Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nursania; Pembimbing: Abdur Rahman; Penguji: Dewi Susanna, Sukanda
S-4128
Depok : FKM UI, 2005
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Septiria Irawati; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Zakianis. Sukanda
S-6929
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Erna Sofiana; Pembimbing: Bambang Wispriyono; Penguji: Zakianis, Sukanda
S-7257
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fany Saymona Fauzi; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Budi Hartono, Sukanda
Abstrak: Berdasarkan pengujian parameter boraks dan formalin yang dilakukan BadanPengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2011 terhadap Pangan JajananAnak Sekolah (PJAS), terdapat 94 (2,93%) yang mengandung boraks dan 43(1,34%) mengandung formalin. Kantin yang berada di lingkungan kampusmemiliki potensi besar untuk melakukan praktik kecurangan penggunaan bahantambahan pangan. Menggunakan desain penelitian cross sectional dan pengujiansecara kualitatif di laboratorium. Pemeriksaan kandungan bahan kimia padamakanan, peneliti melakukan pemeriksaan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPAUniversitas Indonesia. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji laboratorium boraks danformalin pada makanan sebanyak 77 sampel di dapatkan hasil 3 sampel makananpositif mengandung bahan kimia boraks dan 69 sampel makanan yang positifmengandung bahan kimia formalin. responden dengan tingkat pengetahuankurang (≤ 55%) dengan makanan yang positif mengandung bahan kimia formalinadalah sebanyak 60 (93,8%) dan negatif formalin hanya sebanyak 4 (6,3%).Sedangkan pada tingkat pengetahuan baik (>55%) di dapatkan hasil positifmakanan yang mengandung formalin sebanyak 9 (69,2%) dan negatif formalinadalah 4 (30,8%). Dilihat berdasarkan p-value = 0,024, OR =6,667 dan CI 95% =1,411-31,502 yang menunjukkan tingkat pengetahuan kurang tersebut memilikihubungan yang sognifikan terhadap adanya kandungan bahan kimia formalin didalam makanan yang dijual oleh responden.
Kata kunci: Bahan Tambahan Pangan, Boraks, Formalin.
Food and Drug Supervisory Agency (BPOM) performed a series of experimentson borax and formaldehyde on School Food Snack (PJAS) in 2011. There were 94(2.93%) of foods containing borax and 43 (1.34%) of foods containingformaldehyde. The canteen has a great potential of fraudulent practices in usingfood additives. Using cross sectional research design and qualitative testing inidentifying chemical substances in foods, researchers conducted a laboratoriumresearch at the Chemistry Laboratory in Faculty of Mathematics and NaturalSciences, University of Indonesia. The results obtained from laboratoryexaminations found that among 77 samples, there were 3 food-samples containborax chemicals and 69 food-samples contain formaldehyde chemicals.Respondents with low level of knowledge (≤ 55%) are likely to be related withformaldehyde chemicals 60 (93.8%) while only 4 (6.3%) respondents arenegatively correlated with formaldehyde. In addition, among the respondents withhigh level of knowledge (> 55%), 9 (69,2%) of them is found to have food withformaldehyde and only 4 respondents are negative (30,8%). Based on p-value =0,024, OR = 6,667 and 95% CI = 1,411-31,502, this research indicates that thelevel of knowledge has a cognitive relationship to the presence of formalinechemicals in sale of foods.Keywords: Food Additives, Borax, Formalin.
Read More
S-9506
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siska Adriyani; Pembimbing: Sri Tjahjani Budi Utami, Budi Haryanto; Penguji: Laila Fitria, Sukanda, Triana Srisantyorini
Abstrak:

ABSTRAK Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam terjadinya dan penyebaran penyakit chikungunya, baik lingkungan fisik maupun biologis. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi dan akan meningkatkan risiko penularan. Penyebaran penyakit ini biasanya terjadi pada daerah endemis Demam Berdarah. Sekalipun tidak menimbulkan kematian, namun akibat yang ditimbulkan dari aspek kesehatan masyarakat cukup merugikan, apalagi jika sampai penderita mengalami kelumpuhan dan berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, produktivitas kerja dan akvititas sehari-hari praktis terhenti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim dengan kejadian penyakit chikungunya di wilayah Jawa Barat tahun 2002-2010. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi ekologi menurut waktu. Data yang digunakan adalah data sekunder dari hasil rekapitulasi jumlah penderita chikungunya perbulan selama 2002-2010 di Jawa Barat. Hasil penelitian hubungan prevalensi chikungunya dari tahun 2002-2010 dengan iklim di wilayah Jawa Barat ini menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kecepatan angin (p=0,018) dan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan suhu udara (p=0,828), curah hujan (p=0,507) dan kelembaban udara (p=0,778). Saran yang dapat diberikan adalah diperlukan tindakan preventif dari semua lapisan masyarakat dalam mengantisipasi kejadian penyakit chikungunya tentang pentingnya menjaga kebersihan, terutama program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Upaya pencegahan dititikberatkan pada pemberantasan nyamuk penular, dengan membasmi jentik nyamuk penular di tempat perindukannya. Salah satu cara untuk memutus rantai penularan nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar penyakit. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara kimiawi, biologis, fisik dan perlindungan diri.


 

Abstract Environment is one of the most important factor in occurance and distribution of chikungunya, both of phisycs and biologic environment. Climate change can influence to infection disease pattern and will increase spreading risk. The spread of this disease usually occurs in endemic areas of dengue fever. Even if no cause of death, but the impact of public health aspects quite detrimental, especially when it comes to people with paralysis and lasts for weeks to months, work productivity and daily activity practically stopped. The objective of this research is to know correlation chikungunya cases and climate factors in west java 2002-2010. This research uses the design of ecological time trend study. Data was used secondary data from result of summary of amount chikungunya patient during year 2002-2010 in west java. Number of chikungunya prevalance were used the results indicate that chikungunya prevalance have significant related to wind?s speed (p=0,018) and didn?t have significant related to temperature (p=0,828), precipitation (p=0,507) and humidity (p=0,778). Advice can be given preventive action is required from all walks of life in anticipation of the incidence of chikungunya disease on the importance of maintaining cleanliness, especially the mosquito nest eradication program (PSN). Prevention efforts focused on the eradication of mosquito-borne, to eradicate the mosquito-borne larvae in breeding. One way to break the chain of transmission of the mosquito Aedes aegypti as a spreader of disease. These efforts can be done by means of chemical, biological, physical and self-protection.

Read More
T-3669
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ajeng Puspitaning Pramayu; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto, Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Sri Tjahjani Budi Utami, Sukanda
T-3561
Depok : FKM UI, 2012
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Halimatussa Diah; Pembimbing: Budi Haryanto; Penguji: Laila Fitria, Dewi Susanna, Eli Setyawati, Sukanda
T-4383
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Euis Purwanisari; Pembimbing: Dewi Susanna, Budi Hartono; Penguji: Ema Hermawati, Sukanda, Ika Lastyaningrum
Abstrak: Keamanan pangan saat ini telah menjadi isu penting dalam kesehatan masyarakat. Sekitar 10-20% kejadian luar biasa pada penyakit akibat makanan disebabkan oleh terkontaminasinya makanan dan minuman oleh mikroorganisme pathogen melalui penjamah makanan. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai bakteri patogen pada penjamah makanan di kantin ini.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kejadian infeksi bakteri patogen pada penjamah makanan di kantin sebuah kampus di Depok. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan bulan Mei-Juni 2017 di kantin sebuah kampus di Depok. Populasi penelitian ini seluruh penjamah makanan yang berada di kantin sebuah kampus di Depok. Jumlah sampel 60 orang penjamah makanan. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yaitu hasil wawancara dan observasi data karakteristik dan perilaku penjamah, serta data infeksi bakteri patogen melalui pemeriksaan feses di laboratorium.
Hasil penelitian diketahui bahwa 60% penjamah makanan termasuk dalam kelompok umur tidak berisiko (30-50 tahun), proporsi penjamah makanan berjenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak dari perempuan (53,3%), mayoritas berpendidikan rendah (58,3 %), setengahnya pernah mengikuti pelatihan kesehatan (50%), dan seluruhnya belum pernah melakukan imunisasi tifoid. Hasil pemeriksaan feses diketahui bahwa ada 3 penjamah makanan yang teridentifikasi mengandung bakteri E.coli O157 dalam fesesnya. Selain itu perilaku dan personal hygiene sebagian besar penjamah termasuk dalam kategori kurang baik, faktor lingkungan seperti fasilitas sanitasi kantin sebagian besar sudah memenuhi syarat, dan 83,3 % penjamah tidak ada riwayat kontak dengan binatang. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik, perilaku, personal hygiene, fasilitas sanitasi dan riwayat kontak dengan binatang terhadap infeksi bakteri patogen.
Dengan melihat hasil penelitian ini, disarankan agar pihak kampus terus melakukan edukasi terhadap penjamah makanan terkait perilaku dalam pengelolaan makanan dan pengawasan secara rutin terhadap kualitas kesehatan penjamah, kualitas makanan dan kondisi sanitasi agar kantin dan penjamah tidak menjadi sarana penyebaran penyakit. Kata kunci : bakteri patogen, E.coli 157, penjamah makanan, kantin

Food safety has become an important issue in public health. Approximately 10-20% of the outbreak of foodborne illness is caused by food and water contamination by pathogenic microorganisms through food handlers. Until now there has been no research on pathogenic bacteria at food handlers in this canteen.
The aim of this study is to know the incidence of pathogenic bacterial infections among food handlers in the cafeteria of a campus in Depok. The research design used was cross sectional. The study was conducted in May-June 2017 in the canteen of a campus in Depok. The population of this study is all food handlers located in the cafeteria of a campus in Depok. The sample size is 60 food handlers. The data collected are primary data that is the result of interview and observation of characteristic and behavioral data of the food handler, and data of bacterial pathogen infection by stool examination in the laboratory.
The results of the study revealed that 60% of food handlers were included in the non-risk age group (30-50 years), the proportion of male sex food handlers was slightly higher than women (53.3%), the majority of them were low educated (58.3% , Half have attended health training (50%), and all have never done tifoid immunization. The results of faecal examination revealed that there are 3 food handlers identified contain bacteria E. coli O157 in their faeces. In addition, the behavior and personal hygiene of most of the handlers are in poor category, environmental factors such as canteen sanitation facilities are largely eligible, and 83.3% of the handlers have no history of contact with animals. There was no statistically significant relationship between characteristics, behavior, personal hygiene, sanitation facilities and contact history with animals against pathogenic bacterial infections.
By looking at the results of this study, it is suggested that the campus continue to educate food handlers related to behavior in food management and regular supervision on the quality of health of the handlers, food quality and sanitary conditions for canteen and food handlers not be a means of spreading the disease. Key words: Pathogenic bacteria, E.coli 157, food handlers, canteen
Read More
T-4966
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lia Arsyina; Pembimbing: Bambang Wispriyono, Ririn Arminsih; Penguji: Ema Hermawati, Dian Novianti, Sukanda
Abstrak: Tesis ini membahas hubungan antara faktor higiene dan sanitasi yakni sarana pembuangan tinja, penyaluran tinja, sumber air bersih, kondisi sumber air bersih, sumber air minum, tempat penyimpanan air minum, tempat sampah di dapur, dan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan kandungan bakteri Escherichia coli (E.coli) dalam air minum rumah tangga yang ada di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan melakukan analisis data sekunder yang berasal dari hasil penelitian Survei Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Masyarakat Kota Depok Tahun 2019 milik PKKLI FKM UI. Hasil penelitian yakni ada hubungan yang signifikan antara tempat penyimpanan air minum (OR=2,60; CI 95%: 1,18-5,71) dan perilaku CTPS (OR=1,65; CI 95%: 1,04-2,62) dengan kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga. Faktor dominan yang mempengaruhi kandungan E.coli dalam air minum rumah tangga adalah tempat penyimpanan air minum. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, disarankan bagi masyarakat untuk menggunakan tempat penyimpana air minum yang tertutup dan dijaga kebersihannya. Terkait perilaku CTPS, disarankan bagi Dinas Kesehatan Kota Depok melalui puskesmas setempat untuk lebih menggalakkan kampanye CTPS terutama di sekolah-sekolah agar dapat membentuk sebuah kebiasaan CTPS sejak dini.
Read More
T-5789
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ukik Agustina; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Bambang Wispriyono, Budi Hartono, Didi Purnama, Sukanda
Abstrak: Mangan (Mn) merupakan unsur esensial bagi tubuh, namun dapat bersifat toksik jika berlebih. Salah satu target organ Mn adalah ginjal. Keberadaan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dapat menjadi sumber pencemar Mn ke lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi Mn dalam air tanah dengan gangguan fungsi ginjal pada masyarakat yang tinggal di sekitar TPA Cipayung Depok. Penelitian merupakan studi cross sectional dengan 104 responden yang meliputi Kelurahan Cipayung dan Kelurahan Pasir Putih. Pengambilan sampel dilakukan dengan Probability Proporsional to Size (PPS) yang disesuaikan dengan kriteria inklusi. Gangguan fungsi ginjal ditentukan dari kadar proteinuria atau hematuria yang diukur dengan metode semikuantitatif dipstick. Sedangkan pengukuran konsentrasi Mn menggunakan metode SNI 6989.5:2009. Wawancara dilakukan untuk mengetahui karakteristik responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Mn air tanah pada 9 (13,6%) titik sampling melebihi baku mutu air minum dan 17 orang (16,3%) menunjukkan indikasi gangguan fungsi ginjal. Konsentrasi Mn air tanah berkisar antara 0,06 mg/L-0,84 mg/L. Tidak terdapat hubungan antara konsentrasi Mn dalam air tanah dengan gangguan fungsi ginjal. Sedangkan faktor risiko hipertensi dan obesitas memiliki hubungan signifikan dengan gangguan fungsi ginjal (OR 4,20; 95%; CI: 1,27-13,84; OR 3,64; 95%; CI: 1,10- 12,07). Faktor risiko diabetes, penyakit jantung, riwayat penyakit keluarga, merokok, konsumsi alkohol, umur dan jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan fungsi ginjal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara konsentrasi Mn dalam air tanah dengan gangguan fungsi ginjal. Namun, faktor risiko hipertensi dan obesitas memiliki hubungan signifikan dengan gangguan fungsi ginjal.

The existence of landfill can be a source of manganese (Mn) pollutants in the environment. Mn can cause toxic for kidney if excessive intake. The purpose of this study was to determine the relationship between Mn concentrations in ground water with kidney function disorders in the people living around the Cipayung Landfill. The research was a cross sectional study with 104 respondents which included Cipayung and Pasir Putih village. Kidney function disorders was determined by the level of proteinuria or hematuria determined by the semi-quantitative dipstick method. While the Mn measurements used SNI 6989.5: 2009. The results showed that Mn levels of ground water at 9 (13,6%) sampling points exceeded drinking water quality standards and 17 people (16.3%) showed changes in kidney function. Mn concentration were between 0.06 mg / L-0.84 mg /L. There was no relationship between Mn concentration in ground water with kidney function disorders. While risk factors for hypertension and obesity had a significant relationship with kidney function disorders (OR 4.20; 95%; CI: 1.27-13.84;
OR 3.64; 95%; CI: 1.10-12.07). The conclusions of this study is risk factors for hypertension and obesity have a significant relationship with kidney function disorders.
Read More
T-5866
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive