Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30309 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Endy Kurniawan Pribadi; Pembimbing: Hendra; Penguji: Sjahrul M. Nasri, Yuni Kusminanti, Farida Tusafariah
T-3638
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anshor; Pembimbing; Ridwan Zahdi Sjaaf; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Indri Hapsari Susilowati, Erdy Techrisna Satyadi
T-3699
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oktaria Penny; Pembimbing: Hendra; Penguji: Robiana Modjo, Dadan Erwandi, Devie Fitri Octaviani, Widura Imam Mustopo
Abstrak: Tinginya angka prevalensi perilaku tidak aman berisiko menimbulkansebuah kecelakaan ataupun insiden yang pada akhirnya dapat menimbulkankerugian secara finansial bagi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untukmempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman padapekerja Preparation dan Assembling di PT X Tahun 2016. Faktor yang di telitimerupakan faktor personal (Pengetahuan, Masa Kerja, dan Tingkat Pendidikan)dan daktor pekerjaan (Ketersediaan Informasi K3 dan Pengawasan). Berdasarkanhasil penelitian diketahui bahwa 77,92% pekerja mempunyai perilaku tidak aman,dengan 61,7% diantaranya mempunyai risiko rendah dan 38,3% lainnya berisikotinggi. Selain itu juga terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan,tingkat penddikan, dan ketersediaan informasi terhadap perilaku tidak amanpekerja preparation dan assembling dimana tingkat pendidikan merupakan faktorpaling dominan terhadap perilaku tidak aman setelah dikontrol dengan faktorlainnya. Oleh karena itu diperlukan perbaikan terhadap perilaku pekerja.Kata Kunci : Perilaku Tidak Aman, Unsafe Act, Pabrik Sepatu, Manufaktur
The high number of unsafe act prevalence could yield incidents whichcause lose financially to company. The aim of this study is to analyse factors thatcorrelated to unsafe act of workers in preparation and assembling department.This research was conducted in PT X on April to July 2016. These factors dividedinto two categories, personal factors (knowledge, work experience, and educationlevel) and job factors (OHS Information and Supervision). The result shows that72,92% of workers have performed unsafe act in which 61,7% of it is high riskand 38,3% low risk. Moreover, there are siginificant correlations betweeneducation level, knowledge, and availibity of OHS information with unsafe actwhereas education level predominantly contributes to unsafe act after has beencontrolled with other factors. Therefore, company should commit several attemptsto reduce unsafe act on its workers.Keyword : unsafe act, shoes manufacturer, manufactur
Read More
T-4773
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Refiani Fitri Ardiyanti; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Dadan Erwandi, Afid Yusthi Ghozali
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja di PT X. Iklim keselamatan mencerminkan persepsi pekerja terhadap komitmen dan praktik keselamatan di lingkungan kerja, sementara perilaku keselamatan mencerminkan tindakan nyata pekerja dalam mendukung keselamatan kerja. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan indikator iklim keselamatan dan perilaku keselamatan, yang masing-masing diukur menggunakan skala ordinal. Responden penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi di PT X. Analisis hubungan dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif yang kuat antara iklim keselamatan dan perilaku keselamatan (ρ = 0,551). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi persepsi pekerja terhadap iklim keselamatan, maka semakin baik pula perilaku keselamatan yang ditunjukkan. Temuan ini menegaskan pentingnya membangun iklim keselamatan yang positif sebagai strategi untuk meningkatkan perilaku keselamatan di tempat kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan pada pekerja di PT X. Iklim keselamatan mencerminkan persepsi pekerja terhadap komitmen dan praktik keselamatan di lingkungan kerja, sementara perilaku keselamatan mencerminkan tindakan nyata pekerja dalam mendukung keselamatan kerja. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan indikator iklim keselamatan dan perilaku keselamatan, yang masing-masing diukur menggunakan skala ordinal. Responden penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian produksi di PT X. Analisis hubungan dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan positif yang kuat antara iklim keselamatan dan perilaku keselamatan (ρ = 0,551). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi persepsi pekerja terhadap iklim keselamatan, maka semakin baik pula perilaku keselamatan yang ditunjukkan. Temuan ini menegaskan pentingnya membangun iklim keselamatan yang positif sebagai strategi untuk meningkatkan perilaku keselamatan di tempat kerja.
Read More
S-11992
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Novalita Lamanda Putri; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Mila Tejamaya, Farida Tusafariah
Abstrak: Stres kerja merupakan salah satu risiko penurunan kemampuan kerja, yang berdampak kepada produktifitas perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres kerja dengan kemampuan kerja pada operator mesin cetak di PT. X. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang diadaptasi dari Niosh Gereric Job Stress Questionnare dan Work Ability Index. Variabel pekerjaan sebagai faktor penyebab stres memiliki hubungan signifikan dengan kejadian stres yaitu variabel lingkungan kerja, disain kerja, dukungan dalam pekerjaan, dan perkembangan karir. Hasil penelitian menunjukkan, tingkat stres kerja mempengaruhi kemampuan kerja pekerja, dengan proporsi 80,6% pekerja yang mengalami stres berat memiliki kemampuan kerja buruk, dengan odd ratio 8, sehingga pekerja yang mengalami stres berat memiliki risiko 8 kali lebih tinggi untuk memiliki kemampuan kerja yang buruk dibandingkan pekerja yang mengalami stres ringan.
 

Job stress is one of risk factor to work ability impairment, which has impact to productivity. The purpose of this research is to analyze the relation between stress level and work ability on press- machine operator in PT. X year 2014. This research is quantitative research with cross sectional design study. Data is collected using questionnaire which is adapted from Niosh Gereric Job Stress Questionnare and Work Ability Index. Job factor which has significant relation with job stress is work environment, work design, social support, and career development. This research show that there is a siginificant relation between job stress, and work ability, with proportion 80,6% workers that had heavy work related stress has poor work ability. Based on chi square test, worker with heavy stress have risk until 8 times higher to have work ability impairment, than worker with light stress.
Read More
S-8326
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Husairi; Pembimbing: Doni Hikmat Ramdhan; Penguji: Baiduri Widanarko, Muhammad Novie Anshari
Abstrak: Operator haul truck merupakan salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi untuk mengalami kelelahan kerja (fatigue) disebabkan oleh penerapan shift kerja, gangguan kuantitas dan kualitas tidur, serta pengaruh berbagai faktor lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara shift kerja, kuantitas dan kualitas tidur, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan fatigue pada operator haul truck. Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuisioner Fastigue Assessment Scale (FAS), pengukuran tingkat stress menggunakan alat cocorometer, serta pengukuran kuantitas dan kualitas tidur menggunakan alat fitbit di antara 196 responden laki-laki yang bekerja sebagai operator haul truck. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kuantitas tidur (OR = 3,222, p = 0,028) dan kualitas tidur (OR = 2,800, p = 0,025) dengan kelelahan, sedangkan shift kerja tidak memiliki hubungan yang signifukan dengan kelelahan. Faktor risiko lain yang juga memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan pada operator haul truck di PT X adalah beban mental (OR = 2,296, p = 0,027), lingkungan kerja (OR = 2,400, p = 0,014), monotoni pekerjaan (OR = 3,371, p = 0,002), usia (OR = 2,708, p = 0,005), dan sleep hygiene (OR = 3,840, p = 0,001).
Kata Kunci: Kelelahan; Fatigue Assessment Scale (FAS); Shift Kerja; Tidur; Fitbit

Operator haul truck Haul truck operator is one of the high-risk occupations in experiencing fatigue caused by the implementation of shift work, sleep quantity and quality disturbance, other related factors. The objective of this study was to analyze the relationship between shift work, quantity and quality of sleep, and other factors associated with fatigue on the haul truck operator. A cross-sectional study was conducted in this study using questionnaires of Fatigue Assessment Scale (FAS), measurement of stress using cocorometer, and measurement of sleep quantity and quality using fitbit among 196 male respondents who work as haul truck operator. The result of this study shown there is a significant correlation between the quantity of sleep (OR = 3,222, p = 0,028) and fatigue, also between the quality of sleep (OR = 2,800, p = 0.025) and fatigue. However, shift work has no significant correlation with fatigue. Other factors, including mental workload (OR = 2,296, p = 0,027), work environment (OR = 2,400, p = 0,014), monotonous work (OR = 3,371, p = 0,002), age (OR = 2,708, p = 0,005), and sleep hygiene (OR = 3,840, p = 0,001) also have significant correlation with operator fatigue in PT X.
Keywords: Fatigue; Fatigue Assessment Scale (FAS); Shift Work, Sleep; Fitbit; Haul truck operator
Read More
S-9883
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hendarko Daris; Pembimbing: Indri HapsariSusilowati; Penguji: Chandra Satrya, Dadan Erwandi, Heru Swidatmiko, Akhmad Nurulhuda
Abstrak: HFACS ( Human Factor Analysis and Classification System ) adalah pendekatan yang telah banyak di gunakan dalam melakukan investigasi kecelakaan untuk mengetahui kelemahan dalam suatu organisasi. HFACS ini terdiri dari empat lapisan yaitu unsafe act, precondition to unsafe act, unsafe supervision dan organizational influence. Kecelakaan dapat di cegah dengan menutup lubang pada lapisan pertahanan. Prinsip HFACS ini implementasikan untuk mengidentifikasi faktor yang menjadi kelemahan pada perilaku mengemudi yang tidak aman tahun 2020 di PT. X, sebuah perusahaan minyak di wilayah Indonesia. Hasil penelitian mendapatkan bahwa pengemudi yang melakukan perilaku tidak aman merupakan pengemudi dengan

HFACS (Human Factor Analysis and Classification System) is an approach that has been widely used in investigating accidents to find out weaknesses in an organization. This HFACS consists of four layers, namely unsafe act, precondition to unsafe act, unsafe supervision and organizational influence. Accidents can be prevented by closing holes at each defense layer. The HFACS principle is  implemented to identify factors that contribute at unsafe driving behavior at PT. X, an oil company in Indonesia. Based on research finding, drivers who commit unsafe behavior are drivers with age 44 - 55 years (77.7%), experience over 16 years (63.1%), carried out on public roads (80.6%), on the afternoon shift (81, 6%), with a position as a team member (64.1%) and in the northern part of the company (56.3%). Weaknesses at the unsafe act level are decision errors (58.3%) ie not consistently applying risk assessment and not implementing safe work procedures. Weakness at level 2 is adverse mental state (52.4%), namely lack of focus in driving. Weakness at level 3 is inadequate supervision (65%) lack of consistent level of supervision to conduct safety supervision. Weakness at level 4 is the lack of consistency in the implementation of operational processes (62.1%), namely the implementation of risk assessment in an organization
Read More
T-5876
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Susan Heyka Maharani B; Pembimbing: Hendra; Penguji: Robiana Modjo, Adenan
S-7814
Depok : FKM UI, 2013
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kristika Valentine; Pembimnbing: Chandra Satra; Penguji: Hendra, Ridwan Zahdi Sjaaf, Devie Putri Octaviani, Farida Tusafariah
Abstrak: Perilaku tidak selamat pada tenaga kerja merupakan salah satu faktor yangberkontribusi terhadap kecelakaan kerja. Berbagai penelitian dan laporan kasusmembuktikan tingkat kecelakaan akibat perilaku masih terus terjadi. Analisisperilaku tidak selamat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorongtimbulnya perilaku tidak selamat. Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatankualitatif, menggunakan model ABC perilaku. Pengumpulan data dilakukanmelalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Informan dalampenelitian sebanyak 7 orang yang terdiri dari tiap lapisan tenaga kerja. Penelitianini menggambarkan perilaku tidak selamat tenaga kerja serta faktor anteseden dankonsekuensi yang melatarbelakangi munculnya perilaku tidak selamat pada tenagakerja. Perusahaan perlu mempertahankan program pelatihan dan promosi K3 yangsudah berjalan. Perilaku tidak selamat dapat dicegah dengan meningkatkanpengetahuan, pengimplementasian peraturan K3 dengan baik, komitmenmanajemen dalam pelaksanaan K3, pengawasan yang efektif, pelaksanaan HSEReward yang efektif, dan diberlakukannya sanksi K3.Kata kunci: Perilaku Tidak Selamat, Model ABC Perilaku , Anteseden,Konsekuensi.
Unsafe behavior in the workforce is one of the factors that contribute to create anaccident. Various studies and case reports have proven that the accident rate dueto the unsafe behavior still occurs. Unsafe behavior analysis purpose to determinefactors that encourage the emergence of unsafe behavior. Descriptive researchwith qualitative approach, using the ABC model of behavior. Data collectedthrough in-depth interviews, observation and document analysis. Informants in thestudy were 7 people consisting of each layer of the workforce. This studydescribes the unsafe behavior on workforce, antecedents and consequences as thefactors underlying the emergence of unsafe behavior. Companies need to maintainthe existing training programs and HSE promotion. Unsafe behavior can beprevented by improving knowledge, implementing HSE regulation as well,management commitment in the implementation of HSE, effective supervision,effective implementation of HSE Reward, and punishment.Key words: Unsafe Behavior, ABC Behavior Model, Antecedent, Consequences.
Read More
T-4568
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ayu Diah Pratiwi; Pembimbing: Izhar M. Fihir; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Yuni Kusminanti
S-7008
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive