Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 33807 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Emy Rianti; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Helda; Tri Astuti, Eman Sumarna
Abstrak:

Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru-paru yang terjadi akibat menurunnya sistem imunitas tubuh dan biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari sampai dengan 14 hari. Sampai saat ini pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kematian pada bayi dan balita di Indonesia. Dari data kunjungan rawat inap rumah sakit di kota Depok, kasus pneumonia menempati urutan ketiga pada balita yaitu sebesar 11,45% dan mempunyai kontribusi sebesar 7,78% penyebab kematian (urutan kelima). Sedangkan dari data kunjungan rawat jalan di Puskesmas Sawangan, prevalen pneumonia pada balita adalah sebesar 9,45%, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia. Penilaian status gizi diukur berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut umur dengan standar baku nasional di Indonesia (Keputusan Menkes RI No: 920/Menkes/SK/ VIII/2002). Variabel kovariat adalah jenis kelamin balita, umur balita, pemberian ASI eksklusif, status imunisasi, pemberian vitamin A dosis tinggi dan pendidikan ibu. Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol. Kasus adalah balita umur 6 - 59 bulan yang datang berobat ke puskesmas dan dinyatakan menderita pneumonia oleh dokter dan atau petugas puskesmas terlatih, melalui peniiaian dan klasifikasi MTBS sejak Februari sampai dengan Juni 2006. Kontrol adalah semua balita yang dinyatakan tidak menderita pneumonia dan tidak menderita ISPA oleh petugas yang sama kemudian dilakukan SRS. Dengan menggunakan beberapa variabel penelitian terkait, dari hasil perhitungan rumus diperoleh besar sampel 120 dengan perbandingan kasus dan kontrol = 1 : 1, sehingga total sampei adalah 240. Data dipcroleh dari hasil wawancara, observasi dan pengukuran. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita setelah dikontrol oleh pemberian ASI secara eksklusif dan dapat disimpulkan bahwa balita dengan status gizi baik dan mendapat ASI secara eksklusif akan terlindungi sebesar 68% dari penyakit pneumonia dibandingkan dengan balita yang status gizi kurang dan tidak mendapat ASI eksklusif. Disarankan bahwa upaya untuk menurunkan angka kematian pada balita karena penyakit pneumonia adalah dimulai dengan menurunkan angka kesakitan pneumonia, salah satu cara menurunkan angka kesakitan adalah dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif.

Read More
T-2369
Depok : FKM-UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sjenileila Boer; Pembimbing: Nasrin Kodim; Penguji: Krisnawati Bantas, Ratma Djuwita, Nandi Pinta
Abstrak:

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) terutama pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di negara berkembang ,sekitar 4 juta kematian disebabkan penyakit tersebut Di Indonesia ISPA bawah terutama pneumonia mengakibatkan kematian sekitar 150.000 balita per tahun. Di Pangkal Pinang, Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, cakupan Pneumonia sejak tahun 1998 terus meningkat Pada tahun 1999 berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Pangkal Pinang didapatkan 15,37 % balita mengalami gizi buruk. Gizi buruk dapat menyebabkan penyakit infeksi termasuk pneumonia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian pneumonia balita di kota Pangkalpinang tahun 2000. Jenis desain yang digunakan adalah kasus kontrol, dengan 120 sampel, dimana kasus adalah balita yang datang ke puskesmas dan menderita pneumonia sedangkan kontrol adalah balita yang datang ke puskesmas dan tidak menderita pneumonia. Unit analisis adalah balita usia 9 - 59 bulan. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap ibu balita yang terpilih sebagai sampel kasus maupun kontrol. Dari hasil penelitian didapatkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara status gizi dengan kejadian pneumonia balita (OR= 3,194. 95 % CI :1,585 - 6,433 ). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pengambil keputusan agar lebih memberikan perhatian terhadap status gizi balita dengan meningkatkan kegiatan yang sudah ada.

Read More
T-1458
Depok : FKM UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eka Desi Purwanti; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Ratna Djuwita, Soewarta Kosen, Woro Riyadina
Abstrak: Stunting merupakan bentuk malnutrisi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menyebabkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan anak. Selain disebabkan karena kurangnya asupan gizi secara kronis, stunting juga dapat disebabkan oleh penyakit infeksi berulang. Upaya pencegahan penyakit infeksi seperti imunisasi akan turut berperan dalam meningkatkan pertumbuhan anak khususnya di negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan antara status imunisasi dasar dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional dan menggunakan data sekunder SSGI Tahun 2021. Kriteria inklusi penelitian ini adalah balita berusia 12-59 bulan saat pengumpulan data, diukur tinggi badannya, tidak sedang mengalami sakit berat/kronis, dan memiliki data variabel yang lengkap. Sebanyak 70.267 balita memenuhi kriteria inklusi dan seluruhnya diambil sebagai sampel penelitian. Analisis data dilakukan menggunakan uji cox regression untuk mendapatkan besar asosiasi prevalence ratio (PR) dengan interval kepercayaan 95%. Penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting balita usia 12-59 bulan di Indonesia adalah 23,1% dan proporsi balita yang mempunyai status imunisasi dasar lengkap adalah 74,92%. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa status imunisasi dasar berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian stunting. Balita dengan status imunisasi dasar yang tidak lengkap berisiko 1,19 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting dibandingkan balita dengan status imunisasi dasar lengkap [adjusted PR 1,19 (95% CI 1,15 – 1,23)]. Balita yang tidak imunisasi sama sekali mempunyai risiko yang lebih tinggi lagi yaitu 1,27 kali untuk mengalami stunting dibandingkan balita dengan status imunisasi dasar lengkap [adjusted PR 1,27 (95% CI 1,15 – 1,39)], setelah mengontrol variabel pendidikan ibu, status ekonomi dan berat lahir anak. Diperlukan upaya untuk melengkapi status imunisasi anak sesuai jadwal dan peningkatan pengetahuan ibu mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan, pemenuhan gizi balita dan stimulasi tumbuh kembang anak.
Stunting is a malnutrition that is still a public health problem in Indonesia and causes various adverse effects on children's health. Besides caused by a chronic lack of nutrition, stunting can also be caused by recurrent of infectious diseases. Efforts to prevent infectious diseases, such as immunization, will play a role in increasing child growth, especially in developing countries. The purpose of this study was to examine the association between basic immunization status and the incidence of stunting in toddlers in Indonesia. This study used a cross-sectional study design using secondary data from SSGI 2021. The inclusion criteria for this study were that toddlers were aged 12–59 months at the time of data collection, their height was measured, were not experiencing severe or chronic illness, and had complete variable data. A total of 70,267 toddlers met the inclusion criteria, and all were taken as research samples. Data analysis was performed using the Cox regression to obtain a prevalence ratio (PR) with 95% of confidence interval. This study shows that the prevalence of stunting among children aged 12–59 months in Indonesia is 23.1%, and the proportion of children under five who have complete basic immunization status is 74.92%. The results of the multivariate analysis showed that basic immunization status had a statistically significant association with the incidence of stunting. Toddlers with incomplete basic immunization status are at risk 1.19 times higher for stunting compared to toddlers with complete basic immunization status [adjusted PR 1.19 (95% CI 1.15–1.23)]. Toddlers who are not immunized at all have an even higher risk of experiencing stunting, which is 1.27 times higher compared to toddlers with complete basic immunization status [adjusted PR 1.27 (95% CI 1.15–1.39)], after controlling for variables such as the mother's education, economic status, and the child's birth weight. Efforts are needed to complete the child's immunization status on time according to schedule and increase the mother's knowledge regarding the use of health services, the fulfillment of toddler nutrition, and the stimulation of child growth and development.
Read More
T-6625
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Robert Meison P. Saragih; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Lukman Hakim Tarigan, Haryoto Kusnoputranto, Harijatni Sri Oetami, C. Yekti Praptiningsih
T-1393
Depok : FKM-UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jahiroh; Pemb. Nurhayati Prihartono; Penguji: Ratna Djuwita, Rusli
T-3889
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Widodo; Pemb. Rachmadi Purwana, I Made Djaja; Penguji: Laila Fitria, Hendri Hendiyan
T-2740
Depok : FKM UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dinda Harti Utami; Pembimbing: Asri C. Sasmita; Penguji: Syahrizal Syarif, Lennywati
S-10409
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sudirman Purawidjaja; Pembimbing: Bambang Sutrisna
T-990
Depok : FKM UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dinar Olympia Primayawesti; Pembimbing: Helda; Penguji: Renti Mahkota, Hidayat Nuh Ghazali Djajuli
Abstrak:
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Pengendalian terhadap hipertensi perlu dilakukan termasuk di wilayah Indonesia salah satunya dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi ekologi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Riskesdas 2018. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara status gizi dan gaya hidup terhadap kejadian hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif dengan hubungan yang kuat pada faktor gaya hidup yaitu konsumsi makanan asin dengan hipertensi (p-value = 0,002; R = 0,512). Baik edukasi maupun penggerakkan program dapat dilakukan untuk membatasi konsumsi makanan mengandung garam berlebih pada masyarakat.

Hypertension is a non-communicable disease which is the main cause of premature death worldwide. Control of hypertension needs to be done including in Indonesia, one of which is by knowing the factors associated with hypertension. This research is a quantitative study using an ecological study design. The data used is secondary data from Riskesdas 2018. The research aims to determine the correlation between nutritional status and lifestyle on the incidence of hypertension. The results showed a positive correlation with a strong relationship to lifestyle factors, namely salty food consumption and hypertension (p-value = 0.002; R = 0.512). Both education and activating programs can be carried out to limit the consumption of foods containing excess salt in the community.
Read More
S-11470
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive