Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 29542 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
M.Yuzar Virza; Pembimbing: Chandra Satrya
S-2654
Depok : FKM-UI, 2002
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ulfha Aulia Nasution; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Christoffel Maranto
Abstrak: Kelelahan merupakan hal yang sering terjadi di berbagai industri, termasuk industri transportasi dalam hal ini khususnya pada masinis KRL. Aktivitas yang dilakukan oleh masinis KRL memiliki potensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja dikarenakan karakteristik pekerjaan dari masinis yang berisiko terpapar oleh faktor fisik (postur janggal), psikososial (usaha, peghargaan, overcommitment, pekerjaan monoton, dukungan social dari rekan kerja, atsan dan keluarga, stres kerja dan shift), dan faktor individu (umur, indeks massa tubuh, status merokok).Penelitian ini dilakukan pada masinis KRL UPT Crew Depok PT. KCI. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kuantitatif observasional dangan pendekatan cross sectional. Penelitian sebelumnya terkait kejadian kelelahan kerja meneliti faktor risiko psikososial sedangkan masih sedikit penelitian yang meneliti faktor risiko fisik. Selain itu penelitian terkait kelelahan kerja pada umumnya menggunakan instrumen kuesioner sedangkan dalam penelitian ini selain menggunakan instrumen kuesioner juga melakukan pengukuran secara objektif melalui pengukran Salivary Alpha Amilase (SAA) menggunakan cocorometer sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat stres dan menggunakan aplikasi sleep-2-peak untuk mengukur kelelahan kerja. Hal tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian terkait gambaran kelelahan kerja serta mengalisis hubungan faktor fisik, psikososial, dan faktor individu terhadap kelelahan kerja pada masinis KRL PT. KCI tahun 2018.
Kata kunci: ix Universitas Indonesia Kelelahan, faktor risiko fisik, faktor risiko psikososial, masinis

Fatigue is a common occurrence in many industries, including the transportation industry in this case particularly in electric train drivers. Activities performed by commuter train drivers have the potential to cause fatigue due to job characteristics of train drivers are at risk of exposure to physical factor (awkward posture), psychosocial factores (effort, reward, overcommitment, monotonous work, social support from co-workers, supervisor and family, work related stress and shift), and individual factors (age, body mass index, smoking status). This research was carried out on the train drivers of UPT Crew Depok PT. KCI. The design of this research is quantitative observational with cross sectional approach. Previous studies have linked the incidence of work fatigue to psychosocial risk factors while only few studies have examined physical risk factors. In addition, the study related to work fatigue in general used questionnaire instrument while in this study in addition to using the questionnaire instrument also made an objective measurement through Salivary Alpha Amylase (SAA) using cocorometer as one of the indicators to measure stress levels and using sleep-2-peak applications to measure work related fatigue.This is the the background to conduct research related to the overview of work related fatigue as well as to analyze the relationship of physical factors, psychosocial, and individual factors to work related fatigue in train drivers of PT. KCI 2018.
Key word: Fatigue, physical risk factors, psychosocial risk factors, train drivers
Read More
S-9825
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Taman Prasi; Pembimbing: Ridwan Zahdi Sjaaf
T-1346
Depok : FKM UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Naila Adinda Achmad; Pembimbing: Hendra; Penguji: Abdul Kadir, M. Fiki Handriyanto
Abstrak:
Stasiun Manggarai merupakan stasiun paling aktif yang menghubungkan tujuh persimpangan jalur kereta api. Sebelum pandemi, tercatat bahwa Stasiun Manggarai merupakan stasiun tersibuk yang melayani lebih dari 20.000 pengguna setiap harinya (Ditjen Perkeretaapian 2022). Pada Januari 2023, terkonfirmasi bahwa Stasiun Manggarai memiliki 150.000 pengguna transit dan 14.000 pengguna stasiun per harinya (Fransisca, 2023). Jumlah pengguna yang banyak dapat meningkatkan kepadatan sehingga dapat meningkatkan potensi bahaya dan risiko, termasuk bahaya dan risiko kebakaran. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran sistem proteksi kebakaran dan keselamatan kebakaran di Stasiun Transit Manggarai Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek dengan menggunakan metode deskriptif observasional dengan pendekatan komparasi. Penulis membandingkan hasil penerapan sistem proteksi kebakaran dan keselamatan kebakaran di Stasiun Manggarai dengan standar NFPA 130 dan Code of Practice for Fire Precautions in Rapid Transit Systems 2022. Hasil dari penelitian ini didapatkan dengan wawancara, telaah dokumen, dan observasi langsung pada stasiun. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa persentase pemenuhan sistem proteksi kebakaran dan keselamatan kebakaran pada Stasiun Manggarai adalah sebesar 84,34% dengan pemenuhan tertinggi pada aspek Fungsi, Reliabilitas, dan Ketersediaan Sistem Komunikasi dan Kontrol dan Persyaratan Kawat dan Kabel sebesar 100% dan pemenuhan terendah pada aspek Sistem Komunikasi Keadaan Darurat sebesar 50%.

Stasiun Manggarai is the most active station. In January 2023, Stasiun Manggarai has 150,000 transit users and 14,000 station users per day (Fransisca, 2023). This large number of users can certainly increase the density – and according to research – density can increase the existing potential hazards and risks, including fire hazards. Therefore, this research was conducted to find out the implementation of fire protection and fire safety system at Stasiun Transit Manggarai Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line Jabodetabek using a descriptive observational method with comparative approach. The author compares the results of implementing fire protection and fire safety systems at Manggarai Station with NFPA 130 and Code of Practice for Fire Precautions in Rapid Transit Systems 2022. The results of this study were obtained through interviews, document review, and observation. The research found that the proportion of implementation of fire protection and fire safety systems at the Stasiun Manggarai is 84.34% with the highest fulfillment at the percentage of 100% on Function, Reliability, and Availability of Communication and Control Systems; and Wire and Cable Requirements aspect. The lowest compliance is in the Emergency Communication System aspect with the percentage of 50%.
Read More
S-11285
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riky Mawan Sinaga; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Mila Tejamaya, Istiati Suraningsih
S-8345
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Adi Riza Darma; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Baiduri Widjanarko, Dewi Rahayu
S-4244
Depok : FKM-UI, 2005
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Asisti Wulan Ningrum; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Ridwan Z. Sjaaf, Sugma Agung Purboyo
S-5370
Depok : FKM UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pristi Dwi Puspitasari; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Abdul Kadir, Robiana Modjo, Supriadi, Benedictus Kristo Wijayanto
Abstrak:
Tunjuk sebut merupakan teknik yang mengkombinasikan fungsi mata, gerakan tangan, mulut, otak, dan telinga untuk mencegah terjadinya kesalahan pada manusia. PT XYZ menerapkan tunjuk sebut secara resmi untuk mencegah kesalahan pada masinis sejak tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor individu, tempat kerja, pekerjaan dan organisasi terhadap performansi penerapan tunjuk sebut. Pengumpulan data diawali dengan proses wawancara terhadap tujuh informan untuk mendalami penerapan tunjuk sebut di perusahaan, mengkonfirmasi variabel yang disusun dari telaah literatur dan mengeksplorasi kondisi faktual di perusahaan. Selanjutnya data dikumpulkan dari 414 masinis melalui pengisian kuesioner. Distribusi performansi tunjuk sebut pada masinis menunjukkan bahwa 51,9% masinis menujukkan performansi tunjuk sebut baik, sedangkan 48,1% masinis menunjukkan performansi tunjuk sebut kurang. Hasil pengujian menggunakan chi square pada Confidence Interval (CI) 95% menunjukkan bahwa faktor individu yang berhubungan dengan performansi tunjuk sebut adalah usia, jabatan, pengalaman individu, kesadaran risiko, acceptance terhadap tunjuk sebut dan kesadaran diri. Sedangkan faktor tempat kerja yang berhubungan dengan performansi tunjuk sebut adalah otomasi kabin lokomotif, peralatan monitoring lokomotif, dan lingkungan kabin lokomotif. Faktor pekerjaan yang berhubungan dengan performansi tunjuk sebut adalah jenis kereta api yang sering didinasi oleh masinis, tingkat monoton dan kejelasan instruksi kerja. Faktor organisasi juga berhubungan dengan performansi tunjuk sebut diantaranya organizational leadership and commitment, prosedur tunjuk sebut, insentif keselamatan, masukan keselamatan, informasi keselamatan dan budaya keselamatan. Temuan ini mengindikasikan bahwa faktor individu, tempat kerja, pekerjaan dan organisasi berkaitan dengan kepatuhan dan konsistensi pelaksanaan tunjuk sebut di PT XYZ.

Pointing-and-calling is a technique that combines the functions of the eyes, hand movements, mouth, brain, and ears to prevent human error. PT XYZ has been officially implementing the pointing-and-calling to prevent train driver errors since 2012. This study aims to analyze the association of individual, workplace, job, and organizational factors with the performance of the pointing-and-calling implementation. Data collection began with an interview process with seven informants to explore the implementation of pointing-and-calling, confirm the variables compiled from the literature review, and explore the factual conditions in the company. Furthermore, data were collected from 414 train drivers through questionnaires. The distribution of pointing-and-calling performance among train drivers shows that 51,9% demonstrated good indicator performance, while 48,1% demonstrated poor indicator performance. The results of testing using chi-square at 95% Confidence Interval (CI) showed that individual factors associated with the performance of the pointing-and-calling implementation are age, position, individual experience, risk awareness, acceptance of designation, and self-awareness. While workplace factors associated with the performance of the pointing-and-calling implementation are locomotive cabin automation, locomotive monitoring equipment, and locomotive cabin environment. Job factors that are related to the performance of the pointing-and-calling implementation are the type of train that is often nominated by the train driver, the level of monotony, and the clarity of work instructions. Organizational factors also associated with the performance of the pointing-and-calling implementation include organizational leadership and commitment, pointing-and-calling procedures, safety incentives, safety feedback, safety information, and safety culture. The findings indicate that individual, workplace, job, and organizational factors are associated with the compliance and consistency of pointing-and-calling implementation.

Read More
T-7346
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayuthia Firdanianty; Pembimbing: Hendra; Penguji: Mila Tejamaya, Supriadi
Abstrak: Penelitian tentang pajanan bising telah banyak dilakukan pada kereta api lokomotif, sedangkan penelitian sejenis pada kereta api commuter line masih jarang dilakukan. Kabin masinis commuter line juga berpotensi terpajan bising yang tinggi baik dari suara yang berasal dari kereta itu sendiri maupun dari keretalain yang berpapasan saat diperjalanan. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel pada penelitian ini adalah 199 masinis kereta api commuter line Jabodetabek. Pengukuran tingkat bising didalam kabin diukur dengan sound level meter dan faktor risiko lainnyadikumpulkan dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62.3% masinis tidak memiliki keluhan pendengaran subyektif dan rata-rata tingkat kebisingan di dalam kabin masih di bawah nilai ambang batas sehingga tidak adafaktor risiko yang berhubungan dengan keluhan pendengaran subyektif. Namun perlu dipertimbangkan untuk melakukan pengukuran tingkat kebisingan padasemua jenis rangkaian kereta, dan selalu menutup kaca jendela kabin, serta melakukan pemeriksaan audiometri sebagai base line data bagi PT. KAI terhadap fungsi pendengaran masinis.
Kata Kunci : Kebisingan, Masinis Kereta Api, Gangguan Pendengaran.
Research about noise exposure has been much done on a locomotive train, whilesimilar research on commuter line train is still rare. Cabin machinist the commuterline also potentially exposed to high noise from sound that coming from the trainitself or from another train that passed while on the road. This research method isquantitative cross-sectional approach. The sample size in this research was 199machinist commuter line. Measurement noise rate inside the cabin is measuredwith a sound level meter and other risk factors was collected by questionnaire.The result showed that 62.3 % machinist have no disorders of hearing subjectiveand average rate of noise in the cabin was still below threshold value so there wasno risk factors associated with hearing complaints subjective. However, it shouldbe considered to measure noise rate in all types of circuit train, and always closethe window cabin, as well as audiometric examination as base line data for PT.KAI on auditory function machinist
Keyword : Hearing Disorders; Noise; Train Machinist.
Read More
S-8236
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Bayu Dwiantoro; Pembimbing: Hendra; Penguji: Dadan Erwandi, Ahmad Yani
S-5442
Depok : FKM-UI, 2008
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive