Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 35898 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Solha Elrifda
KJKMN Vol.6, No.2
Depok : FKM UI, 2011
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurhasanah; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Purnawan Junadi, Chairuljah Sjahruddin
B-1219
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Risky Irawan; Pembimbing: Amal C. Sjaaf; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Purnawan Junadi, Budi Hartono, Amila Megraini
Abstrak:

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem untuk membuat asuhan pasien lebih aman. Mengingat pentingnya pelaksanaan patient safety di rumah sakit dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik, pengetahuan dan motivasi terhadap perilaku patient safety pada perawat  Rumah Sakit X Kota Y. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 99 orang perawat yang dilaksanakan di bulan Februari 2012. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel yang berhubungan dengan sikap patient safety adalah pendidikan, pengetahuan dan motivasi. Variabel pengetahuan memiliki pengaruh yang paling besar dalam hubungannya dengan sikap patient safety pada perawat. Rekomendasi yang dapat diajukan untuk mengatasi kurangnya pengetahuan perawat tentang patient safety antara lain melakukan seleksi lebih ketat dengan memberikan ujian mengenai patient safety untuk penerimaan perawat baru sehingga rumah sakit memiliki perawat yang dapat dihandalkan dan dapat dengan tepat menempatkan perawat tersebut. Selain itu, rumah sakit juga dapat memberikan banyak pelatihan terkait patient safety secara berkala sehingga seluruh perawat dapat memahami tentang patient safety. Untuk tim patient safety, perlu melakukan penilaian khusus bagi karyawan yang memberikan laporan patient safety, sehingga meningkatkan motivasi perawat untuk melapor bila melakukan kesalahan Kata kunci : Patient Safety, Perilaku Perawat Daftar bacaan  : 35 ( 1989 – 2011 ).


Hospital patient safety is a system to maintain the patient nursing safer. In view of the importance of patient safety implementation in hospital, the study was conducted to assess the relation of characteristics, knowledge, and motivation toward patient safety behavior of nurses at X Hospital in Y City. Cross sectional design was employed in this study with a sample of 99 nurses in February 2012. The study showed that education, knowledge, and motivation related to the patient safety behavior. The knowledge variable had the most influence factor in relation to the patient safety behavior of nurses. It is recommended that to overcome the lack of knowledge of nurses about patient safety is to conduct more selective in recruiting the nurse by providing a patient safety test. So, the hospital will have reliable nurses and will place them in the right position. Besides, the hospital can provide more regularly trainings related to patient safety. For patient safety team, it is needed to implement a special assessment for staffs that submit the patient safety report in order to increase the motivation of nurses to convey whenever they make mistakes. Keywords : patient safety, nurse‘s behavior References    : 35 (1989—2011)

Read More
B-1406
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siva Hamdani; Pembimbing: Purnawan Junadi; Penguji: Mieke Savitri, Dumilah Ayuningtyas, Henny Hana
B-1022
Depok : FKM-UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iting Shofwati; Pembimbing: Chandra Satrya
Abstrak: Latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa peristiwa kebakaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja serta menimbulkan kerugian ekonomi maupun non ekonomi. Alasan pemilihan lokasi penelitian, yaitu karena rumah sakit merupakan bangunan umum yang rawan terhadap kebakaran dan penghuninya bervariasi dalam hal kondisi fisik, sehingga pada keadaan darurat diperlukan suatu penanganan khusus. Mengingat kondisi tersebut d iatas, maka perlu dilakukan suatu upaya pencegahan kebakaran dengan pemasangan perangkat proteksi kebakaran untuk menanggulangi secara dini suatu kejadian yang tidak diinginkan dan menghindari suatu keadaan "catasthropic". Pada penelitian ini akan dilakukan studi evaluasi terhadap kebutuhan dan tata letak daripada sistem proteksi kebakaran yang ada khususnya fire detector. Karena sistem peringatan awal kebakaran yang cukup dan sesuai merupakan cara yang efektif untuk menghindari kebakaran yang lebih besar.

Penelitian ini dimulai dengan identifikasi elemen-elemen penyalaan api yang terdiri dari bahan bakar (material pembentuk fasilitas yang ada di ruang rawat inap) , sumber panas (energi listrik) dan oksigen dari udara bebas. Tahap selanjutnya yaitu analisa untuk menentukan jenis detektor kebakaran yang dibutuhkan berdasarkan tipe hasil pembakaran material pembentuk fasilitas yang terdapat pada masing-masing ruangan dan peraturan yang berlaku. Kemudian dilanjutkan dengan tahap evaluasi terhadap kebutuhan dan tata letak deteksi kebakaran, berdasarkan data-data pendukung diantaranya adalah luas ruangan, tinggi langit-langit, suhu ruangan dan spesifikasi teknis dari detektor yang akan dipasang. Pengkajian teknis dilakukan berdasarkan standar NFPA 72.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan perumahsakitan yang berlangsung khususnya di ruang rawat inap dan koridor berpotensi terjadinya bahaya kebakaran. Hal ini dikarenakan terpenuhinya ketiga elemen dari teori segitiga api dalam suatu tempat dan saat yang bersamaan. Sedangkan jenis detektor yang terpasang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, hal ini dikarenakan pada ruang rawat inap tersebut menggunakan sistem springkler dan sebagian besar material pembentuk peralatan yang ada terbuat dari kayu dan busa, dimana apabila terjadi proses pembakaran akan menghasilkan asap. Sehingga detektor kebakaran yang sesuai untuk ruang rawat inap dan koridor tersebut adalah detektor asap. Jumlah dan tata letak dari detektor yang akan dipasang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yang berdasarkan standar NFPA yang disesuaikan dengan kemampuan untuk melindungi suatu area tertentu dari detektor yang dipilih.
The background of this research is that the fire can occur anytime, anywhere and can cause economic and non-economic effect. Beside that, the reason choice the hospital became the location of the research, because the hospital is the public building that very potential for occurrence of fire and the physical condition of the patient is very various, so in an emergency condition need special handling. According to that condition, so need the effort of fire protection to prevent the unexpected event and prevent "catastrophic" condition. This research will evaluate the need and the location of fire protection system specially fire detector. Because a fire detection system detects the beginning of the fire and alerts personal so they can evacuate the area immediately or attempt to extinguish the fire.

The first step of this research is to identify the elements of fire ignition that consist of fuel, heat and oxygen. The second step is to analyze a kind of fire detector that suitable according to the inpatient room's facilities and its standard regulation. The last step is to evaluate the need and the location of fire detector according to supporting data such as coverage area, height of ceiling, ambient temperature and technical specification of detector that will be set. Engineering estimation is refer to NFPA 72 standard.

The conclusion of this research that the hospital's activities especially in area study (inpatient room and corridor) is very potential for fire hazard. It cause of the valuable of the three elements of fire triangle in one place and at the same time. About the hospital's fire detector, it is not suitable with the standard regulation. Because in that area study use the sprinkler system and a lot of equipment are made from wood and foam rubber that if fire happen that material can produce smoke. So the suitable detector for corridor and the room for hospitalize is smoke detector. The amount and the location of the detector that will be set is the result from engineering calculation according to NFPA standard that suited with detector's capability to coverage area.
Read More
T-1347
Depok : FKM UI, 2002
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ernest Eugene Lie Gultom; Pembimbing: Besral; Penguji: Wahyu Sulistiadi, Robiana Modjo, Herutami Kusmowardani, Wilson SM Manurung
Abstrak: Pelayanan kesehatan dianggap sebagai ruang yang aman, karena dimaksudkan untuk menyembuhkan dan mendukung pemulihan. Komitmen Indonesia terhadap Keselamatan Pasien dinyatakan dengan mengesahkan berbagai macam regulasi yang mewajibkan semua fasilitas pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan menjalankan program keselamatan pasien di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu daru 7 (tujuh) Sasaran Keselamatan Pasien dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11/2017 yaitu meningkatkan keamanan obatobatan yang harus diwaspadai. Jenis penelitian ini adalah penelitiankualitatif, menggunakan desain studi kasus yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang di amati yang bertujuan untuk mengeskplorasi suatu peristiwa yang memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan informasi yang kaya dan mendalam yang bertujuan untuk melakukan eksplorasi menyeluruh kepada informan untuk memahami faktorfaktor keberhasilan, serta hambatan yang dialami sehingga menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan keselamatan pasien dalam kegiatan kefarmasian. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara mendalam terkait kebijakan yang mempengaruhi keamanan pelaksanaan pelayanan kefarmasian, serta hal-hal apa saja yang mendorong dan menghambat dalam pelaksanaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RS X Jakarta Selatan sudah mengupayakan pelaksanaan pelayanan kefarmasian mengacu kepada sasaran keselamatan pasien. Kegiatan kefarmasian meliputi prescribing, transcribing, dispensing dan administration. Dari hasil wawancara mendalam kepada para informan, didapatkan bahwa masalah terbanyak didapatkan pada faktor method. Dimana petugas yang terkait dengan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat belum sepenuhnya mengetahui mengenai panduan dan prosedur operasional yang berlaku. Sesuai dengan hasil observasi dokumen ditemukan kebanyakan insiden medication error terjadi pada proses peresepan. Tidak adanya SPO mengenai eprescription menyebabkan tidak adanya aturan yang memayungi prosedur peresepan tersebut. Hampir tidak adanya sosialisasi SPO kepada dokter umum membuat dokter umum bekerja tanpa mengetahui regulasi prosedur yang menunjang tupoksinya. Fungsi monitoring dari KKPRS hanya sebatas melakukan pengumpulan data tetapi belum sampai kepada monitoring dan evaluasi kenyataan di lapangan.Penerapan metodemetode perbaikan yang telah dilakukan juga tidak dilakukan monitoring dan evaluasi secara rutin. Peneliti menyarankan agar adanya pengembangan kebijakan dalam bentuk Panduan medication safety yang akan menjadi payung kebijakan dari pemberlakuan SPO dan program yang menunjang penjaminan keselamatan pasien dari medication error
Healthcare is considered a safe space, because it is intended to heal and support recovery. Indonesia commited to patient safety is expressed by passing various regulations that oblige all health care facilities to carry out patient safety programs in all health care facilities. One of the 7 (seven) Patient Safety Targets in the Minister of Health Regulation No. 11/2017 stated to increase the alertness of medication safety that. This type of research is qualitative research, using a case study design, namely research that produces descriptive data in the form of written or spoken words from people and observed behavior which aims to explore an event that allows researchers to collect rich and in-depth information aimed at to carry out a thorough exploration of the informants to understand the success factors, as well as the obstacles they have experienced that cause failure in implementing patient safety in pharmaceutical activities. Through this research, it is hoped that it can provide in-depth information related to policies that affect the security of the implementation of pharmaceutical services, as well as what things encourage and hinder their implementation. The results showed that X Hospital South Jakarta has made efforts to implement pharmaceutical services referring to patient safety goals. Pharmaceutical activities include prescribing, transcribing, dispensing and administration. From the results of in-depth interviews with informants, it was found that most problems were found in the method factor. Where the officers associated with pharmaceutical services and drug use do not yet fully know about the applicable operational guidelines and procedures. In accordance with the results of document observation, it was found that most incidents of medication errors occurred in the prescribing process. The absence of SPOs regarding e-prescription results in no overarching rules for the prescribing procedure. There were almost no socialization of SPO to general practitioners which made general practitioners work without knowing the procedural regulations that support their main duties. Researcher suggest that there be policy development in the form of medication safety guidelines that will become the policy umbrella for implementing SPO and programs that support patient safety assurance from medication errors
Read More
T-6077
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Soejadi
BMR-4
Jakarta : RSAB Harapan Kita, 1983
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Soejadi
BMR-5
Jakarta : RSAB Harapan Kita, 1983
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dewa Ayu Dyah Widya; Pembimbing: Kurniasari; Penguji: Adik; Mieke Savitri Wibowo, Lestaria, Chairulsjah Sjahruddin
Abstrak: Latar belakang: Insiden keselamatan pasien didefinisikan sebagai bentukkejadian yang berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah ketika sistempemberian asuhan yang aman tidak dikelola dengan baik oleh suatu rumah sakit.Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalamsebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien yang digunakansebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Patient Safety Curriculum Guidemerupakan suatu standar pedoman baru yang di buat oleh World HealthOrganization. Hal ini meberikan adanya suatu kurikulum yang baru terkaitdengan penerapa kaidajh keselamatan pasien.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penerapan WHO PSCG padaRumah Sakit Bali Royal dan menilai kaitan penerapan tersebut pada kejadiansalah identifikasi dan perubahan kompetensi perawat yang dinilai melalui metodeOSCE.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan one group pre-test and post-testdesign. Akan dinilai berupa efek pemberian pedoman WHO PSGC melalui suatuwork shop dan hands on pada perawat di RS Bali Royal. Evaluasi akan dilakukanterhadap perubahan kompetensi perawat melalui metode OSCE dengan kasuspemasanan infus yang berorientasi pada kaidah patient safety yang dinilaisebelum dan sesudah intervensi oleh penguji idependen. Kemudian dilakukanevaluasi terhadap penurunan kejadian salah identifikasi di RS Bali Royal. Analisisstatistik menggunakan uji normalitas, dan paired sample t-test untukmembandingkan adanya perubahan nilai OSCE dan kejadian salah identifikasisaat sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil: Karakteristik subjek penelitian menunjukkan rerata usia adalah 28 tahun,perempuan lebih banyak dari pada laki-laki (72,3%), perawat dari unit kerja rawatinap merupakan unit kerja yang terbanyak (34%), pendidikan sampel lebih banyapada tingkatan sarjana keprawatan (57,4%), pelatihan keselamatn pasien palingbanyak pernah diikuti sebanyak satu kali (59,6%), rerata lama kerja sampel adalahdua tahun. Penelitian ini menemukan bahwa pemberian intervensi berbasis WHOPSCG mampu meningkatkan kompetensi perawat dalam melakukan identifikasi(skor OSCE pre: 57,29 ± 13,81; skor OSCE post: 84,58 ± 7,37; p = 0,000) sertamampu menurunkan kejadian salah identifikasi yang diukur dalam periode satubulan sebelum dan sesudah intervensi (insiden pre: 12,50 ± 2,38; insiden post:7,25 ± 0,95; p=0,006).
Simpulan: Penerapan intervensi berbasis WHO PSCG mampu meningkatkankompetensi perawat dalam melakuka identifikasi yang dinilai melalui metodeOSCE dan mampu menurunkan kejadian salah identifikasi di RS Bali Royal.Kata
kunci: WHO PSCG, salah identifikasi, kompetensi perawat.
Read More
B-1967
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
I Made Pradnyana Wiguna; Pembimbing: Kurniasari; Penguji: Jaslis Ilyas, Puput Oktamianti, Nusati Ikawahyu, Adinnulkhasanah
B-2021
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive