Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 31218 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dian Yudiana; Pembimbing: Asih Setiarini, Kusharisupeni; Penguji: Endang L. Achadi, Anis Irawati, Ubbay Ujziana
Abstrak:

Pembentukan kualitas sumber daya manusia berawal dari masa prenatal (Barker, 1994, dalam Hardinsyah, dick., 2000). Masa prenatal merupakan masa yang akan menentukan kehidupan generasi yang akan datang, salah satu gangguan pertumbuhan prenatal akan mengakibatkan bayi berat lahir rendah (BBLR). Prevalensi BBLR di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 13% (Dep.Kes.R1, 2002). Prevalensi BBLR di RSU Cibabat Cirnahi tahun 2005 sebesar 18,78%, untuk itu perlu dikaji faktor-faktor apa yang berhubungan dengan BBLR di RSU Cibabat Cimahi 2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi BBLR, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR di RSU Cibabat Cimahi 2006. Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan BBLR. Faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah faktor ibu (umur ibu, paritas, berat badan bulan pertarna hatnil, jarak kelahiran, peningkatan berat badan ibu selarna hamil, tinggi badan ibu, IMT ibu bulara pertama hamil); faktor janin (jenis keIamin bayi); faktor sosio ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu); dan faktor pelayanan kesehatan (pelayartan antenatal). Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 1 September sarnpai 30 Desember 2006, pada ibu yang inelahirkau BBLR Jan BBLN di RSU Cibabat Dengan meenggunakan rancangan penelitian ka,sus-kontroi. Kasus adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gr, sedangkan kontrol adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih atau sama dengan 2500 gr. Sampel sebanyak 340 orang, dengan jumlah sampel kasus 85 orang dan sampel kontrol 255 orang. Pengurnpulan data dilakukan melalui telaah rekam medik, wawancara dan pengukuran. Data dianalisis dengan tahapan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak kelahiran (0R=1,75), 13B ibu bulan pertama hamil (OR=2,44), peningkatan BB ibu seIama hamil (OR-2,94), tinggi badan ibu (OR=7,71), penyakit ibu selama hamil jenis kelamin bayi (0R=1,80), pendidikan ibu (0R=2, 14), dan pelayanan antenatal (OR=3,43)dengan BBLR. Dan hasil analisis multivariat, variabel yang dorninan yang berhubungan dengan BBLR adalah tinggi badan ibu dengan OR=7,694. Program-program yang rnenunjang kesehatan ibu hamil sangat diperlukan. Program ini tidak hanya ditujukan bagi ibu hamil tapi juga,bagi rernaja putri dan wanita usia subur. Untuk menunjang pelaksanaan program ini perlu adanya kerjasama yang balk antara Departemen Kesehatan RI, fasilitas kesehatan dan masyarakat.


 

Development of human resource quality depends on prenatal period (Barker, 1994 in Hardiansyah, et.al , 2000). Prenatal period are to decide after generation livelihood, failure to growth during this period as simply reflected by low birth weight (LBW). Prevalence of LBW in Indonesia is quite high, that is 13% (MOH RI, 2002). Prevalence of LBW in Hospital Cibabat Cimahi 2005, that is 18,78%. These evidences need to be elaborated as to find factors related to LBW in Hospital Cibabat Cimahi year 2006. The objective of this study is prevalence LBW, and to investigate factors related to LBW in Hospital Cibabat Cimahi year 2096. Among others, factors under investigation include mothers factors (age, parity, interval parity, weight pre pregnancy, weight gain during pregnancy, height, BMI, infection); foetus factors (gender); sosio economic faktors (education, worked); health care factors (antenatal care). This study was conducted during period of 1 September-30 Desember 2006, among mothers who delivered LBW infants and normal infants in Hospital Cibahat Cimahi. Using cases-control design. Cases are LBW (=2500 grams) newborn infants. Number of sample was 340, where cases was 85 and controls 255 newborn infants. Data were collected by documentation study throught medical record, interview, and measurer. Data were then analyzed univariately, bivariately, multivariately. Bivariate analysis showed that there is relationship between interval parity (OR=1,75), weight pre pregnancy (OR=2,44), weight gain during pregnancy (OR=2,94), height (OR=7,71), infection (OR--4,60), gender (OR=1,80), education (0R=2,14), antenatal care (OR=3,43) and BBLR. The multivariat analysis, with height as the most dominant factor OR=7,694. Programs that supported the health of pregnant mother are considered necessary. The program is not solely targeted to the pregnant mothers, but also to the adolescent girls and other women at reproductive age. To implement such program, collaboration with other institutions, such as the ministry of health, health facilities and the community itself, is urgently needed.

Read More
T-2635
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nuniek Sufithri; Pembimbing: Sandra Fikawati
S-2696
Depok : FKM-UI, 2002
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nibras Azeenshia Winarno; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Triyanti, Anies Irawati
Abstrak:
Menurut hipotesis thrifty phenotype, individu yang memiliki BBL kurang dari 3000 gram berisiko menderita sindrom metabolik dan diabetes mellitus (DM) tipe 2 di masa dewasanya. PTM bertanggung jawab atas 73% kematian di Indonesia serta risiko kematian dini lebih dari 20%. Pada tahun 2023, data Survei Kesehatan Indonesia menunjukkan persentase BBL kurang dari 3000 gram di Indonesia mencapai 35,3% dan pada Kalimantan Selatan 41,7%. Angka ini mengindikasikan adanya peningkatan persentase BBL kurang dari 3000 gram di Kalimantan Selatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data Riskesdas 2018 mencatatkan persentase BBL kurang dari 3000 gram di Kalimantan Selatan sebesar 37,5%. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian potong lintang serta menggunakan data sekunder SKI tahun 2023. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan complex samples dan uji chi square. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan secara signifikan antara BBL dan KEK (p-value = 0,001) dimana ibu dengan riwayat KEK berisiko 5 kali lebih tinggi. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBL di Kalimantan Selatan yaitu riwayat KEK sehingga faktor tersebut menjadi penting untuk salah satu pencegahan PTM di Kalimantan Selatan.

According to the thrifty phenotype hypothesis, individuals who have a BW less than 3000 grams are at risk of suffering from metabolic syndrome and type 2 DM in adulthood. NCDs are responsible for 73% of deaths in Indonesia and the risk of premature death is more than 20%. In 2023, the SKI data showed that the percentage of BW less than 3000 grams in Indonesia reached 35.3% and in South Kalimantan 41.7%. This indicates an increase in the percentage of BW less than 3000 grams in South Kalimantan when compared to the 2018 Riskesdas data, the percentage of BW less than 3000 grams in South Kalimantan was 37.5%. This  is a quantitative study using a cross-sectional research design and using secondary data from the SKI 2023. Data were analyzed univariately and bivariately with complex samples and chi square tests. The results of the study found a significant association between BW and CED (p-value = 0.001) where mothers with a history of CED had a 5 times higher risk. The conclusion is that the factors associated with BW in South Kalimantan is the history of CED so that this factor becomes important for one of the prevention of NCDs in South Kalimantan.
Read More
S-11965
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mitra; Promotor: Kusharisupeni; Kopromotor: Diah Mulyawati Utari, Ratna Djuwita; Penguji: Sudijanto Kamso, Endang L. Achadi, Sumiarti Patmonodewo, Anis Irawati, Cesilia Meti Dwiviani
Abstrak: Disertasi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya deviasi positif pertumbuhan sampai usia lima bulan dan mengali perilaku penyimpang positif pada keluarga dengan status ekonomi rendah. Jenis penelitian adalah perpaduan penelitian kuantitatif (kohort prospektif) dengan penelitian kualitatif (Rapid Assesment Procedure). Besar sampel adalah 61 bayi BBLR (2000-2499 gram) yang lahir cukup bulan. Sampel diperoleh dari 5 rumah sakit 7 klinik bidan di Kota Pekanbaru. Hasil menunjukkan bahwa pada usia lima bulan terjadi deviasi positif pertumbuhan sebesar 65,6%. Faktor yang berpengaruh adalah pemberian ASI, kesehatan bayi dan lingkungan pengasuhan. Perilaku positif deviants adalah frekuensi pemberian ASI dalam 24 jam lebih dari 12 kali, memeriksa kesehatan bayi setelah satu minggu dilahirkan, ibu menjaga kebersihan rumah, ayah turut mengasuh bayi, keputusan bersama ibu dan nenek dalam pemberian makanan pada bayi.
 

This dissertation aims to determine the factors that influence the occurrence of a positive deviation of growth until the age of five months and experience the positive deviant behavior in families with low economic status. The research type is a combination of quantitative research (prospective cohort) with qualitative research (Rapid Assessment Procedure). The sample size was 61 infants of low birth weight (2000-2499 g) were born at term. Samples were obtained from 5 hospitals 7 midwife clinics in the city of Pekanbaru. The results showed that at the age of five months of positive growth deviation of 65.6%. Factors that influence breastfeeding, infant health and caring environment. Positive Deviants behavior is the frequency of breastfeeding within 24 hours more than 12 times, check the health of babies born after one week, mother to keep the house, father helped care for infants, a decision with his mother and grandmother in infant feeding.
Read More
D-346
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dwi Rohayanti; Pembimbing: Sandra Fikawati
S-3708
Depok : FKM-UI, 2004
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sutanto; Pembimbing: Siti Arifah Pudjonarti; Penguji: Asih Setiarini, Syafri Guricci, Minarto, HAYG Wibisono
T-2666
Depok : FKM UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novita Arie Setiawati; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Kusharisupeni, Sandra Fikawati, Agus Triwinarto, Lukas C. Hernawan
Abstrak: Prevalensi kejadian BBLR di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 sebesar 10.2% dengan proporsi BBLR di daerah perkotaan dan perdesaan sebesar 9.4% dan 11.2%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan terhadap kejadian BBLR di daerah perkotaan dan perdesaan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2017. Responden dalam penelitian ini sebanyak 11.188 WUS yang terbagi menjadi 5.852 di daerah perkotaan dan 5.336 di daerah perdesaan. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan responden (p = 0.000; OR = 1.471; 95% CI = 1.252-1.730), frekuensi pemeriksaan kehamilan (p = 0.000; OR = 1.713; 95% CI = 1.317-2.229), usia kehamilan saat pertama kali pemeriksaan (p = 0.026; OR = 1.246; 95% CI = 1.031-1.505), dan jumlah konsumsi TTD (p = 0.000; OR = 1.312; 95% CI = 1.131-1.621) dengan BBLR. Sedangkan di perkotaan, faktor yang berhubungan dengan BBLR adalah paritas (p = 0.039; OR = 1.258; 95% CI = 1.018-1.555), tingkat pendidikan responden (p = 0.001; OR = 1.542; 95% CI = 1.199-1.983)  dan jumlah konsumsi TTD (p = 0.020; OR = 1.283; 95% CI = 1.044-1.576), dan di perdesaan adalah tingkat pendidikan responden (p = 0.002; OR = 1.423; 95% CI = 1.145-1.769), frekuensi pemeriksaan kehamilan (p = 0.000; OR = 1.878; 95% CI = 1.345-2.622), tempat pemeriksaan kehamilan (p = 0.037; OR = 0.781; 95% CI = 0.622-0.980), dan jumlah konsumsi TTD (p = 0.010; OR = 1.336; 95% CI = 1.075-1.660). Faktor yang paling dominan terhadap kejadian BBLR di Indonesia dan perdesaan adalah frekuensi pemeriksaan kehamilan, sedangkan di perkotaan adalah tingkat pendidikan responden. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dilakukan sosialisasi dan edukasi terkait kehamilan seperti pemeriksaan kehamilan secara teratur, meningkatkan tingkat pendidikan formal WUS, dan konsumsi TTD secara teratur.

The prevalence of LBW in Indonesia based on the 2013 Basic Health Research was 10.2% with the proportion of LBW in urban and rural areas 9.4% and 11.2%. This study aims to analyze the dominant factors on LBW occurrence in urban and rural areas in Indonesia. This study is a cross-sectional study using secondary data from the Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017. Respondents in this study were 11,188 woman of childbearing age divided into 5,852 in urban areas and 5,336 in rural areas. The results of research in Indonesia showed a significant relationship between respondent’s education level (p = 0,000; OR = 1,471; 95% CI = 1,252-1,730), the frequency of antenatal care (p = 0,000; OR = 1,713; 95% CI = 1,317-2,229 ), gestational age at first examination (p = 0.026; OR = 1,246; 95% CI = 1,031-1,505), and total iron tablet consumption (p = 0,000; OR = 1,312; 95% CI = 1,131-1,621) with LBW. While in urban areas, factors related to LBW are parity (p = 0.039; OR = 1,258; 95% CI = 1,018-1,555), respondent’s education level (p = 0.001; OR = 1,542; 95% CI = 1,199-1,983) and total iron tablet consumption (p = 0.020; OR = 1,283; 95% CI = 1,044-1,576), and in rural areas is respondent’s education level (p = 0.002; OR = 1,423; 95% CI = 1,145-1,769), the frequency of antenatal care ( p = 0,000; OR = 1,878; 95% CI = 1,345-2,622), place of antenatal care (p = 0.037; OR = 0.781; 95% CI = 0.622-0.980), and total iron tablet consumption (p = 0.010; OR = 1.336 95% CI = 1,075-1,660). The most dominant factor for LBW occurrence in Indonesia and rural areas is the frequency of antenatal care, while in urban areas is the education level of respondents. Based on the results of this study, it is expected that socialization and education related to pregnancy such as regular pregnancy checks, increasing formal education level of woman of childbearing age, and regular consumption of TTD.
Read More
T-5811
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sabriani Lutfiana Putri; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Endang L. Achadi, Anies Irawati
S-7902
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lindayati; Pembimbing: Yvonne M. Indrawani; Penguji: Sandra Fikawati, Triyanti, Anis Irawati, Ida Ruslita
Abstrak:

Menstruasi pertama atau menarche adalah tanda dimulainya haid yaitu keluamya cairan darah berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Secara umum menarche merupakan dimulainya kematangan kapasitas reproduksi seorang wanita dengan ditandai berkembangnya karakteristik seksual sekunder seorang wanita. Keadaan ini menandakan kesiapan seorang wanita untuk berhubungan seksual, hamil dan melahirkan. Jika dalam usia remaja telah terjadi kehamilan maka akan terjadi kompetisi dalam pemenuhan kebutuhan gizi antara kebutuhan untuk bertumbuh remaja itu sendiri dengan kebutuhan gizi untuk janin yang dikandungnya. Dengan demikian akan terjadi kekurangan gizi diantara keduanya, akan terjadi gizi kurang dan anemia untuk ibunya sedangkan untuk bayi akan lahir dengan berat badan rendah. Penelitian ini bertujuan diperolehnya informasi tentang hubungan faktor berat badan lahir, status gizi (IM1) dan pola konsumsi iemak, persen lemak tubuh, sosial ekonomi orangtua, umur menarche ibu keterpaparan media massa dan aktivitas olahraga dengan umur menarche remaja putri 9- 15 tahun di Perunmas Kp Baru Kota Pariaman. Waktu penelitian pada bulan Maret - April 2007 dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional dan bersifat deskriptif analitik. Besar sampel sebanyak 255 remaja putri. Analisis data dilakukan secara bertahap dimulai dari univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel, bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel status menarche (chi square) dan multivariat untuk mengetahui fuktor yang paling dominan dilakukan dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan dari 255 responden sebanyak 158 orang (61,9 %) telah menarche. Rata- rata umur menarche adalah 12,1 ± 0,91 tahun. Umur menarche termuda 9,2 tahun dan tertua adalah 14 tahun. Berat badan lahir responden lebih besar atau sama dengan 2.500 gram (86,5 %), status gizi responden kategori normal (78,8 %), persen lemak tubuh kategori normal (62,4%) , FFQ konsumsi lemak dengan kategori sering berturut-turut !auk hewani, !auk nabati dan makananjajanan (53,3 %, 50,5% dan 52,6 %), pendidikkan orangtua SLTA (41,2 %). Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat badan lahir, status gizi, persen lemak tubuh, Frekuensi lauk nabati, uang jajan, status pekerjaan ayah dan aktivitas olahraga dengan status menarche. Dari basil uji multivariat terdapat 4 variabel independen berhubungan secara be!lilllkna dengan status menarche yaitu variabel status gizi, frekuensi lauk nabati, berat badan lahir, dan persen lernak tubuh dengan status menarch. Status gizi rnerupakan faktor yang paling dominan. Rernaja dengan status gizi baik lebih cepat menarche 11,320 kali dibandingkan remaja dengan status gizi kurang setelah dikontrol oleh, persen lemak tubuh, berat badan lahir dan frekuensi !auk nabati. Oleh sebab itu disarankan untuk rneningkatkan program promosi kesehatan khususnya kebutuhan gizi remaja untuk menanggulangi kekurangan gizi yang berakibat teljadinya berat badan lahir rendah. Program promosi gizi dan kesehatan reproduksi sudah harus diberikan sedini mungkin, karena remaja mernerlukan persiapan gizi yang baik untuk menjadi calon ibu untuk dapat melahirkan anak dengan berat badan bayi lebih besar dari 2.500 gram.


First menstruation or menarche is a sign of menstruation started when blood drew from process of uterus partition shedding which have some blood vessel. In general menarche is a maturity of women's reproduction capacity which signed by women's secondary sexual grow. In this condition, women ready for sexual activities, pregnant and get birth. This a faster women get menarche the sooner they can do active sexual activities, pregnant and birth deliveri. If young girls had pregnant can be competition in nutrient need between young girl's needed and fetoes needed that hers pregnancies on the other hand. So can be malnutrition all of them, calories protein malnutrition and anemia for young girls and giving low birth weight for the baby. This research's aim to have some information about the relation of birth weight, nutrition status (BMI), body fat percentage, fat consumption, the girls snack cost, mother's menarche age, parent's social economic (education, occupation, income of parents,have children, nwnber of family size, cost of day food) explanted of information of adult's mass media and sport activities with menarche status of young girls 9 - 15 years old in Perumnas Kp Baru Pariaman City. Research Period on March - April 2007 by cross sectional design and descriptive analytic. The nwnber of samples are 255 young girls is taken randomly from the estate. The data analysis including univariate, bivariate (chi square) and multivariate (multiple logistic regression). The finding of result are found that 255 respondent, 158 samples (61,9 %) have menarche. The average of the age of menarche 12,1± 0,91 years. The youngest age of menarche 9,2 years old and the oldest is 14 years. Birth weight respondent 2.500 grams (86,5 %), nutrition status respondent in normal category (78,8 %), body fut percentage in normal category (62,4 %), Frequency fat conswnption with category often in succession animal fat, vegetables fut and snack (53,3 %, 50,5 %, and 52,6 %), parent's education categories are senior high school (41,2 %). Bivariat analysis result shows significant relation between birth weight, nutrition status, body fat percentage , Frequency of vegetable fat, the girls snack cost, father job's status and sport activities with menarche status. According to result of multivariate research, there's 4 independent variable that significant relation with menarche status that are birth weight, nutrition status variable, frequency of vegetable fat and body fat percentages with menarche status. The dominant factor is nutrition status because the Odds Ratio value of nutrition status is the highest than others variables. Young girls whose good nutrition status occurring of menarche 11,320 times than young girls whose under nutrition status after controlled birth weight, body fat percentages and frequency of vegetables fat variables. We suggest to promote teenager nutrient needs and the risks/ danger of food lack and teenager reproduction health information has known in earlier age,because young girls needs good nutrition preparing tobe good mother whose have a baby birth weight more than 2.500 grams.

Read More
T-2579
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
T-1676
Depok : FKM-UI, 2003
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive