Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ummi Khairun Niswah; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful, Tris Eryando; Penguji: Besral, Yekti Widodo, Dakhlan Choeron
Abstrak: ABSTRAK Pendahuluan: Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) adalah komposit indeks malnutrisi yang dibagi menjadi tujuh indikator. Faktor risiko kejadian CIAF diantaranya ASI eksklusif, desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI), jamban sehat, posyandu aktif, kemiskinan, tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu balita. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh terhadap secara lokal dan secara global dan mengetahui perbedaan faktor yang menjadi prediktor CIAF di setiap kabupaten/kota Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Analisis penelitian menggunakan analisis spasial menggunakan MGWR. Hasil: Hasil analisis F hitung < F tabel (0,47 < 2,25) sehingga tidak ada variasi spasial di Kalimantan namun ada variabel yang signifikan di wilayah lokal atau per kabupaten/kota yaitu pendidikan ibu yang rendah dan posyandu aktif thitung > t tabel (0,025;49 = 2,009). Nilai R-square pemodelan MGWR sebesar 52.56% sehingga model ini cukup dalam menggambarkan variasi CIAF di Kalimantan. Kesimpulan: Variabel yang berpengaruh secara spasial di kabuaten/kota adalah variabel tingat pendidikan ibu yang rendah dan posyaandu aktif sedangkan hasil analisis di Kalimantan tidak ada variasi spasial. Faktor tingkat pendidikan ibu yang rendah dan posyandu aktif yang menjadi prediktor kejadian CIAF secara lokal. Tingkat pendidikan ibu signifikan diseluruh kabupaten/kota, sedangkan posyandu aktif signifikan di 14 kabupaten/kota. Kata kunci: CIAF, malnutrisi, MGWR, spasial Background: The Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) is a composite index of malnutrition that is divided into seven indicators. Risk factors of CIAF are exclusive breastfeeding, Universal Child Immunization (UCI) villages, avaibility of latrines, poverty, maternal education level, active integrated service post, and employment status of toddler mothers. This study was conducted to determine the variables that affect lokally and globally and to know the differences in factors that predict CIAF in each district that affect spatial malnutrition incidence in infants. Method: This study used a quantitative approach using cross sectional study design. The research analysis used spatial analysis using MGWR. Results: The result of F value < F table (0,47 <2,25), there is no spatial variability in Kalimantan but there are significant variables in lokal area (i.e., low maternal education and active integrated service post (t value> t table 0.025; 49 = 2,009). MGWR analysis for CIAF resulted in a 52.56% so this model is strong to describe the variation of CIAF in Kalimantan Conclusion: The variables that have spatial variability in lokal area are low education maternal education variable and active active integrated service post, while analysis result in Kalimantan no spatial variability. Factors of low level of maternal education and active integrated service post, become predictors of CIAF incidence. Maternal education level is significant across districts, while avtive integrated service post is significantly active in 14 district /municipalities. Keywords: CIAF, malnutrition, MGWR, spatial
Read More
T-5371
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dini Indrastuty; Pembimbing: Pujiyanto; Vetty Yulianty Permanasari; Penguji: Kurnia Sari, Wahyu Pudji Nugraheni, Dakhlan Choeron
Abstrak: Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, tempat tinggal, sanitasi pembuangan kotoran manusia dan pendapatan rumah tangga memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian balita stunting. Dampak stunting terhadap pendidikan anak ketika dewasa sebesar 2,3%, dampak stunting terhadap status pekerjaan sebesar 3,7% dan dampak stunting terhadap status ekonomi sebesar 8,3%.
Read More
T-5610
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sarah At Tauhidah; Pembimbing: Adang Bachtiar; Penguji: Anhari Achadi, Vetty Yulianty Permanasari, Dakhlan Choeron, Dewi Damayanti
Abstrak: Permasalahan gizi di Indonesia masih merupakan pekerjaan rumah yang besar, dimana menurut Riskesdas tahun 2018 menunjukkan 17,7% balita di Indonesia masih bermasalah dengan status gizinya. Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 yang terjadi berdampak secara langsung terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya pelayanan gizi. Dengan berbagai regulasi maupun kebijakan yang bergulir di masa pandemi, salah satunya pembatasan pelayanan, evaluasi pada pelaksanaannya harus ada dan sigap untuk disikapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita di masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere. Desain penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Kerangka konsep mengacu pada model proses implementasi kebijakan Van Matter dan Van Horn dengan pendekatan critical thinking analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita belum terlaksana dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan masalah gizi yang cukup signifikan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere selama masa pandemi. Selain itu mayoritas programnya pun belum memenuhi capaian target tahunan. Hasil analisa kausalitas di masing-masing variabel ditemukan jika ketakutan dan kekhawatiran ibu, kurangnya sumber daya, baik tenaga kesehatan dan sarana prasarana, serta kurangnya pemahaman para pelaksana merupakan faktor paling menonjol yang mempengaruhinya. Namun dengan segala keterbatasan yang ada, Kader Posyandu Pangkalan Jati Baru dinilai sebagai pelaku positive deviance dan Posyandu Keliling sebagai creative action yang selanjutnya memungkinkan untuk diaplikasikan di daerah lain. Penelitian ini menghasilkan 3 rekomendasi utama. Untuk jangka pendek, rekomendasi rekruitmen tenaga kesehatan. Untuk jangka menengah, rekomendasi pemanfaatan teknologi informasi. Untuk jangan Panjang, rekomendasi pembangunan penambahan Puskesmas baru (Unit Pelaksana Fungsional)
Read More
T-6065
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lea Morry Br Ginting; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: R. Sutiawan, Dakhlan Choeron
Abstrak: Puskesmas Berastagi dan Puskesmas Tiga Panah merupakan beberapa dari Puskesmas yang ditemukan ketidaksambungan data, tidak kredibel di Kabupaten Karo. Risiko dari data yang tidak kredibel adalah tidak bisa mengetahui besarnya masalah yang sesungguhnya sehingga tidak bisa memonitor, mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan program. Pukesmas Berastagi dan Tiga Panah menerima pelaporan KIA dari Bidan di Desa. Oleh karena itu diperlukan adanya evaluasi sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan ibu dan anak untuk melihat data kesehatan ibu dan anak yang ada di Puskesmas Berastagi dan Tiga Panah terutama pelaporan data dari Bidan di Desa. Penelitian ini merupakan peneltian kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Read More
S-10567
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dakhlan Choeron; Pembimbing: Iwan Ariawan; Penguji: Tris Eryando; Artha Prabawa, Lukas C. Hermawan, Boga Hardana
T-4227
Depok : FKM-UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dakhlan Choeron; Pembimbing: Dian Ayubi; Penguji: Evi Martha, Beni Hendril
S-5876
Depok : FKM UI, 2010
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Era Oktalina; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Asih Setiarini, Martya Rahmaniati, Kurnia Agustini, Dakhlan Choeron
Abstrak: Salah satu masalah kekurangan gizi pada balita yang menjadi prioritas utama adalahstunting. Stunting pada balita diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis mulai dari awalperkembangan dimana konsekuensinya bersifat permanen. Permasalahan stunting dapatmenimbulkan efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasukberkurangnya perkembangan kognitif, fisik, kemampuan produktif dan kesehatan yangburuk, serta peningkatan risiko penyakit degeneratif. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita diProvinsi Sumatera Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunderPemantauan Status Gizi Provinsi Sumatera Barat dengan desain penelitian crosssectional dan jumlah sampel 6421 balita. Pengolahan dan analisis data menggunakan ujichi-square (bivariat) dan uji regresi logistik ganda model prediksi (multivariat). Hasiluji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur balita, jeniskelamin, tinggi badan ibu, pendidikan ibu, jumlah anggota rumah tangga dan wilayahtempat tinggal dengan stunting pada balita. Umur balita merupakan faktor yang palingdominan dengan kejadian stunting pada balita. Disarankan adanya dukungan kebijakanpeningkatan anggaran program perbaikan gizi masyarakat dalam upaya penanggulanganmasalah stunting dan menyusun kegiatan program sesuai dengan kebutuhan di lapanganserta memperhatikan kebutuhan gizi anak sesuai dengan tahapan umur.Kata kunci: Stunting, Balita 0-59 bulan, Sumatera Barat
One of the nutritional problems in children under five is the main priority is stunting.Stunting in toddlers is caused by chronic malnutrition from the beginning ofdevelopment where the consequences are permanent. Stunting problems can have long-term effects on individuals and communities, including reduced cognitive, physical,productive and poor health, and an increased risk of degenerative diseases. The purposeof this study was to determine factors related to stunting incidence in toddlers in WestSumatera Province in 2017. This study uses secondary data Monitoring Nutrition Statusof West Sumatera Province with cross sectional study design and 6421 children underfive years old. Processing and data analysis using chi-square test (bivariate) andmultiple logistic regression test prediction model (multivariate). The result of statisticaltest shows that there is a significant relationship between toddler age, sex, mother'sheight, mother education, number of household member and residence area withstunting in children. Toddler age is the most dominant factor with stunting incidence intoddlers. It is recommended to support the improvement of public nutritionimprovement program budget in the effort to overcome the problem of stunting andarrange the program activity according to the need in the field and pay attention to thenutritional requirement of children according to the age stage.Keywords: Stunting, Toddler 0-59 month, West Sumatera.
Read More
T-5416
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yolanda Handayani; Pembimbing: Martya Rahmaniati Makful, Tris Eryando; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Triseu Setianingsih, Dakhlan Choeron
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Yolanda Handayani Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Biostatistik Judul : Stunting pada Anak Usia di Bawah 2 Tahun di 3 Provinsi Sulawesi Tahun 2017 dengan Pendekatan Spasial Pembimbing : Dr. Martya Rahmaniati, S.Si., M.Si Pendahuluan: Seribu hari pertama kehidupan merupakan momentum kritis yang akan menentukan kualitas generasi masa depan suatu bangsa. Hal ini karena perlunya gizi terbaik berupa asupan gizi selama kehamilan, serta ASI dan makanan yang tepat sesuai umur untuk perkembangan otak anak. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Analisis penelitian ini yaitu analisis prediksi menggunakan regresi logistik dan analisis spasial menggunakan GWR. Sampel penelitian ini berjumlah 2.232 individu dan 25 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan variabel suplementasi besi folat ibu, suplementasi vitamin A baduta usia 7-23 bulan, menyusui bayi usia 0-6 bulan dan pemberian MP–ASI baduta usia 7-23 bulan membentuk model prediksi. Model lokal spasial dibentuk oleh ibu hamil yang tidak suplementasi besi folat, baduta usia 7-23 bulan yang tidak mendapatkan MP–ASI, bayi usia 0-6 bulan yang tidak ASI Eksklusif dan bayi yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, serta variabel persalinan tidak dibantu tenaga kesehatan menjadi model global spasial. Kesimpulan: Ibu hamil yang tidak suplementasi besi folat, baduta usia 7-23 bulan yang tidak mendapatkan MP–ASI, bayi usia 0-6 bulan yang tidak ASI Eksklusif dan bayi yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan akan memicu 58% kejadian stunting di 3 Provinsi Sulawesi, di mana variabel ibu hamil yang tidak mendapatkan suplementasi besi folat berhubungan secara statistik di 8 kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah. Oleh karena itu, diperlukan intervensi tambahan berupa suplementasi besi folat ibu hamil selain intervensi persalinan dibantu tenaga kesehatan di 8 kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah. Kata kunci: stunting, spasial, GWR


ABSTRACT Name : Yolanda Handayani Study Program : Public Health Sciences Biostatistics Specialization Title : Stunting in Child Under 2 Years of Age in 3 Sulawesi Province in 2017 with A Spatial Approach Counsellor : Dr. Martya Rahmaniati, S.Si., M.Si Background: The first thousand days of life is a critical momentum that will determine the quality of future generations of a nation. This is due to the need for the best nutrition for children in the form of nutritional intake during pregnancy and breast milk foods that are age-appropriate for the child's brain development. Method: This study uses a quantitative approach using a cross sectional study design. The analysis of this study is prediction analysis using logistic regression and spatial analysis using GWR. The sample in this study are 2,232 individuals and 25 districts in Central Sulawesi, Southeast Sulawesi and West Sulawesi. Results: The results showed variable maternal folate supplementation, supplementation of vitamin A baduta aged 7-23 months, breastfeeding infants aged 0-6 months and give complementary food baduta aged 7-23 months making predictive models. The spatial local model is made by pregnant women who are not iron folate supplementation, those aged 7-23 months who do not get complementary food, infants aged 0-6 months who are not exclusive breastfeeding and babies who are not health care, and labor-dependent variables are not supported health becomes a global spatial model. Conclusion: Pregnant women who are not iron folate supplementation, those aged 7-23 months who do not get complementary food, infants aged 0-6 months who are not exclusive breastfeeding and babies who do not receive health services will trigger 58% of the incidence of stunting in 3 Sulawesi provinces, in where the variable of pregnant women who did not receive iron folate supplementation was statistically related in 8 districts of Central Sulawesi Province. Therefore, additional intervention is needed in the form of iron folate supplementation for pregnant women in addition to labor interventions assisted by health workers in 8 districts of Central Sulawesi Province. Keywords: stunting, spasial, GWR

Read More
T-5702
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nur Khanifah; Pembimbing: Putri Bungsu; Penguji: Lhuri Dwianti R., Dakhlan Choeron
S-9862
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ike Kurnia; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Ella Nurlaella Hadi, Sabarinah, Dakhlan Choeron, Emi Nurjasmi
Abstrak:

Tesis ini membahas keterkaitan persiapan orang tua pada keluarga childbearing terhadap kejadian stunting di Kabupaten Solok yang ada di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2024 untuk mencari hubungan dan penjelasan mengenai kemungkinan faktor risiko terjadinya kasus stunting. Metode penelitian kuantitatif dengan desain kasus kontrol (case control). Pengumpulan data primer dilakukan di komunitas melalui wawancara menggunakan kuesioner. Sampel penelitian ini adalah 184 orang ibu anak balita usia 24-59 bulan yang terdiri dari 92 orang ibu anak stunting dan 92 orang ibu anak tidak stunting di Kabupaten Solok, menggunakan teknik sampling acak bertingkat (multi-stage sampling) tahap dua. Pengolahan data melalui tahap editing, coding, processing, dan cleaning. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa persiapan orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting (p=0.05) di Kabupaten Solok. Orang tua dengan persiapan yang kurang baik memiliki peluang 2,92 kali lebih tinggi untuk memiliki anak stunting (OR=2.92 95% 1.38-6.19) dibandingkan orang tua dengan persiapan yang baik. Variabel karakteristik sosial demografi ibu yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah faktor tingkat pendidikan ibu (p=0.008) serta Tingkat kesejahteraan keluarga KS III dan III plus (p=0.049). Ibu yang hanya menempuh pendidikan hingga jenjang SMP atau kurang berpeluang 2,26 kali lebih tinggi untuk memiliki anak stunting (OR=2.26 95% 1.24-4.10). Ibu yang berada di Keluarga Sejahtera III dan III plus berpeluang 0,45 kali lebih tinggi untuk memiliki anak tidak stunting (OR=0.45 95% 0.20-1.00). Sedangkan faktor umur ibu saat melahirkan, riwayat kehamilan, interval persalinan, tingkat kesejahteraan keluarga, status tempat tinggal, dan status sanitasi tempat tinggal tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Tingkat pendidikan ibu dan status sanitasi tempat tinggal merupakan variabel confounding hubungan persiapan orang tua dengan kejadian stunting. Dengan tingkat pendidikan ibu dan status sanitasi tempat tinggal yang serupa, orang tua dengan persiapan kurang baik berpeluang 2,82 kali lebih tinggi memiliki anak stunting (OR=2.82 95% 1.282-6.218).


This thesis discusses the relationship between parental preparation in childbearing families and the incidence of stunting in Solok Regency, West Sumatra Province in 2024 to find relationships and explanations regarding possible risk factors for stunting cases. Quantitative research method with case-control design. Primary data collection was conducted in the community through interviews using questionnaires. The sample of this study was 184 mothers of toddlers aged 24-59 months consisting of 92 mothers of stunted children and 92 mothers of non-stunted children in Solok Regency, using a second-stage multi-stage sampling technique. Data processing through editing, coding, processing, and cleaning stages. Data analysis was carried out univariately, bivariately and multivariately.  This study found that parental preparation had a significant relationship with the incidence of stunting (p = 0.05) in Solok Regency. Parents with poor preparation have a 2.92 times higher chance of having stunted children (OR=2.92 95% 1.38-6.19) compared to parents with good preparation. The socio-demographic characteristics of mothers that are related to the incidence of stunting are the mother's education level (p=0.008) and the family welfare level of KS III and III plus (p=0.049). Mothers who only have education up to junior high school level or less have a 2.26 times higher chance of having stunted children (OR=2.26 95% 1.24-4.10). Mothers who are in Family Welfare III and III plus have a 0.45 times higher chance of having non-stunted children (OR=0.45 95% 0.20-1.00). Meanwhile, the factors of mother's age at delivery, pregnancy history, delivery interval, family welfare level, residential status, and residential sanitation status are not related to the incidence of stunting. The level of maternal education and the sanitation status of the residence are confounding variables in the relationship between parental preparation and the incidence of stunting. With similar levels of maternal education and sanitation status of the residence, parents with poor preparation are 2.82 times more likely to have stunted children (OR=2.82 95% 1,282-6,218).

Read More
T-7366
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive