum and Schistosoma mansoni), and in the veins of venous vesica urinary (Schistosoma haematobium). Schistosomiasis is still a public health problem, especially in 77 developing countries in the tropics and subtropics. Estimated, 240 million people infected with Schistosomiasis and about 700 million people worldwide at risk of being infected with Schistosomiasis. In Indonesia the prevalence of Schistosomiasis by 2015 was 1.7%, is similar to the prevalence in Central Sulawesi.
Objective: This study was to analyze the relationship between the clean water facility and latrines against the incidence of Schistosomiasis in Sigi and Poso districts of Central Sulawesi Province.
Method: This research is a descriptive quantitative research using ecological study design analysis, and the village as unit of analysis.
Result: Result of analysis of relationship between SAB with insidence of Schistosomiasis and Jamban in Poso and Sigi District during observation year 2014-2016 showed statistically there was no relationship. The result of related analysis is the implementation of Total Sanitation Based on Community Program with p-value = 0,010 (Poso) and p- value = 0.0005 (Sigi) and presence of health cadre of Kabupaten Poso p-value = 0,001, job p-value = 0,000 (Sigi).
Conclusion: The implementation of Total Sanitation Based on Community Program, the availability of environmental health cadres, environmental health counseling, occupation and population density were variables which are significantly related to other variables.
Keywords : Schistosomiasis japonicum, water facility, latrine and Total Sanitation Based on Community Program.
Read More
T-4899
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agrina Cintya Lestari; Pembimbing: Umar Fahmi Acmadi; Penguji: Budi Hartono, Ely Setyawati
Abstrak: Diare pada balita masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Maluku merupakan tiga provinsi dari beberapa provinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan kejadian diare dari tahun 2007 hingga 2013 dan balita menjadi populasi yang paling berisiko untuk mengalami diare. Fasilitas jamban, sumber air minum, pengolahan air minum, dan fasilitas cuci tangan diketahui menjadi faktor risiko kejadian diare. Studi ini menggunakan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang bersumber dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 untuk mengetahui hubungan antara fasilitas jamban, sumber air minum, pengolahan air minum, dan fasilitas cuci tangan dengan kejadian diare pada balita. Sampel penelitian adalah balita berusia 0-59 bulan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Maluku yang menjadi sampel SDKI 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi diare tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (20,5%) dan terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta (6,4%). Selain itu, ditemukan hubungan yang signifikan antara fasilitas cuci tangan dengan kejadian diare pada balita di Daerah Istimewa Yogyakarta (nilai P=0,026). Sumber air minum juga ditemukan berhubungan secara signifikan dengan kejadian diare pada balita di Sulawesi Selatan (nilai P=0,007). Fasilitas cuci tangan pun berhubungan dengan signifikan dengan kejadian diare pada balita di Maluku (nilai P=0,010). Walaupun beberapa variabel tidak berhubungan dengan signifikan, variabel-variabel tersebut dapat meningkatkan risiko balita untuk mengalami diare. Oleh karena itu, pencegahan terhadap faktor risiko perlu dilakukan seperti menggunakan jamban yang memenuhi syarat, menggunakan sumber air minum yang layak, mengolah air minum sebelum dikonsumsi, dan memiliki fasilitas cuci tangan yang memadai. Kata Kunci: diare, fasilitas jamban, sanitasi, air, cuci tangan, balita
Read More
S-9403
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Julia Afni; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Ririn ArminsihWulandari, Yunaenah
S-6857
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shoaib Shafqat; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Fitri Kurniasari, Suhardi, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Akses terhadap air minum yang bersih dan aman merupakan aspek penting dalam kesehatan masyarakat. Namun, banyak warga di Jagakarsa, Jakarta Selatan, masih mengandalkan sumber air yang terkontaminasi akibat pencemaran, infrastruktur yang kurang memadai, dan rendahnya kesadaran masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menilai persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap kualitas air minum. Studi ini menggunakan desain kuantitatif potong lintang dan melibatkan 108 responden dewasa dari enam kelurahan di Jagakarsa dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Hasil menunjukkan bahwa 55,6% responden menggunakan air tanah sebagai sumber utama air minum, dan hanya 14,8% yang menggunakan air perpipaan. Meskipun 57,4% menilai air mereka jernih, 42,6% menganggapnya tidak aman untuk diminum, dan 31,5% mencium bau yang tidak sedap. Dalam hal perlakuan air, 41,7% responden merebus air, 25% menggunakan penyaringan, dan 15,7% tidak melakukan perlakuan apa pun. Tingkat kesadaran terhadap isu-isu terkait air tergolong sedang (56,5%), namun hanya 38,9% yang pernah menerima informasi melalui kampanye publik. Uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan kesadaran (p < 0,05), serta antara sumber air utama dengan perilaku perlakuan air (p < 0,05). Temuan ini mengindikasikan adanya kesenjangan antara persepsi dan kenyataan terkait keamanan air, serta pentingnya edukasi masyarakat, perbaikan perlakuan air, dan pengembangan infrastruktur untuk mendorong praktik konsumsi air minum yang aman di Jagakarsa.

Access to clean and safe drinking water is a fundamental aspect of public health. However, many residents in Jagakarsa, South Jakarta, continue to rely on contaminated water sources due to pollution, inadequate infrastructure, and limited public awareness. This study aimed to assess public perceptions and awareness regarding drinking water quality. A cross-sectional quantitative study was conducted among 108 adult residents across six subdistricts in Jagakarsa using a structured questionnaire. The results showed that 55.6% of respondents relied on groundwater, while only 14.8% used piped water. Although 57.4% perceived their water as clear, 42.6% believed it was unsafe to drink, and 31.5% reported unpleasant odors. In terms of treatment practices, 41.7% boiled their water, 25% used filtration, and 15.7% did not treat their water at all. Awareness of waterborne issues was moderate (56.5%), and only 38.9% had received information through public campaigns. Chi-square analysis revealed significant associations between education level and awareness (p < 0.05), as well as between the main water source and treatment behavior (p < 0.05). These findings highlight a gap between perception and actual water safety and underscore the importance of public education, improved treatment practices, and infrastructure development to promote safe drinking water use in Jagakarsa.

Read More
T-7341
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive