Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 44121 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Asih Hartanti; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Yovsyah
Abstrak:

Prevalensi Sifilis menurut data STBP Kemenkes Tahun 2011 pada 7 populasi kunci adalah sebesar 6% dimana prevalensi Sifilis tertinggi ditemukan pada Transgender Waria (25%) kemudian diikuti WPSL (10%), LSL (9%), WBP (5%), Pria Potensial Risti (4%), WPSTL (3%) dan Penasun (2%). Sifilis pada Transgender Waria meningkat 1% dari 27% pada STBP 2007 menjadi 28% pada STBP 2011 di kota yang sama. Faktor- faktor yang diduga berhubungan dengan infeksi Sifilis pada Transgender Waria antara lain : Umur, Tingkat Pendidikan, Penggunaan kondom, Penggunaan Napza Suntik, Penggunaan Hormon Suntik Silikon, Status HIV, Datang ke Layanan Klinik IMS, Konsumsi Alkohol dan Lama melakukan hubungan Seks Komersial dengan mendapat imbalan. Tujuan : Mengetahui hubungan faktor ?faktor terhadap infeksi Sifilis pada Transgender Waria. Desain studi Cross Sectional dengan sampel sebanyak 1.089 Waria secara acak dan berasal dari 5 kota besar di Indonesia melalui metode wawancara, Diagnosis Laboratorium Sifilis dilakukan dengan TPHA dan RPR. Hasil : Prevalensi Sifilis pada Transgender Waria di 5 Kota sebesar 25,25%, Faktor yang berhubungan signifikan adalah Status HIV(p=0,000), PR =2,28 (95% CI 1,78-2,92) kemudian Umur >31 tahun (p=0,000) ,PR= 1,76 (95% CI 1,36- 2,28) dan Penggunaan Hormon Suntik Silikon (p=0,012) PR=1,37 (95% CI 1,07-1,76), Tingkat pendidikan, Lamanya melakukan hubungan seks komersial dengan imbalan, Penggunaan Kondom, Konsumsi Napza Suntik, Konsumsi Alkohol dan Akses ke Layanan IMS tidak berhubungan. Kesimpulan : Faktor biologis Status HIV memiliki hubungan yang kuat PR =2,28 (95% CI 1,78-2,92)dengan Kejadian Sifilis pada Kelompok Transgender Waria di 5 Kota besar di Indonesia.


 The prevalence of syphilis according to MOH- IBBS 2007 was found at 6% in the High Risk Population. Highest prevalence was found in Transvestite (25%) followed by Direct Female Sex Worker (10%), MSM (9%), PLT (5%), High Risk Men's (4%), Non Direct Female Sex Worker (3%) and IDU (2%). Syphilis Prevalens among Transvestite increased 1% from 27% to 28 % (2007 to 2011 in the same city). Factors associated with syphilis infection in Transvestite are Age, level of Education, Condom use, Drug Injection use, Use of Silicon Injections, HIV Status, Access to STI Service Clinic, Alcohol consumption and The duration of engaging in commercial sex. Purpose: Knowing associated factors of syphilis infection on Transvestite. Design Cross sectional study with a sample of 1089 randomly Transvestite and derived from the 5 major cities in Indonesia through the interview method and Laboratory diagnosis of syphilis is performed by TPHA and RPR. Results: The prevalence of syphilis in Transvestite in 5 Cities is 25.25% and significant factors related are HIV status (p = 0.000), PR =2,28 (95% CI 1,78-2,92), Age > 31 years (p=0,000) ,PR= 1,76 (95% CI 1,36-2,28), Use of Silicon Injection Hormone p=0,012) PR=1,37 (95% CI 1,07-1,76), Low educational level, The duration of engaging in commercial sex, Condom Use, Drug Injection, Alcohol consumption and Access to STI Service Clinic are not significant related. Conclusion: HIV Status as a biological factors have a strong relation with Syphilis incidence in Transvestite group population within 5 major cities in Indonesia PR =2,28 (95% CI 1,78-2,92).

Read More
T-3680
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erlika Wati Murliani; Pembimbing: Dwi Gayatri; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Krisnawati Bantas, Trijoko Yudopuspito
T-4046
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Udin Komarudin; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono, Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yudopuspito Trijoko, Heny Lestary
Abstrak: Efektivitas penggunaan kondom dan pelicin secara terpisah saat seks anal terhadap kejadian infeksi sifilis sudah banyak diketahui, namun masih jarang dilakukan penelitian untuk melihat efek gabungan penggunaan kondom dan pelicin dalam menyebabkan Sifilis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kondom dan pelicin tambahan dengan infeksi sifilis diantara populasi kunci waria. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional menggunakan data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) Kementerian Kesehatan RI tahun 2015. Sampel yang dianalisis pada penelitian ini berjumlah 759 setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis multivariat menggunakan uji cox regresi. Hasil penelitian didapatkan proporsi infeksi sifilis sebesar 18,05%. Analisis multivariat menunjukkan penggunaan kondom dan pelicin tambahan berasosiasi dengan kejadian infeksi sifilis (PR=1,76 95%CI=0,83-3,76), waria yang tidak menggunakan kondom dan tidak menggunakan pelicin tambahan berisiko 1,76 kali untuk mengalami sifilis. Perlu terus dikampanyekan pentingnya penggunaan kondom dan pelicin tambahan berbahan dasar air saat seks anal kepada waria dan pelanggannya untuk menurunkan kejadian infeksi sifilis.
Read More
T-5656
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Selma Eliana Karamy; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yovsyah, Rizky Hasby
Abstrak:
Infeksi klamidia merupakan salah satu infeksi menular seksual yang paling umum terjadi secara global. WPS, terutama di daerah perkotaan, menghadapi risiko infeksi yang lebih tinggi karena lingkungan kerja serta gaya hidup yang berisiko. Jakarta merupakan kota yang memiliki karakteristik kosmopolitan dan perkotaan dengan industri seks yang aktif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2018-2019. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Ukuran asosiasi yang digunakan adalah prevalence ratio (PR). Dari 283 WPS yang dilibatkan dalam penelitian, positivity rate infeksi klamidia di Kota Jakarta Barat mencapai 42.8%. Berdasarkan analisis bivariat, Faktor risiko yang signifikan terhadap infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat meliputi usia yang lebih muda, status cerai, dan jumlah pelanggan per minggu sebanyak ≥ 5 orang. Lama bekerja selama ≥ 10 tahun juga menjadi faktor signifikan yang bersifat protektif. Tingginya angka infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat menekankan perlunya memperkuat penjangkauan kepada WPS untuk memberi informasi dan edukasi mengenai IMS dan menganjurkan WPS agar melakukan pemeriksaan secara rutin, terutama bagi WPS yang berusia muda.

Chlamydia is one of the most common sexually transmitted infections globally. Female sex workers (FSW), especially in urban areas, face a higher risk of infection due to their risky work environment and lifestyle. Jakarta is a city that has cosmopolitan and urban characteristics with an active sex industry. This research was conducted to determine the factors associated with the incidence of chlamydia infection among FSWs in West Jakarta. The research was conducted using a cross-sectional design by analyzing data from the 2018-2019 Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS). The data were analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Prevalence ratio (PR) was used as the measure of association. Of the 283 FSWs involved in the study, the positivity rate of chlamydia infection in West Jakarta reached 42.8%. Based on the bivariate analysis, significant risk factors for chlamydia infection among FSWs in West Jakarta include younger age, divorced status, and having ≥ 5 customers per week. Length of work for ≥ 10 years is also a significant factor that is protective. The high rate of chlamydia infection among FSWs in West Jakarta highlights the need to increase outreach to FSWs in order to educate them about STIs and encourage them to perform regular screenings, especially for young FSWs.
Read More
S-11244
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Wahyu Setianingsih; Pembimbing: Syahrizal Syarif; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Sarikasih Harefa
S-9646
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yuniar Sinta Dewi; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Renti Mahkota, Nurhalina Afriana
S-9608
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Prima Kartika Esti; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji : Ratna Djuwita, Mondastri Korib Sudaryo, Helen Dewi Prameswari
Abstrak:

ABSTRAK

Latar belakang: Epidemi HIV secara global masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Pada tahun 2011 terdapat 2.5 juta (2.2 – 2.8 juta) kasus baru infeksi HIV di seluruh dunia, dengan kamatian karena AIDS mencapai 1.7 juta jiwa. Penularan infeksi HIV di Indonesia saat ini terutama melalui hubungan seks heteroseksual terutama terjadi dari WPS kepada pelanggan seks komersial, yaitu kelompok lelaki berperilaku risiko tinggi. Populasi ini merupakan jembatan penularan infeksi HIV (bridging population) dari populasi risiko tinggi ke populasi umum. Data menunjukkan jumlah laki-laki di Indonesia yang menjadi klien WPS lebih banyak dibandingkan pengguna napza suntik dan kelompok MSM (men who have sex with men). Prevalensi HIV pada kelompok LBT meningkat 7 kali lipat dari 0.1% (STBP 2007) menjadi 0.7% (STBP 2011). Keberadaan IMS meningkatkan kemudahan seseorang terkena infeksi HIV. Sebagian besar IMS akan menimbulkan peradangan dan kerusakan jaringan kulit/selaput lendir genital yang memudahkan masuknya HIV. Infeksi menular seksual dengan gejala ulkus genital, misalnya sifilis, menyebabkan kemudahan terkena infeksi HIV meningkat 4 – 6 kali. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor perilaku seks yang berhubungan dengan infeksi HIV dengan mempertimbangkan penyakit sifilis sebagai efek modifikasi, pada populasi LBT 12 kabupaten/kota di Indonesia.

Metode: cross sectional, analisis data hasil STBP 2011.

Hasil: Prevalensi HIV pada LBT sebesar 0.7%, LBT dengan perilaku seks berisiko rendah sebesar 91.5%. Perilaku seks risiko tinggi terdapat pada 6.6% LBT dan 1.9% di antaranya berperilaku seks risiko sedang. Prevalensi LBT yang mengaku setia pada pasangan sebesar 49.8%. Kejadian infeksi HIV berhubungan secara signifikan dengan riwayat hubungan seks dengan WPS, setia pada pasangan, jumlah WPS dalam 1 tahun terakhir, penggunaan napza suntik, serta keluhan IMS. Keberadaan sifilis tidak memodifikasi efek perilaku seks terhadap infeksi HIV, karena kejadiannya kecil. Pada analisis multivariat didapat perilaku seks yang berisiko untuk tertular HIV adalah pernah berhubungan dengan WPS memiliki risiko tertular HIV dengan OR 2.113(0.883-5.052) dan pernah berhubungan dengan casual partner memiliki OR sebesar 1.347(0.506-3.589) setelah dikontrol dengan variabel penggunaan napza suntik dan keluhan IMS.


ABSTRACT

Background: Global HIV epidemic still reveal serious public health issue. In 2011 there was 2.5 million (2.2 – 2.8 million) HIV new cases worldwide with mortality reach 1.7 million people. Heterosexual transmission of HIV in Indonesia mainly occurs from FSW to their clients, which is identifying as high risk men (HRM). HRM population is HIV transmission bridging population from high to low risk population. Data shows FSW’s clients amounted much more than the IDUs or MSM. HIV prevalence in HRM had been increased 7 times from 0.1% (IBBS 2007) to 0.7% (IBBS 2011). The presence of STD increases risk of HIV infection, so that STD is believed as HIV infection cofactor. Most STD caused inflammation and genital mucosa/skin damage which make HIV infection easier. Genital ulcer disease, such as syphilis, raised HIV infection 4-6 times. This study aims to see sexual behavior effect on HIV infection with regard of syphilis as modification effect on HRM population in 12 districts in Indonesia.

Method: Cross sectional. The IBBS 2011 data analyses.

Result: HIV prevalence among HRM amounted 0.7%. Of 91.5% HRM have low risk of sexual behavior, 1.9% medium risk, and 6.6% experience high risk sexual behavior. 49.8% HRM was faithful. There was significant association between HIV infection and having sex with FSW, faithfulness, the amount of FSW in 1 year, injecting drug user, and the presence of STI symptoms. The presence of syphilis has not modified the association between sexual behavior and HIV infection, statistically. Multivariate analyses founded that having sex with FSW and/or casual partner were risky sexual behavior with OR of being infected by HIV were 2.113(0.883-5.052) and 1.347(0.506-3.589) respectively, after being controlled with variables injecting drug user and the presence of STI symptoms.

Read More
T-4011
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Candrawati Mutmainah; Pembimbing: Nuning Maria Kiptiyah; Penguji: Korib Mondastri Sudaryo, Viny Sutriani
S-8748
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Marta Butar Butar; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Renti Mahkota, Victoria Omdra, Nurhayati
Abstrak:

ABSTRAK Nama :  Marta Butar Butar Program Studi         :   Epidemiologi Judul                  :   Prediktor Kejadian Infeksi Sifilis Pada Populasi Lelaki Suka Seks dengan Lelaki (LSL) di 10 Kabupaten/Kota Di Indonesia (Analisis Data STBP 2015) Latar Belakang : Berdasarkan angka kejadian sifilis pada kelompok LSL yang tercatat pada STBP Tahun 2011 cenderung meningkat sebesar 9 % (dari 4% menjadi 13%) dibandingkan STBP Tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis prediktor kejadian sifilis pada populasi LSL yaitu umur, tingkat pendidikan, status HIV, penggunaan kondom, konsumsi Napza/Napza suntik, konsumsi alkohol, jumlah pasangan seks dan pemeriksaan IMS. Metode : Desain Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder dari STBP 2015. Data di analisis dengan Cox regresion. Populasi penelitian yaitu kelompok LSL yang berasal dari 10 kabupaten/kota dengan jumlah sampel responden yaitu 1495 orang. Hasil : Proporsi infeksi Sifilis pada kelompok LSL pada 10 kabupaten/kota di Indonesia adalah 15,7%. Ada hubungan yang bermakna antara status HIV (PR 2,05 (95% CI 1,58-2,66), Umur (20-24 tahun (PR 2,45, 95% CI 1,07-5,64), 25-29 tahun (PR 3,01, 95% CI 1,30-6,95), > 30 tahun (PR 2,42, 95% CI 1,04-5,65) dibandingkan LSL umur 15-19 tahun) dengan kejadian infeksi sifilis pada LSL dan ada interaksi antara alkohol dan pendidikan (LSL berpendidikan rendah yang minum alkohol (PR Interaksi 0,47 95% CI 0,23-0,96), LSL berpendidikan rendah tidak minum alkohol (PR Interaksi 1,34 95% CI 0,94-1,90) dan LSL berpendidikan tinggi yang minum alkohol (PR Interaksi 1,4 95% CI 1,03-1,90) dibandingkan LSL yang berpendidikan tinggi yang tidak minum alkohol) dengan kejadian infeksi sifilis pada LSL sedangkan penggunaan kondom, Napza/Napza suntik, jumlah pasangan seks lelaki dan pemeriksaan IMS tidak berhubungan secara statistik dengan nilai p > 0,05 dengan kejadian sifilis. Kata kunci : Prediktor, sifilis, Lelaki Suka Seks dengan Lelaki

ABSTRACT Name :     Marta Butar Butar Program Major     :     Epidemiology Title                     :     Predictors of Syphilis Infections In Population of Male Who Have Sex With Men (MSM) in 10 Districts / Cities In Indonesia (Data analysis STBP 2015) Background  :   Based on the incidence of Syphilis in delayed groups of MSM in STBP 2011 the symptoms increased by 9% (from 4% to 13%) compared to STBP Year 2007. The purpose of this study was predictors of syphilis infection in MSM population, age, education level, HIV status, Condoms, intake / drug consumption, alcohol consumption, number of sex partners and STI examination. Method: The cross sectional study design used secondary data from STBP 2015. The data were analyzed by Cox regression. The population of the study were MSM group from 10 districts / cities with 1495 respondents Results: The proportion of Syphilis infections in MSM in 10 districts / cities in Indonesia was 15.7%. There was a significant relationship between HIV status (PR 2.05 (95% CI 1.58-2.66), Age (20-24 years (PR 2.45, 95% CI 1.07-5.64), 25 29 years (PR 3.01, 95% CI 1.30-6.95),> 30 years (PR 2.42, 95% CI 1.04-5.65) compared with men aged 15-19 years) with syphilis infection in MSM and there is an interaction between alcohol and education (low educated MSM who drink alcohol (PR Interaction 0.47 95% CI 0.23-0.96), low educated MSM who not drink alcohol (PR Interaction 1.34 95 % CI 0.94-1.90) and high educated MSM who drink alcohol (PR Interaction 1,4 95% CI 1.03-1.90) than high educated MSM who not drink alcohol with syphilis infection in MSM while condom use, drug/ injecting drug, number of male sex partners and STI examination were not statistically correlated (p> 0,05) with syphilis infection. Keywords: Predictors, syphilis, Men Sex With Men


 

Read More
T-4874
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Tubianto Anang Zulfikar; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, I Nyoman Kandun
T-3297
Depok : FKM UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive