Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 37271 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Epi Ria Kristina Sinaga; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Zakianis, Didik Supriyono
S-6983
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nadya Isnaeni Pangabean; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Zakianis, Didik Supriyono
S-7472
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Efi Kurniatiningsih; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Ririn Arminsih Wulandari, Ema Hermawati, Leo Hariono
Abstrak: Konsentrasi PM2,5 dalam ruang mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh manusia terutama pada kelompok rentan seperti balita. Balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2.5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko terhadap kejadian gejala ISPA. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional pada balita diwilayah kerja Puskesmas Mekarmukti yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di desa Mekarmukti, Pasirgombong dan desa Wangunharja sebanyak 130 orang. Penentuan gejala ISPA pada balita berdasarkan hasil wawancara dan observasi menggunakan kuesioner sedangkan pengukuran konsentrasi PM2,5 dalam ruang menggunakan Haz dustEPAM 5000.Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gejala ISPA pada balita (8,47 ; 3,52-20,36). Faktor lain yang mempengaruhi adalah statusmerokok (1,38; 0,58-3,26), jenis kelamin (1,22; 0,58-2,55), status gizi (1,64; 0,56-4,84), suhu (2,48; 0,97-6,32) dan kelembaban (1,96; 0,89-4,34). Analisis multivariat menunjukkan bahwa balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko 15,71 kali mengalami gejala ISPA setelah dikontrol dengan variabel kelembaban dan pendapatan orang tua. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi PM2.5 dengan kejadian gejala ISPA pada balita. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan pencegahan terhadap efek PM2.5 dengan konseling kesehatan lingkungan dan peningkatan promosi kesehatan terkait faktor risiko gejala ISPA pada balita
Read More
T-6447
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Rezeki Yusandika Kantohe; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Didi Purnama
Abstrak: Skripsi ini membahas mengenai dampak dari pajanan PM2,5 yang dihubungkan dengan gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Eksaserbasi Akut pada pekerja di Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian observasi dengan pendekatan cross-sectional dan dilakukan pada titik-titik kemungkinan pencemaran tinggi terjadi yang melibatkan 75 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pajanan PM2,5 pada pelabuhan sudah melebihi kadar diberikan WHO yaitu 35 µm/m3 dan jumlah responden yang mengalami gejala PPOK Eksaserbasi Akut sudah berada di atas prevalensi PPOK DKI Jakarta, yaitu 1,6%. Secara statistic, data menunjukkan tidak ada kaitan antara PM2,5 dengan kejadian gejala PPOK Eksaserbasi Akut. Temuan ini menyarankan bahwa adanya perbaikan dari perilaku hidup pekerja dan pemberian APD yang tepat.
Kata kunci: PPOK, Eksaserbasi, PM2,5, Pelabuhan, Polusi

Pollution of Particulate Matter2,5 or PM2,5 happens one of them caused by emission. According to studies, one of the places with highest activity that caused the release of this emission in in ports. Port activities such as delivering goods to and from the port caused high amount of PM2,5 to be released to the air and it can affect field worker, one of them is Acute Exacerbation Chronic Obstructive Pulmonary Disease or AECOPD. The study used observational design study with cross-sectional approach to 75 field workers whom had worked more than 1 year. The statistic showed that the PM2,5 level has exceeded WHO limit of 35 µm/m3 while showed that there is no significance between PM2,5 and AECOPD Symtomps. The study suggested that health behavior of the workers should be changed, including using appropriate safety equipment
Key words: AECOPD, PM2,5. Port, Pollution
Read More
S-9770
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fuad Nazar Mukti; Pembimbing: Sri Tjayanti Budi Utami; Penguji: Budi Hartono, Didi Purnama
S-9435
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nanda Labado; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Bambang Wispriyono, Budi Hartono, Lora Agustina, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak: ISPA merupakan salah satu penyakit penyebab kematian pada anak-anak di dunia khususnya Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab ISPA adalah kondisi lingkungan rumah serta PHBS yang buruk. Tingginya insiden ISPA di Kabupaten Gorontalo khususnya balita dan belum tercapainya target RPJMN rumah sehat di Provinsi Gorontalo melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan Kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tilango. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor terkait kondisi lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA di kecamatan Tilango. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross sectional dengan analisis multivariate Binary Regresi logistic model prediksi. Populasi pada penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Tilango. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 responden. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa yang paling dominan secara signifikan terhadap Kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Tilango yaitu Pendapatan (OR=13,9, 95% CI 3,395-57,668), Pendidikan (OR=11,3, 95%CI 2,498-51.650), Status Imunisasi (OR=9,8, 95%CI 1,019-95.346), Luas Ventilasi (OR= 8,9, 95%CI= 2,204-35,956), Kebiasaan Buka Jendela (OR=0,05, 95%CI 0,007-0,447). kesimpulan pada penelitian ini adalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orangtua, perilaku dan lingkungan rumah
Read More
T-6425
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ema Fiki Munaya; Pembimbing: Sri Tjahjani Budi Utami; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
Abstrak: Data menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit ISPA nasional selalu menunjukkan peningkatan setiap tahun. Tahun 2013 dengan Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketujuh dengan jumlah penderita ISPA terbanyak. Angka kejadian ISPA nonpneumonia selama 2011-2013 di Kota Magelang maupun diPuskesmas Kelurahan Magersari selalu menunjukkan peningkatan dengan sebagian besar penderita adalah balita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko kualitas lingkungan fisik rumah ( jenis lantai, atap,dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian) dan pencemaran udara dalam rumah( keberadaan perokok dalam rumah, pengguaan anti nyamuk bakar, bahan bakar memasak dalam rumah)terhadap kejadian ISPA nonpneumonia pada balita diwilayah kerja Puskesmas Magersari, Kota Magelang, Jawa Tengah tahun 2013.

Desain penelitian ini adalah case-control dengan masing-masing sampel berjumlah 50 balita. Case adalah balita yang menderita ISPA nonpneumonia dengan diagnosis dokter puskesmas, sedangkan control balita yang didiagnosis tidak menderita ISPA. Ada hubungan yang bermakna antara jenis lantai nilai p0,000 &OR 15,881 ( 95% CI : 4,949-50,958), jenis atap nilai p 0,000 & OR13,500 (95% CI 5,087-35,830), jenis dinding nilai p 0,000 &OR 17,484 ( 95% CI6,314-48,415), kepadatan hunian, nilai p 0,000 & OR 12,250 (95% CI 4,652-32,258), keberadaan perokok dalam rumah nilai p 0,003 &OR 4,205 ((95% CI1,692-10,448) dan penggunaan bahan bakar memasak nilai p 0,000 & OR 11,294( 95% CI 2,435-52,379).

Kata kunci ; faktor risiko, jenis lantai, atap, dinding, luas ventilasi, kepadatan hunian,keberadaan perokok dalam rumah, pengguaan anti nyamuk bakar, bahan bakar memasak dalam rumah, ISPA nonpneumonia

Nation health data show that the incidence of acute respiratory infection (ARI)always increased every years. 2013, with Central Java Province occupies was theseventh position with the highest number of patients with acute respiratoryinfection (ARI). The incidence of ARI nonpneumonia during 2011-2013 in thecity of Magelang as well as in the Village Health Center Magersari alwaysincrease which most of the patientare are under five children.

This study aims todetermine how big the risk factors of physical quality of the home environment(type of floor, roof, walls, extensive ventilation, residential density) and indoor airpollution (presence of smokers in the home, using anti-mosquito, cooking fuel inthe house) to nonpneumonia ARI incidence of under five children in the workingarea of Magersari health center, Magelang, Central Java in 2013.

The Research design was a case-control study by each sample for 50 under five children. Caseare under five with nonpneumonia ARI diagnosis by Megersari Helath Centerdoctors, whereas control are underfive children which not diagnosed with ARIs .There is a significant correlation between the type of floor p value 0.000 and OR15.881 (95 % CI : 4.949 to 50.958), the type of roof p-value of 0.000 and OR13,500 (95 % CI 5.087 to 35.830), the type of wall p-value of 0.000 and OR17.484 (95 % CI 6.314 to 48.415), residential density, p-value 0.000 and OR12,250 (95 % CI 4.652 to 32.258), the presence of smokers in the house p-valueof 0.003 and OR 4.205 (95 % CI 1.692 to 10.448) and cooking fuel p value0,000OR 11,294 (95 % CI 2.435 to 52.379).

Keywords ; risk factors, types of floors, roofs, walls, extensive ventilation,residential density, the presence of smokers in the home, anti-mosquito, cookingfuel in the house, ARI nonpneumonia
Read More
S-8176
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jerikco Lewiyonah; Pembimbing: Zakianis; Penguji: DewiSusanna, Edwin Nasli
Abstrak: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit menular penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada balita di dunia, khususnya di negara berkembang terutama Indonesia. Indonesia merupakan salah satu dari enam negara dengan kasus ISPA pada balita terbanyak di dunia dengan insiden yang cukup tinggi. Beberapa faktor yang berkaitan dengan ISPA pada balita diantaranya yaitu faktor sosio demografi, seperti usia Ibu, faktor sosio ekonomi seperti pendidikan orang tua dan faktor lingkungan. DKI Jakarta memiliki beberapa permasalahan yang umum terjadi di kota besar seperti masalah Kependudukan, pekerjaan, dan polusi udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019 dan 2020, seperti usia ibu, tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah perokok, jumlah industri, jumlah kendaraan bermotor, dan ruang terbuka hijau (RTH) secara statistic. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu desain studi ekologi berdasarkan tempat yang mencakup 44 kecamatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya korelasi terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Provinsi DKI Jakarta yaitu usia ibu (p = 0.011, r = 0.381), jumlah perokok (p = 0.007, r = 0.422), dam ruang terbuka hijau (p = 0.048, r = 0.325). sementara itu, untuk tingkat Pendidikan ibu, tingkat Pendidikan ayah, jumlah kendaraan bermotor, dan jumlah industri menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan kejadian ISPA pada balita di Provinsi DKI Jakarta.
Read More
S-10984
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Astrid Citra Padmita; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
Abstrak: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakitakut di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi ISPA paling tinggi terjadi pada kelompok balita. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa barat dengan kasus ISPA yang tinggi. RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea,Kabupaten Bogor merupakan lokasi pemukiman sekaligus lokasi industripengolahan batu kapur. Keberadaan industri pengolahan batu kapur di sekitar areapemukiman merupakan sumber pencemaran udara yang dapat berpengaruhterhadap kesehatan masyarakat. Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciampea,ISPA merupakan penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada tahun 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktorlingkungan (PM10 udara ambien, jarak rumah ke pabrik pengolahan batu kapur, suhu dan kelembaban udara rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, adaatau tidak anggota keluarga serumah yang terkena ISPA, ada atau tidak anggotakeluarga serumah yang merokok, penggunaan obat anti nyamuk, jenis bahanbakar memasak, dan letak dapur) dengan kejadian ISPA pada balita di RW1 Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer yangmana jumlah sampel sebanyak 106 orang balita. Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa faktor lingkungan yang memilikihubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien(7,40; 2,02-27,10) dan kepadatan hunian rumah (3,39; 1,39-8,32). Adapun karakteristik individu balita yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA pada balita berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis bivariatadalah jenis kelamin (2,61; 1,08-6,34). Faktor yang paling dominan hubungannyadengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 udara ambien (9,62; 2,39-38,71). Kerjasama lintas sektoral diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ISPA.

Kata kunci: Faktor-faktor lingkungan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), balita
Read More
S-8164
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fathimi; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Ema Hermawati, Didik Supriyono, Iman Surahman
Abstrak: Pendahuluan: ISPA sering disalahartikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas, padahal ISPA tidak hanya menyerang saluran pernafasan atas namun juga mencakup saluran pernafasan bawah. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak hingga menimbulkan penyakit saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor karakteristik individu dan lingkungan terhadap kejadian ISPA pada balita. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study (studi potong lintang), jumlah sampel 163 balita, lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Pancasan, waktu penelitian dari tgl 27 April-30 Mei 2019. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 41,1% balita menderita ISPA, secara statistik variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA adalah jenis kelamin (OR:2,89) dan umur (OR:2,04). Kesimpulan: Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita baik dari karakteristik balita, karakteristik orangtua, karakteristik lingkungan fisik rumah dan sarana pelayanan kesehatan itu sendiri. Saran: Pentingnya peran petugas kesehatan terutama meningkatkan kesadaran orangtua dalam memelihara dan menjaga kesehatan anak, memelihara kesehatan lingkungan serta adanya kerja sama lintas program serta lintas sektor
Read More
T-5604
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive