Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Suhardiman; Pembimbing: Ratna Djuwita Hatma
S-3139
Depok : FKM UI, 2003
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dadi Suhardiman; Pembimbing: Sujana Jatiputra
S-2184
Depok : FKM UI, 2001
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Euis Rahayuningsih; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Toha Muhaimin, Ratna Djuwita, Janne Uktolseja, Suhardiman
T-3551
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dadi Suhardiman; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto, I Made Djaja; Penguji: Dewi Susanna, Wan Alkadri, Iid Rochendi
T-2389
Depok : FKM UI, 2006
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Kristina; Pembimbing: I Made Djaja; Penguji: Yovsyah, Suhardiman
S-6533
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eko Handoyo; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji, Abdur Rahman, Suhardiman
Abstrak: Sumber utama pencemaran perkotaan adalah transportasi. BTX (Benzene,Toluene dan Xylene) adalah merupakan agen pencemar polutan udara kegiatan transportasi yang berbahaya bagi kesehatan. Petugas pintu tol merupakan kelompok berisiko tinggi terpajan BTX. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kesehatan akibat pajanan BTX pada petugas pintu tol kebun jeruk Jakarta barat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian gardu pintu tol rata-rata konsentrasi (mean+SD) benzena sebesar 0,00167+0,000056 mg/m3, Toluena sebesar 0,00124+0.000049 mg/m3 dan Xylena sebesar 0,00147+0,000063 mg/m3sedangkan pada kantor administrasi konsentrasi tidak terdeteksi oleh alat (MethodDetection Limit). Rata-rata RQ benzene 0,007, toluene 0,00003 dan xylene 0,002pada petugas tol lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata RQ benzene 0,002,toluene 0,00001 dan xylene 0,007 petugas administrasi. Kesimpulan bahwa risiko nonkarsinogenik BTX semua pekerja memilikiRQ≤1. Risiko kesehatan nonkarsinogenik dan karsinogenik untuk seluruh pekerjadi gerbang pintu tol kebun jeruk pada saat ini belum menunjukkan adanya risiko.Namun demikian, tindakan pencegahan tetap perlu dilakukan dalam rangkapengendalian risk agent tersebut di masa yang akan datang.
Kata Kunci :Pintu Tol, Benzena, Toluena, Xylena, Risiko kanker, Risiko NonKanker.
The main sources of urban pollution is transportation. BTX (Benzene,Toluene and Xylene) is an air pollutant pollutant agent transport activities that areharmful to health. Worker in toll gate is high risk groups exposed to BTX.Design of this study is cross-sectional with Environmental Health RiskAnalysis approach to determine the magnitude of health risks due to exposure tobenzene, toluene and xylene in the Kebun Jeruk toll gate, west Jakarta.The results showed that at the toll collectors average concentration(mean+SD) was : benzene 0.00167+0.000056 mg/m3, toluene 0.00124+0.000049mg/m3 and xylene 0.00147+0,000063 mg/m3. while at the administrative officewas not detected (Minimum Detection Limit). The average RQ collector workersof benzene was 0.007, toluene was 0.00004, xylene was 0.002, & Atadministrative officer RQ of benzene was 0.002, toluene was 0.00001, xylene was0.0006 lower than the average of worker toll gate.In conclusion, the risk of all workers have the RQ ≤ 1. Noncarcinogenicand carcinogenic health risks to all workers at the kebun jeruk toll gate at thispoint have not shown any risk yet. Nevertheless, protections is needed in order tocontrol the risk of the agent in the future.
Keywords: Toll Gate, Benzene, Toluene, xylene, Health Risk Analysis, Risk ofcancer, Non-Cancer Risk.
Read More
S-8282
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suhardiman; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Bambang Wispriyono, A.Y.G. Wibisono, Heri Iskandar
Abstrak:

Cakupan pelayanan air minum di Indonesia masih rendah, hanya 40% masyarakat di perkotaan dan kurang dari 30% masyarakat pedesaan yang tersambung dengan jaringan air minum PDAM. Data kualitas air bcrsih di Kota Tangerang dari tahun 2004-2006 menunjukkan penurunan kuaiitas kimia rnaupun bakteriologis. Air dapat berperan sebagai transmisi penularan suatu penyakit seperti diare, melalui kumau-kurnan yang ditularkan lewat jalur air (waier borne disease) atau jalur peralatan yang dicuci dengan air (water washed disease). Di Kota Tangerang tahun 2005 diarc mencrnpati urutan ketiga untuk golongan urnur 1-4 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi diare adalah lingkungan, status gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Tujuan penclitian ini untuk rnelihat apakah kejadian diare pada balita disebabkan oleh karena kualitas air minum yang secara bakteriologis tidak memenuhi syarat dcngan mnnggunakan desain penelitian kasus kontrol. Unit analisis penelitian ini adalah balita usia 9-59 bulan dengan total hesar sampel untuk kasus dan kontrol adalah 250. Teknik pengambilan sampel secara quota, dimana dari 25 Puskesmas yang ada setiap Puskesmas hanya diarnbil 5 kasus dan 5 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara E. coli dalam air minum dengan kejadian diarc pada balita. Variabel kondisi jamban keluarga sebagai confounding. Keberadaan E. coli dalam air minum berhubungan secara signiiikan dengan kejadian diare pada balita setelah dikontrol oleh variabel kondisi jamban keluaxga. Disarankan perlu diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara penoegahan diare yaitu dengan melakukan pemeliharaan sumber air bersih, jamban keluarga dan hygiene perorangan khususnya cuci tangan serta selalu mcmasak air bersih sampai mendidih sebelum dikonsumsi sebagai air minum dan mcncuci Serta merebus botol dan tempat makan/minum balita.


Drinking water coverage in Indonesia is quite low, only 40% urban resident and less than 30% village resident that connected with drinking water system. Clean water quality data at Tangerang City from 2004 - 2006 shows chemical and bactcriology quality reduction. Water could'act as infection transmission of certain disease such as diarrhea through germs from water trail (water borne disease) or equipment trail washed with water (water washed disease). At Tangerang City year 2007 diarrhea located on third place for 1 - 4 years old group age. Factors affecting diarrhea are environment, nutrition status, residence, education, social economy condition and public behavior. This research aim to observe diarrhea cases in toddlers caused by drinking water quality as bacteriology is not fulfilling prereqnirement. This research is using case control research design. Research analysis unit is toddlers? age of 9 - 59 months with total sample for case and control as much as 250. Sample gathering technique performed as quota, where fiom 25 Puskesmas in every Puskesmas only took 5 cases and 5 controls. Research result shows that there is relation between E. coli in drinking water and diarrhea on toddlers. Variable of family toilet condition is confounding. E coli in drinking water as significantly related with diarrhea on toddlers after controlled by variable of family toilet condition. Suggested need counseling to public toward diarrhea prevention, maintain hygiene water source and family toilet and individual hygiene especially rinse. Also suggested to boil hygiene water until boiled before consumed as drinking water, washing and boiling bottle and toddlers lunch I box/drinking bottle.

Read More
T-2527
Depok : FKM UI, 2007
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive