Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7113 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Dewi Utami N; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Dian Ayubi, Didin Aliyudin
S-5207
Depok : FKM UI, 2007
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aah Aminah; Pembimbing: Nuning M.K. Masykuri; Luknis Sabri
T-2060
Depok : FKM-UI, 2004
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Besral
PP.015 BES
Depok : FKM-UI, 2023
Pidato Pengukuhan Guru Besar   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rahma Miladia Sari; Pembimbing: Sabarinah Prasetyo; Penguji: Popy Yuniar, Usep Solehudin
Abstrak: Angka hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia tidak mengalami penurunan yang signifikan sepanjang tahun 2007 hingga 2017. Berbagai penelitian menemukan bahwa remaja usia pertengahan (pelajar SMA) lebih banyak yang melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja usia awal (pelajar SMP). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor determinan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP dan pelajar SMA di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan menggunakan data sekunder Global School based Student Health Survey (GSHS) tahun 2015. Sampel penelitian ini adalah pelajar SMP dan SMA yang berusia 11 hingga 18 tahun yang terdapat pada data GSHS 2015. Hasil penelitian menunjukkan 5,8% pelajar SMP dan 3,7% pelajar SMA di Indonesia pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan hasil penelitan, ditemukan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMP terdiri dari keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, pendidikan seksualitas dan HIV/AIDS di sekolah, keinginan bunuh diri, dan konsumsi alkohol. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada pelajar SMA, yaitu usia, keterikatan dengan orang tua, peran teman sebaya, keinginan bunuh diri, merokok, dan konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol menjadi faktor yang paling berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah, baik pada pelajar SMP maupun pelajar SMA.
Read More
S-10983
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Viola Karenina Handayani; Pembimbing: Besral; Penguji: Milla Herdayati, Juni Astaty Nainggolan
Abstrak: Human Immunodeficiency Virus (HVI) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global, dimana pada akhir tahun 2020 diperkirakan ada sekitar 37,7 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV. Di Indonesia hingga Maret 2021 terdapat 427.201 orang dengan HIV dimana 89,7% terjadi pada usia subur (15-49 tahun). Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah penderita HIV terbanyak, yaitu 71.473 orang. Tingginya tingkat perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV berdampak pada keengganan untuk melakukan tes HIV dan berobat serta cenderung menyembunyikan status penyakitnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan sampel sebanyak 1.354 responden, laki-laki dan perempuan berusia 15-49 tahun, pernah mendengar tentang HIV, dan berdomisili di Provinsi DKI Jakarta. Regresi logistik multivariat diterapkan untuk menentukan determinan perilaku diskriminatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta sebesar 30,3%. Berdasarkan model regresi logistik multivariat, usia yang lebih muda, tingkat pendidikan yang lebih rendah, tidak terpapar media massa, dan pengetahuan yang kurang komprehensif merupakan variabel yang berhubungan bermakna dengan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV (p-value kurang dari 0,10). Usia merupakan variabel yang paling berhubungan, usia 15-24 tahun memiliki risiko 1,58 (95% CI = 1,12 - 2,16) untuk melakukan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dibandingkan dengan usia 35-49 tahun setelah dikendalikan oleh pendidikan, paparan sumber informasi , dan pengetahuan yang komprehensif. Direkomendasikan untuk mengintensifkan penyebaran informasi HIV/AIDS, khususnya terkait penularan HIV/AIDS, dengan memperkuat kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan jangkauan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta.
Human Immunodeficiency Virus (HVI) is still a global public health problem, where by the end of 2020 it is estimated that there are around 37.7 million people in the world living with HIV. In Indonesia until March 2021, there were 427,201 people with HIV of which 89.7% occurred in the fertile age (15-49 years). The Province of Jakarta became the province with the highest number of people with the HIV, which was 71,473 people. The high level of discriminatory behavior towards people with HIV has an impact on the reluctance to do HIV tests and seek treatment and tends to hide their disease status. The purpose of this study was to determine the determinants of discriminatory behavior toward people with HIV in Jakarta Province. This study used a cross-sectional study design with a sample of 1,354 respondents, male and female aged 15-49 years, had heard of HIV, and domiciled in Jakarta Province. The multivariate logistic regression was applied to determine the determinants of discriminatory behavior. The results of this study indicate that the discriminatory behavior against people with HIV in Jakarta Province is 30.3%. Based on the multivariate logistic regression model, the younger age, lower educational level, un-exposed to mass media, and lack of comprehensive knowledge are variables significantly related to discriminatory behavior towards people with HIV (p-value less than 0.10). Age is the most related variable, age 15-24 years have a risk of 1.58 (95% CI = 1.12 - 2.16) to discriminate against towards people with HIV compared to age 35-49 years after being controlled by education, exposure to information sources, and comprehensive knowledge. It recommended that intensify the dissemination of information on HIV/AIDS, especially related to the transmission of HIV/AIDS, by strengthening the collaboration of various parties to increase knowledge and reach of society in DKI Jakarta Province.
Read More
S-10986
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Olivia Tisya Anne E.A. Sigalingging; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful; Penguji: Meiwita P. Budiharsana, Maria Gayatri
Abstrak: Penelitian ini membahas pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun dengan tujuan mengetahui gambaran pengaruh jarak kelahiran dengan kematian bayi di Indonesia berdasarkan karakteristik wilayah perdesaan dan perkotaan. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) dengan analisis multivariabel regresi logistik menggunakan data sekunder SDKI 2017. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 4871 sampel dengan pembagian wilayah perkotaan 2294 sampel dan wilayah perdesaan 2577 sampel pada populasi WUS sudah menikah dan memiliki >1 anak. Hasil penelitian bivariat menunjukkan jarak kelahiran memiliki risiko terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di perkotaan saja berdasarkan nilai OR. Variabel lainnya yang menunjukan hubungan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun berdasarkan P value <0,05 adalah jumlah anak yang dilahirkan, kelengkapan melakukan layanan ANC, dan keinginan ibu memiliki anak lagi. Setelah dilakukan analisis pemodelan terdapat perubahan hasil di kedua wilayah. Di perkotaan, hasil analisis multivariabel yang menunjukan faktor risiko kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun berdasarkan AOR>1 adalah jarak kelahiran 5 tahun, usia ibu pertama melahirkan 30 tahun, jumlah anak yang dilahirkan >3, tingkat pendidikan tidak sekolah/SD, ANC tidak lengkap, dan ibu menginginkan anak lagi. Di perdesaan, faktor risikonya adalah jarak kelahiran 5 tahun, usia ibu pertama melahirkan 30 tahun, jumlah anak yang dilahirkan >3, ANC tidak lengkap, ibu menginginkan anak lagi. Faktor risiko dominan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di kedua wilayah adalah ibu yang melahirkan >5 anak. Dapat disimpulkan jarak kelahiran memiliki hubungan terhadap kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di wilayah perkotaan, sedangkan di wilayah perdesaan jarak kelahiran menjadi faktor risiko setelah dilakukan analisis pemodelan. Terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan faktor risiko kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun di kedua wilayah, sehingga faktor risiko bervariasi menurut karakteristik wilayah.
Read More
S-10998
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurrahma Fitria Ramadhani; Pembimbing: Kemal Nazaruddin Siregar; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Laily Hanifah
Abstrak: Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak membuat cukup insulin atau insulin yang dibuat tidak dapat digunakan secara efektif. Diabetes melitus sendiri dalam 20 tahun terakhir menunjukan angka kejadian yang terus meningkat. Faktor risiko diabetes seperti kelebihan berat badan (obesitas), diet yang tidak sehat, aktivitas fisik kurang yang menyumbang sekitar 80% dari peningkatan prevalensi diabetes. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan sedentari dengan diabetes melitus di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Indonesia Family Life Survey 5 tahun 2014/2015 dengan desain potong lintang dan didapatkan 3985 responden terbobot. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat menggunakan chi-square (CI: 95%) dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda. Dari 3985 responden didapatkan 291 (7,8%) responden diabetes dan 583 (14,04%) responden sedentari. Hasil analisis multivariat didapatkan hubungan sedentari dengan diabetes melitus setelah dikontrol dengan variabel konfounding (OR 1,5 95%CI: 1,07-2,11). Maka disimpulkan mengurangi kebiasaan sedenter baik dilakukan guna mencegah terjadinya diabetes melitus, dan diperlukannya perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah terjadinya diabetes melitus.
Diabetes mellitus is a chronic disease that occurs when the pancreas does not make enough insulin or the insulin that is made cannot be used effectively. Diabetes mellitus itself in the last 20 years shows an increasing incidence. Diabetes risk factors such as being overweight (obesity), unhealthy diet, lack of physical activity account for about 80% of the increase in diabetes prevalence. The purpose of this study was to examine the relationship between sedentary and diabetes mellitus in Indonesia. This study uses data from the Indonesia Family Life Survey 5 in 2014/2015 with a cross-sectional design and obtained 3985 weighted respondents. Univariate statistical analysis, bivariate using chi-square (CI: 95%) and multivariate analysis using multiple logistic regression test. From 3985 respondents, 291 (7.8%) diabetic respondents and 583 (14.04%) sedentary respondents. The results of multivariate analysis showed a sedentary relationship with diabetes mellitus after controlling for confounding variables (OR 1.5 95% CI: 1.07-2.11). It is concluded that reducing sedentary habits is good to do to prevent the occurrence of diabetes mellitus, and the need for changes in lifestyle to be healthier to prevent diabetes mellitus.
Read More
S-11000
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ilham Prakoso; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Mitra Kadarsih
Abstrak: Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan di Provinsi Papua Barat tahun 2019 hanya mencapai 55,39% dan merupakan salah satu provinsi dengan angka cakupan terendah di Indonesia. Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional Kementerian Kesehatan, yakni 85%. Rendahnya cakupan persalinan di fasilitas kesehatan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bervariasi di setiap kabupaten/kota Provinsi Papua Barat. Analisis spasial dilakukan untuk melihat sebaran cakupan beserta faktor-faktor yang kemungkinan dapat mempengaruhi cakupan tersebut dan untuk melihat korelasi antara faktor determinan dengan angka cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian ekologi yang menggunakan pendekatan analisis spasial dan korelasi. Data yang digunakan adalah data sekunder dari situs jaringan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dan Badan Pusat Stastistika. Hasil analisis spasial menunjukkan ada 8 kabupaten/kota memiliki nilai tinggi, 3 kabupaten memiliki nilai sedang, dan 2 kabupaten memiliki nilai rendah. Analisis korelasi menunjukkan bahwa IPM, rasio tenaga kesehatan, dan rasio fasilitas kesehatan tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian lebih lanjut memerlukan faktor yang lebih spesifik atau menggali lebih dalam faktor yang telah diteliti di Provinsi Papua Barat.
The coverage of deliveries at health facilities in West Papua Province in 2019 only reached 55.39% and is one of the provinces with the lowest coverage rates in Indonesia. This coverage figure is still far from the national target of the Ministry of Health, which is 85%. The low coverage of deliveries in health facilities can be caused by several factors that vary in each district/city of West Papua Province. Spatial analysis was carried out to see the distribution of coverage along with the factors that might affect the coverage and to see the correlation between the determinant factors and the number of delivery coverage in health facilities. This research is ecology research that uses a spatial analysis approach and correlation. The data used is secondary data from the website of the Ministry of Health, the West Papua Provincial Health Office, and the Central Statistics Agency. The results of the spatial analysis show that there are 8 districts/cities with high scores, 3 districts with moderate scores, and 2 districts with low scores. Correlation analysis shows that HDI, ratio of health workers, and ratio of health facilities have no significant relationship to the coverage of deliveries in health facilities. Further research requires more specific factors or digging deeper into the factors that have been studied in West Papua Province.
Read More
S-11018
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ratna Widia; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Popy Yuniar, Rahmadewi
Abstrak: Permasalahan yang ditakutkan akan memiliki dampak besar pada keberhasilan program KB dalam mengendalikan jumlah penduduk Indonesia adalah kejadian putus pakai kontrasepsi. Data SDKI 2017 melaporkan sekitar 29% perempuan dengan bermacam metode kontrasepsi memutuskan untuk menyudahi penggunaan alat kontrasepsi setelah 12 bulan pemakaian. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat perbedaan determinan kejadian putus pakai kontrasepsi pada wanita usia subur (15-49 tahun) antara Wilayah Barat Indonesia (Sumatera) dan Wilayah Timur Indonesia (Nusa Tenggara, Maluku, Papua). Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesi tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur (15-49 tahun). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu putus pakai kontrasepsi, sedangkan variabel independent penelitian ini adalah umur, paritas, preferensi fertilitas, tingkat pendidikan, status pekerjaan, daerah tempat tinggal, indeks kekayaan, metode kontrasepsi yang dihentikan, penggunaan internet, dan kepemilikan ponsel. Regresi logistic multivariable digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berhubungan dengan putus pakai kontrasepsi di kedua wilayah tersebut. Tingkat putus pakai kontrasepsi di Wilayah Sumatera mencapai 45,7% dan di Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, Papua mencapai 41,2%. Alasan paling umum untuk seorang wanita putus pakai kontrasepsi di Wilayah Sumatera dan Nusa Tenggara, Maluku, Papua adalah karena efek samping/masalah kesehatan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan (OR 2,63) merupakan determinan terbesar terhadap putus pakai konrasepsi di Wilayah Sumatera diikuti oleh daerah tempat tinggal (OR 1,13). Sedangkan determinan terbesar terhadap putus pakai kontrasepsi di Wilayah Nusa Tenggara, Maluku, Papua adalah daerah tempat tinggal (OR 1,42). Konseling dan edukasi terkait metode kontrasepsi dan efek samping/masalah kesehatan yang mungkin muncul perlu digencarkan terutama pada kelompok tingkat pendidikan tinggi dan tinggal di perkotaan.
The problem that is feared will have a major impact on the success of the family planning program in controlling the population in Indonesia is the incidence of discontinuation of contraceptive use. The 2017 IDHS data reported that around 29% of women with various contraceptive methods decided to stop using contraceptives after 12 months of use. This study aim to describe the comparison of determinants of contraceptive discontinuation between the Western Region of Indonesia (Sumatera) and the Eastern Region of Indonesia (Nusa Tenggara, Maluku, Papua). This study uses Indonesia Demography Health Survey (IDHS) 2017. The population for this study is a women of childbearing age 15-49 years old. The dependent variable in this study is the contraceptive discontinuation, while the independent variable of this study are age, parity, fertility preferences, level of education, occupation, area of residence, wealth index, discontinued contraceptive method, internet use, and mobile phone ownership. Multivariable logistic regression was used to identify the predictors of contraceptive discontinuation. The proportion of respondent who discontinue using contraceptive was 45,7% (Sumatera) and 41,2% (Nusa Tenggara, Maluku and Papua). The most common reason for discontinuation in Sumatra and Nusa Tenggara, Maluku, Papua is because of side effects/health problems. The results of the multivariate analysis showed that the variable level of education (OR 2,63) was the largest determinant of contraceptive discontinuation in Sumatra, followed by area of residence (OR 1,13). Meanwhile, the biggest determinant of discontinuation of contraceptive use in Nusa Tenggara, Maluku, Papua is the area of residence (OR 1,42). Counseling and education related to contraceptive methods and side effects/health problems that may arise need to be intensified, especially in the group with higher education levels and living in urban areas.
Read More
S-11027
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mustika Maulidina Karima Haris; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Sutanto; Maria Gayatri
Abstrak: Faktor risiko penularan HIV/AIDS tertinggi menurut Laporan Kementerian Kesehatan (2020) adalah heteroseksual, homoseksual dan penggunaan jarum suntik bergantian. Remaja khususnya pria merupakan salah satu kelompok rentan untuk melakukan seks bebas dan penyalahgunaan narkoba yang merupakan perilaku berisiko HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku berisiko HIV/AIDS pada remaja pria berusia 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder yaitu SDKI tahun 2012 dan 2017 dengan desain studi cross sectional. Hasil uji regresi logistic didapati bahwa usia, sikap terhadap seks pranikah dan pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku berisiko HIV/AIDS di tahun 2012, kemudian pada tahun 2017 usia, sikap terhadap seks pranikah, pengaruh teman sebaya dan pendidikan berhubungan dengan perilaku berisiko HIV/AIDS pada remaja pria. Faktor yang paling berhubungan adalah sikap terhadap seks pranikah dengan nilai AOR 6,65 di tahun 2012 dan 9,13 di tahun 2017.
The highest risk factors for HIV/AIDS transmission according to the Ministry of Health Report (2020) are heterosexual, homosexual and sharing needles. Adolescents, especially men, are one of the vulnerable groups to have free sex and drug abuse, which are risk behaviors for HIV/AIDS. This study aims to determine the risk behavior factors for HIV/AIDS in male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. The research is quantitative using secondary data from the 2012 and 2017 IDHS with a cross sectional study design. The results of the logistic regression test found that age, attitudes towards premarital sex and peer influence were related to HIV/AIDS risk behavior in 2012, then in 2017 age, attitudes towards premarital sex, peer influence and education were associated with HIV/AIDS risk behavior in teenage boys. The most related factor was attitudes towards premarital sex with AOR values of 6.65 in 2012 and 9.13 in 2017
Read More
S-11049
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive