Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 41281 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Joko Susilo; Pembimbing: Ella Nurlella Hadi; Penguji: Anwar Hassan, Lasmaria Sitorus
S-5964
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Malikhatun; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Pujiyanto, Lasmaria Sitorus
S-5963
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
May Ratih Wulandari; Pembimbing: Zarfiel Tafal; Penguji: Yovsyah, Rarsari Soerarso
S-7663
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hodan Mustallih; Pembimbing: Rina Artining Anggorodi
S-3280
Depok : FKM-UI, 2003
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nila Yustika Riandari; Pembimbing: Soekidjo Notoatmodjo; Penguji: Zarfiel Tafal, Lasmaria Sitorus
S-5887
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vera Fitra Molina; Pembimbing: Engkus Kusdinar Achmad; Penguji: Wachyu Sulistiadi, Dian Ayubi, Mayor Laut, Wahjuda Rachim Saputra
Abstrak:

Program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo sudah berjalan selama empat tahun. Saat ini pelaksanaan beberapa kegiatan mengalami penurunan. Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program tersebut ditinjau dari manajemen dan organisasi dengan pendekatan sistem. Pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam, Focus Group Discussion. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor manajemen yang terdiri dari komitmen, kepemimpinan, komunikasi dan kerjasama dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo masih rendah disebabkan program tersebut belum menjadi prioritas utama dan seringnya terjadi pergantian pimpinan yang diikuti dengan perubahan kebijakan. Organisasi pelaksana program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial secara struktural belum melibatkan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan belum ada pembagian tugas antara penentu kebijakan dan pelaksana kebijakan. Pelaksanaan tugas komite pencegahan dan pengendalian infeksinosokomial masih rendah terbukti dengan tidak terlaksananya kegiatan rapat, sosialisasi, pengawasan dan umpan balik. Saran yang dapat dilakukan dengan restrukturisasi organisasi dan meningkattkan kembali kegiatan sosialisasi, pertemuan, rapat dan orientasi agar informasi tentang program dapat dipahami dan dilaksanakan.


 Programs of prevention and control of nosocomial infections in Rumkital Dr. Mintohardjo been running for four years. Currently the implementation of some activities has decreased. Descriptive qualitative study conducted to know the description of the programs in terms of management and organizational systems approach. The collection of data through document review, observation, depth interviews, focus group discussions. Based on the results of the study concluded that the factor of management commitment, leadership, communication and cooperation in the implementation of prevention and control of nosocomial infections in Rumkital Dr. Mintohardjo still low because the program has not been a top priority and the frequent change of leadership, followed by policy changes. Organizations implementing prevention and control of nosocomial infections are structurally not involve people who have influence and there is no division of tasks between policy makers and policy implementers. Implementation of prevention and control committee assignment infeksinosokomial low as evidenced by not meeting the implementation of activities, socialization, supervision and feedback. Suggestions to do with organizational restructuring and re-socialization meetings and orientation to information about the program can be understood and implemented.

Read More
T-3675
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
AH. Syofriyadi; Pembimbing: Dian Ayubi
S-3533
Depok : FKM-UI, 2003
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yunani Sri Astuti; Pembimbing: Zarfiel Tafal; Penguji: Miranda Zarfiel, Evi Martha, Ahmad SUbagio, Farida Djufri
Abstrak:

Perawat merupakan salah satu unsur penting dalam proses pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Latar belakang pendidikan perawat RSJ ini, kebanyakan lulusan SPK, SPR"B" dan SPKSJ. Jumlah lulusan Diploma III Keperawatan di RSJ Bogor 16,14% (36 dari 223 orang), RSJ Bandung 19,11% (13 dari 68 yang), dan RSJ Cimahi 23,37% (18 Bari 77 orang). Kebutuhan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, serta kebijakan pemerintah (PP.No 3211996) mengharuskan tenaga perawat minimal lulusan D III. Peningkatan mutu tenaga perawat tersebut diharapkan dapat dicapai melalui program pendidikan D III Keperawatan. Unsur utama yang mendukung keberhasilan program tersebut antara lain adalah motivasi para perawat sendiri untuk mengikuti pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor-faktor internal dan ekstemal dengan motivasi perawat untuk mengikuti pendidikan di tiga RSJP di Jawa Barat tahun 2001. Penelitian ini menggunakan rancangan non eksperimental,dimana data diperoleh secara potong lintang (cross sectional). Sampel penelitian adalah seluruh populasi perawat yang bertugas di tiga RSJP di Jawa Barat yang belum mengikuti pendidikan D 111 Keperawatan. Jumlah responden dalam penelitian ini 201 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian diolah dengan bantuan komputer dan dianalisis secara statistik dengan teknik chi-square (bivariat) dengan derajat kemaknaan 95%, dan regresi logistik berganda (multivariat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki motivasi rendah untuk mengikuti pendidikan (54,0%). Dari analisis bivariat didapatkan 9 variabel yaitu umur, status perkawinan, jabatan, masa kerja, persepsi, penghasilan, peraturan, izin atasan dan dukungan keluarga mempunyai hubungan yang secara statistik bermakna dengan motivasi perawat untuk mengikuti pendidikan. Sedangkan variabel-variabel jenis kelamin, penghargaan dan lokasi tempat kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan motivasi perawat untuk mengikuti pendidikan. Analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda secara simultan memberi basil variabel masa kerja (p=,017), persepsi (p=0,000), dan peraturan (p= 0,010) yang secara statistik bermakna. Juga dibuktikan secara statistik bahwa dari ketiga variabel tersebut, variabel persepsi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan motivasi perawat untuk mengikuti pendidikan, karena mempunyai OR paling besar yaitu 6,28 (95% CI : 1,323-7,862, p=0,000) dibandingkan dengan variabel masa kerja dan peraturan. Uji interaksi terhadap ketiga variabel tersebut tidak memberi hasil adanya interaksi, sehingga model yang dikembangkan merupakan model akhir (definitif). Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk mengikuti pendidikan, maka penelitian ini juga memberikan saran sebagai berikut: (a) untuk pihak yang bertanggung javrab dalam mengembangkan tenaga kesehatan, misalnya Pusdiknakes, perlu membuat peraturan dimana minimal 3 tahun perawat diwajibkan mengikuti pendidikan lanjutan, disamping juga perlu dikembangkan program pendidikan keahlian khusus dibidang tertentu bagi yang tidak ingin melanjutkan pendidikan jangka panjang, (b) untuk RSJ, diusulkan untuk membuat daftar unit perawat untuk mengikuti pendidikan, menetapkan imbalan dan menyediakan informasi yang komprehensif, sehingga dapat meningkatkan motivasi perawat untuk mengikuti pendidikan. Untuk menghasilkan kesimpulan yang lebih representatif perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang mewakili seluruh populasi, desain dan variabeI yang lebih bervariasi.


 

Nurse is one of the important elements in health service process especially in giving treatment comprehensively to the patient. The mental hospital asylum nurse's educational background at this moment, mostly graduated from SPK, SPR "B" and SPKSJ. The number of nursing diploma graduates in Bogor mental hospital asylum are 16,14% (36 from 223 people), Bandung mental hospital asylum 19,11% (13 from 68 people), and Cimahi mental hospital asylum 23,37% (18 from 77 people). Needed health service quality; and as regulated by the government policy (PP No 32/1996) required every nurse to hold at least a diploma. The quality improvement of nurse hopefully can be gained through education (diploma program) in nursing. The main factor assumed to assure the success of the program is the nurse's motivation to participate in the education. The purpose of the research is to find out whether there is relationship between internal factors and external factors with the nurse's motivation to participate in the education. Observation was carried out in three Mental Hospital Asylums in West Java in year 2001. This research used non-experimental design,using cross sectional method in collecting data. The sample was the whole nurse population on duty at these three mental hospitals who have not attended the diploma offering. The number of respondent in this study were 201 nurses. Data was collected by using both open and close ended questionnaires. The data was then processed with the help of computer and statistically analyzed with chi-square technique (bivariate) using Confidencen Interval (CI) of 95%, and double logistic regression (multivariate). The result showed more than a half of the respondent have low motivation to follow the education (54,0%). Using bivarian's analysis mentioning 9 variables which were age, marriage status, position, tenure, perception, income, rule, higher permission and family support, statistically showed significant relationship with the nurse's motivation to follow the education. Other variables, such as gender and work site did not show significant relation statistically with the nurse's motivation. Further analysis using double logistic regression simultaneously showed that (length of service) tenure (pl,017), perception toward education program (0,000) and rules/conditions (0,010) statistically significant. Also statistically approved that from those three variables, perception was the most dominant variable related with the nurse's motivation, because it has the biggest odds ratio (OR) which was 6,28 (95% Cl = 1,323 - 7,862, p = 0,000) compared with other variables (length of service and rules). Interaction test done to the three variables did not assure the result of interaction's existence, giving the improved model as the last accepted (definitive) model. Recognizing the factors related with' the nurse's motivation to participate in education, this research suggested ; a) to the authority who is responsible for health menpower development (such as Pusdiknakes), to develop conditions that nurse to attain additional three years education, aside from improving special skill training programmes in various fields, for those who are not willing to continue their education, b) for the mental hospital asylum, it is suggested to make the list of nurses to participate in a programmed, to provide comprehensive information, and to establish an incentiveldisincentive schem, to attract nurses to continue their education. To gain more representative conclusion it is needed to carry out further research using sample that represent the whole population, different designs and or involving more variables.

Read More
T-1053
Depok : FKM-UI, 2001
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tri Danu Warsito; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Dien Anshari, Tri Krianto, Edduard Idul Riyadi, Galianti
Abstrak:
Gangguan kesehatan mental di DKI Jakarta memiliki prevalensi tertinggi di Indonesia, mencapai 24,3%, dengan tingkat ketidakpatuhan pengobatan sebesar 51%. Penelitian ini  dilakukan di RS Soeharto Heerdjan sebagai salah satu rumah sakit rujukan utama untuk penanganan masalah kesehatan mental di wilayah ini. Dengan tujuan untuk menganalisis determinan kepatuhan pengobatan dengan lima dimensi WHO. Studi kuantitatif ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner. Sebanyak 100 pasien rawat jalan yang berusia di atas 18 tahun dipilih secara purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada periode Februari hingga April 2025. Analisis data dilakukan dengan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52% responden memiliki kepatuhan baik terhadap pengobatan, dengan nilai rata-rata kepatuhan sebesar 80,36, yang dapat disimpulkan sebagai hasil yang baik. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa kesadaran dan sikap terkait penyakit (p=0,033) serta persepsi terhadap peran apoteker/petugas penyerah obat (p=0,005; adjusted OR = 4,49; 95% CI: 1,57–12,86) berhubungan secara signifikan dengan tingkat kepatuhan pengobatan. Variabel yang paling dominan adalah persepsi peran apoteker, di mana pasien dengan persepsi yang kurang baik berisiko 4,49 kali lebih tinggi untuk memiliki kepatuhan buruk dibandingkan mereka yang memiliki persepsi baik (aOR=4,49; 95% CI 1,57-12,86). R-Square penelitian adalah 0,191, yang berarti variabel kesadaran dan sikap terkait penyakit dan persepsi peran apoteker menjelaskan 19,1% variasi kepatuhan pengobatan. Karena itu, perlu peningkatan program komunikasi kepada apoteker untuk memberikan edukasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada pasien, termasuk kolaborasi dengan dokter dalam menerangkan manfaat dan efek samping obat.


Mental health disorders in DKI Jakarta have the highest prevalence in Indonesia, reaching 24.3%, with a medication non-adherence rate of 51%. This study was conducted at Soeharto Heerdjan Hospital, one of the main referral hospitals for mental health services in the region. The aim of the study was to analyze the determinants of medication adherence based on the five dimensions of the WHO adherence framework. This quantitative study employed a cross-sectional approach. Data were collected through interviews using a structured questionnaire. A total of 100 outpatient participants aged over 18 years were selected using purposive sampling. The study was conducted from February to April 2025. Data analysis was performed using multiple logistic regression. Results showed that 52% of respondents demonstrated good adherence to medication, with a mean adherence score of 80.36, indicating a generally good outcome. Logistic regression analysis revealed that awareness and attitude toward the illness (p=0.033) and perception of the role of pharmacists/dispensing officers (p=0.005; adjusted OR = 4.49; 95% CI: 1.57–12.86) were significantly associated with medication adherence. The most dominant variable was the perception of the pharmacist’s role, where patients with poor perception were 4.49 times more likely to have poor adherence compared to those with good perception (aOR = 4.49; 95% CI: 1.57–12.86). The study’s R-squared value was 0.191, indicating that awareness and attitude toward illness and perception of the pharmacist’s role explained 19.1% of the variance in medication adherence. Therefore, it is essential to enhance communication programs for pharmacists to deliver clear and understandable education to patients, including collaboration with physicians in explaining medication benefits and side effects.
Read More
T-7414
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Baihaqi Ibrahim; Pembimbing: Tri Krianto; Penguji: Dadan Erwandi, Leonardus Agustian
S-5705
Depok : FKM-UI, 2009
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive