Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 30976 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Wan Aisyiah Baros; Pembimbing: Milla Herdayanti; Penguji: Besral, R. Sutiawan, Ondrionas, Dewi Utami
Abstrak:

ABSTRAK Kepuasan pelanggan merupakan salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan, dapat diukur dan dibandingkan antara pelayanan yang diharapkan dengan pelayanan yang dirasakan oleh peserta. Faktor utama yang mempengaruhi mutu pelayanan kaitannya dengan kepuasan yaitu pelayanan yang diharapkan (expected service) dan pelayanan yang dirasakan (perceived service). Penelitian ini bertujuan mengetahui kontribusi pengetahuan peserta terhadap kontak layanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap (RI) dengan desain penelitian menggunakan cross sectional. Hasil penelitian rata-rata terendah dimensi mutu pada kontak layanan RJTL adalah dimensi Responsiveness (cepat tanggap/selalu siap melayani) dan tertinggi adalah dimensi Tangible (fasilitas fisik). Sedangkan rata-rata dimensi mutu pada kontak layanan RI terendah adalah dimensi Assurance (jaminan/rasa aman) dan dimensi tertingi adalah Tangible (fasilitas fisik). Tingkat Kepuasan peserta pada kontak layanan RJTL dengan proporsi peserta yang puas 50,8% dan yang tidak puas 49,2%. Sedangkan tingkat Kepuasan peserta pada kontak layanan RI dengan proporsi peserta yang puas 59,1% dan yang tidak puas 40,9%. Pada kontak layanan RJTL peserta dengan jenis kelamin perempuan dengan pengetahuan baik memiliki kepuasan sebesar 1,528 kali dibandingkan dengan peserta jenis kelamin perempuan dengan pengetahuan cukup. Atribut-atribut pengetahuan dengan proporsi terendah pada kontak layanan RJTL dan RI yaitu tentang buku pedoman, pengetahuan tentang pelayanan yang tidak ditanggung oleh Askes dan masih banyak peserta yang belum mengetahui obat-obat yang terdaftar dalam buku daftar obat Askes.


Abstract Customer satisfaction is one of the health service quality indicators that can be measured and can be compare between expected service and perceived service by the participants. Main factor affected quality service related to satisfaction are expected service and perceive service.The objective of this research is to recognize membership knowledge contribution towards saticfaction of outpatient and inpatient services with cross sectional methode approach. Research result of quality dimension lowest average on outpatient contact interaction is Responsiveness dimension and highest is tangible dimension. On the other hand, the lowest average of quality dimension on inpatient contact interaction is assurance and the highest is tangible dimension. Customer satisfaction index on outpatient contact interaction with proportion of satisfy participant 50,8 % and unsatisfy 49,2 %. Meanwhile, Customer satisfaction index on outpatient contact interaction with proportion of satisfy participant 59,1 % and unsatisfy 40,9 %. On outpatient contact interaction with female sex and better knowledge reaching satisfaction index 1.528 times bigger than female sex with adequate knowledge . Knowledge attributes with lower proportion on outpatient and inpatient are guidelines book, knowledges of Askes exclution services and still lots of participants did not aware the medicines which is registered in Askes medicine book.

Read More
T-3562
Depok : FKM-UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurhalina Sari; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji: Besral, Fitriai
S-7002
Depok : FKM-UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuridista Putri Pratiwi; Pembimbing: Milla Herdayati; Penguji: Besral, Anindita dyah Sekarputri
Abstrak: Tingkat fertilitas merupakan salah satu indikator yang menjadi prioritas utama pencapaian MDGs Indonesia. Tingkat fertilitas di Jawa Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia. Tingkat fertilitas di dalam data survei dapat diukur dengan menggunakan jumlah anak lahir hidup (ALH). Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat mempengaruhi tingkat fertilitas.Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur kawin pertama terhadap tingkat fertilitas wanita usia subur di Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Penelitian menggunakan kriteriainklusi wanita usia subur usia 15-49 tahun yang pernah menikah di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan pada wanita yang pernah penikah di Provinsi Jawa Barat, mereka yang menikah di usia ≤ 18 tahun memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk memiliki tingkat fertilitas tinggi dibandingkan yang menikah di usia > 18 tahun setelah variabel lain dikendalikan. Variabellain yang turut berperan dalam tingkat fertilitas wanita usia subur yaitu umur, tempat tinggal,tingkat pendidikan istri, status pekerjaan istri, norma tentang besarnya keluarga, dan penggunaan alat kontrasepsi saat ini. Oleh karena itu, kegiatan KIE terkait program KB dan pendewasaan usia perkawinan, pemberdayaan wanita, serta pembukaan lapangan pekerjaan untuk meningkatkan status ekonomi diperlukan sebagai upaya mencegah dan mengatasi permasalahan terkait fertilitas di kalangan wanita usia subur di Provinsi Jawa Barat. Kata Kunci : Fertilitas, anak lahir hidup, wanita usia subur, Jawa Barat, pengaruh, umur kawin pertama.
Read More
S-8267
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurul Hidayah; Pembimbing: Besral; Penguji: Eryando, Tris; Munawaroh, Siti Muhimatul
Abstrak: ERA GLOBALISASI MENUNTUT PENYEDIA LAYANAN KESEHATAN MEMBERIKAN PELAYANAN YANG BERKUALITAS DAN MAMPU BERSAING DENGAN PENYEDIA LAYANAN KESEHATAN LAIN. KENYATAAN LAPANGAN MENUNJUKKAN BAHWA UMUMNYA FASILITAS LAYANAN KESEHATAN MILIK PEMERINTAH MASIH KURANG/TIDAK DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT. SALAH SATU PENYEBABNYA ADALAH BAHWA UMUMNYA MUTU LAYANAN KESEHATAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN MILIK PEMERINTAH MASIH BELUM ATAU TIDAK MEMENUHI HARAPAN PASIEN DAN/ATAU MASYARAKAT. PENELITIAN INI BERTUJUAN UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK DAN TINGKAT KEPUASAN DENGAN KEINGINAN MEMANFAATKAN KEMBALI PELAYANAN PADA 170 RESPONDEN DI UPT PUSKESMAS KECAMATAN BEJI, DAN TELAH DILAKSANAKAN PADA BULAN MEI - JUNI 2017. RANCANGAN PENELITIAN YANG DIGUNAKAN ADALAH DESKRIPTIF KUANTITATIF DENGAN PENDEKATAN POTONG LINTANG. HASIL PENELITIAN MENUNJUKKAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN SEBESAR 41,8%. HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DAN TINGKAT KEPUASAN DAN DENGAN KEINGINAN MEMANFAATKAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN ADALAH SEMAKIN TINGGI TINGKAT PENDIDIKAN MAKA SEMAKIN KRITIS PENILAIAN KEPUASAN YANG DIBERIKAN TERHADAP KINERJA PELAYANAN KESEHATAN, CARA PEMABAYARAN ASURANSI LEBIH CENDERUNG MEMPUNYAI KEINGINAN TINGGI MEMANFAATKAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN, SEMAKIN TUA USIA AKAN LEBIH CENDERUNG MEMPUNYAI KEINGINAN TINGGI MEMANFAATKAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN, DAN PASIEN YANG PUAS TERHADAP KINERJA PELAYANAN KESEHATAN CENDERUNG MEMPUNYAI KEINGINAN TINGGI MEMANFAATKAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN. KATA KUNCI: KARAKTERISTIK, KEPUASAN PASIEN, PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN THE ERA OF GLOBALIZATION REQUIRES HEALTHCARE PROVIDERS TO PROVIDE QUALITY SERVICES AND BE ABLE TO COMPETE WITH OTHER HEALTH CARE PROVIDERS. THE REALITY OF THE FIELD SHOWS THAT MOST GOVERNMENT-OWNED HEALTH-CARE FACILITIES ARE STILL UNDER-UTILIZED BY THE COMMUNITY. ONE REASON IS THAT GENERALLY THE QUALITY OF HEALTH SERVICES ADMINISTERED BY HEALTH-CARE FACILITIES OWNED BY THE GOVERNMENT STILL HAS NOT OR DOES NOT MEET THE EXPECTATIONS OF PATIENTS AND / OR THE COMMUNITY. THIS STUDY AIMS TO DETERMINE THE CHARACTERISTICS AND LEVEL OF SATISFACTION WITH THE DESIRE TO REUSE THE SERVICE TO 170 RESPONDENTS IN UPT PUSKESMAS BEJI DISTRICT, AND HAS BEEN IMPLEMENTED IN MAY - JUNE 2017. THE RESEARCH DESIGN USED IS DESCRIPTIVE QUANTITATIVE WITH CROSS SECTIONAL APPROACH. THE RESULTS SHOWED THE PATIENT SATISFACTION LEVEL OF 41.8%. THE RELATIONSHIP OF PATIENT CHARACTERISTICS AND LEVEL OF SATISFACTION AND WITH THE DESIRE TO REUSE HEALTH SERVICES IS THE HIGHER THE LEVEL OF EDUCATION THE MORE CRITICAL THE ASSESSMENT OF SATISFACTION GIVEN TO THE PERFORMANCE OF HEALTH SERVICES, THE WAY OF INSURANCE DELIVERY IS MORE LIKELY TO HAVE HIGH DESIRE TO REUSE HEALTH SERVICES, THE OLDER AGE WILL BE MORE LIKELY TO HAVE HIGH DESIRE TO RE-UTILIZE HEALTH SERVICES, AND PATIENTS WHO ARE SATISFIED WITH THE PERFORMANCE OF HEALTH SERVICES TEND TO HAVE A HIGH DESIRE TO REUSE HEALTH SERVICES. KEYWORDS: CHARACTERISTICS, PATIENT SATISFACTION, REUSE OF SERVICES.
Read More
S-9487
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agil Oktora; Pembimbing: Sutanto Priyo Hastono; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Nilna Rahmi Isna
Abstrak: Sectio cesarean merupakan tindakan untuk membantu melahirkan pada Ibu hamildengan melakukan pembedahan pada dinding abdomen (laparatomi) dan dindinguterus (histerotomi). (Cunningham et, 2017). Melahirkan dengan sectio cesareandi dunia sudah melebihi batas angka yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 15%dari seluruh kelahiran disetiap Negara. Di Indonesia angka melahirkan dengansectio cesarean berdasarkan Riskesdas tahun 2018 yaitu sebesar 17%, danberdasarkan laporan data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2016 tindakansectio cesarean ringan merupakan 10 tindakan terbanyak yang dilakukan padapeserta BPJS Kesehatan. Sectio cesarean dilakukan dengan indikasi medis dantanpa indikasi medis keadaan yang menyebabkan seseorang melahirkan dengansectio cesarean tanpa indikasi medis dapat disebabkan oleh beberapa hal sepertipsikologis, takut berlebihan dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan antara karateristik peserta BPJS Kesehatan denganmelahirkan sectio cesarean tanpa indikasi medis. Dengan desain penelitian CrossSectional dan menggunakan data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2016.Sampel dalam penelitian ini yaitu dengan kriteria inklusi Ibu yang melahirkansectio cesarean dengan pada data sampel BPJS Kesehatan dan kriteria Eklusiyaitu Ibu yang melahirkan tanpa sectio cesarean. Hasil dari penelitian ini bahwaproporsi peserta BPJS Kesehatan yang melahirkan sectio cesarean tanpa indikasimedis sebesar 61,18%. Terdapat hubungan yang signifikan antara Wilayah,segmentasi peserta daan Kepemilikan tempat pelayanan kesehatan denganmelahirkan sectio cesarean tanpa indikasi medis. Sedangkan pada variabel Umurtidak terdapat hubungan dengan melahirkan sectio cesarean tanpa indikasi medis.Oleh karena itu perlu ditingkatkan pengawasan tindakan sectio cesarean yangdilakukan dirumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, dan perluditingkatan promosi terhadap masayarakat tentang bahaya sectio cesarean tanpaindikasi medis.Kata kunci:Melahirkan, Sectio Cesarean, BPJS Kesehatan
Cesarean sectio is an action to help give birth to pregnant women by performingsurgery on the abdominal wall (laparatomy) and uterine wall (hysterotomy).(Cunningham et, 2017). Childbirth with cesarean sectio in the world has exceededthe limit set by the WHO which is 15% of all births in each country. In Indonesiathe number of births with cesarean sections based on Riskesdas in 2018 is 17%,and based on the BPJS Kesehatan sample data report for 2015-2016 mildcesarean sectio measures are the 10 most actions taken on BPJS Kesehatanparticipants. Cesarean Sectio is done with medical indications and withoutmedical indication the conditions that cause a person to give birth with cesareansectio without medical indications can be caused by several things such aspsychological, excessive fear and so forth. This study aims to determine therelationship between BPJS Health participant characteristics and cesarean sectiodelivery without medical indication. With Cross Sectional research design andusing BPJS Kesehatan sample data for 2015-2016. The sample in this study wasthe inclusion criteria for mothers who gave birth to cesarean sections with theBPJS Kesehatan sample data and the exclusion criteria were mothers who gavebirth without cesarean sections. The results of this study that the proportion ofBPJS Kesehatan participants who gave birth to cesarean sectio without medicalindications was 61.18%. There is a significant relationship between regions,segmentation of participants and ownership of health care facilities and deliveryof cesarean sectio without medical indication. Whereas the age variable is notrelated to cesarean sectio birth without medical indication. Therefore, it isnecessary to increase supervision of cesarean sectio measures performed inhospitals in collaboration with BPJS Kesehatan, and it is necessary to increasepromotion of the community about the dangers of cesarean sectio without medicalindication.Keywords:Childbirth, Sectio Cesarean, BPJS Kesehatan.
Read More
S-10226
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shelly Aprilia; Pembimbing: Artha Prabawa; Lilipaly, : Besral, Angela G. Lilipaly
S-6926
Depok : FKM-UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hanifah Nurbani; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Popy Yuniar, Nuke Aliyya Tama
Abstrak: Cakupan deteksi dini kanker payudara masih rendah bahkan belum mencapai target hal ini dapat berdampak pada keterlambatan diagnosis sehingga menyebabkan prognosis yang buruk. Salah satu faktor rendahnya deteksi dini kanker payudara yaitu karena tingkat pengetahuan perempuan tentang deteksi dini kanker payudara masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang deteksi dini kanker payudara pada perempuan di DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder, menggunakan data kegiatan yang dilakukan oleh RS Dharmais dengan GAP UI 2024. Hasil penelitian tingkat pengetahuan kurang tentang deteksi dini kanker payudara pada perempuan muda (81,1%) lebih tinggi dibandingkan pada perempuan dewasa (70,8%). Analisis statistik menggunakan uji chi square ada hubungan antara pengetahuan dengan usia (p = 0,020). Perempuan muda ada hubungan antara pengetahuan dengan pendidikan (p = 0,005) dan penghasilan (p =0,002), sedangkan perempuan dewasa ada hubungan antara pengetahuan dengan pendidikan (p=0,000), pekerjaan (p=0,043) dan penghasilan (p = 0,000). 
The coverage of early breast cancer detection remains low and has not yet reached the target, which can lead to delayed diagnoses and poor prognosis. One of the factors contributing to the low rate of early breast cancer detection is the low level of knowledge among women regarding early detection methods. The objective of this study is to determine the level of knowledge about early breast cancer detection among women in DKI Jakarta. The research design used is a secondary data analysis, utilizing data from activities conducted by Dharmais Hospital in collaboration with the Gender Action Plan (GAP) of Universitas Indonesia 2024. The study results indicate that the level of insufficient knowledge about early breast cancer detection is higher among younger women (81.1%) compared to adult women (70.8%). Statistical analysis using the chi-square test revealed a significant relationship between knowledge and age (p = 0.020). Among younger women, there is a significant relationship between knowledge and education (p = 0.005) and income (p = 0.002). In contrast, among adult women, there is a significant relationship between knowledge and education (p = 0.000), employment status (p = 0.043), and income (p = 0.000).
Read More
S-11825
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mahdalena; Pembimbing: Kemal Nazzarudin Siregar
S-3465
Depok : FKM-UI, 2003
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuyun Mulyani; Pembimbing: Milla Herdayati
S-3284
Depok : FKM-UI, 2003
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Betania Ilhami Wahida Hera Wati; Pembimbing: Kemal Nazarudin Siregar; Penguji: Milla Herdayati, Sri Lestari
S-10084
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive