Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Haryo Nur Prasetyo; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Trijatmi Erawati Kridaningsih
Abstrak:
Pendahuluan: Dengan stasusnya sebagai transportasi massal, Transjakarta harus dapat digunakan oleh seluruh kalangan termasuk penyandang difabel, salah satunya halte. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan ITDP pada tahun 2018, hasil observasi menjelaskan bahwa dari beberapa fasilitas ramah difabel yang dimiliki oleh Transjakarta masih banyak yang belum memenuhi standar, diantaranya adalah kemiringan ram, ketersediaan guiding block, lebar pintu masuk, ruang gerak bebas pada koridor, papan informasi berjalan, serta informasi berbasis suara yang masih belum banyak tersedia di halte Transjakarta. Metode: Variabel penilaian aksesibilitas halte diantaranya pada ukuran dasar ruang, jalur pemandu, pintu, ram, tangga, serta rambu dan marka sesuai Permen PUPR No. 14 tahun 2017 dan Permenhub No. PM 98 tahun 2017. Penelitian dilakukan seluruh halte ramah difabel Transjakarta sebanyak 64 halte yang tersebar di 12 koridor di seluruh wilayah DKI Jakarta kecuali Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Hasil: Secara keseluruhan, tingkat pemenuhan aksesibilitas di halte ramah difabel bus Transjakarta sebesar 66%, aksesibilitas ukuran dasar ruang 89%, jalur pemandu 36%, pintu 79%, ram 71%, tangga 76%, serta rambu dan marka 45%. Kesimpulan: Kesimpulannya, pemenuhan aksesibilitas pada halte ramah difabel bus Transjakarta masih perlu ditingkatkan. Penelitian lebih lanjut mengenai aksesibilitas pada halte bus Transjakarta masih perlu dikembangkan
Introduction: As mass public transportation, the Transjakarta facilities, including bus stops, must be accessible to the public, including people with disabilities. The ITDP research in 2018 explained that many Transjakarta facilities did not conform the accessibility standards, including the slope of the ramp, the availability of guiding blocks, the width of the entrance, free movement space in corridors, running text, and the availability of voice-based information. Methods: The accessibility variables of the bus stop assessment are the size of the space, guiding block, doors, ramps, stairs, as well as signs and markings according to PUPR Ministerial Regulation No. 14 of 2017 and Perhubungan Ministerial Regulation No. PM 98 of 2017. The research was carried out on all 64 Transjakarta disabled-friendly bus stop across 12 corridors throughout the DKI Jakarta area except Kepulauan Seribu Administrative District. Results: Overall, the accessibility fulfillment rate at the disabled-friendly Transjakarta bus stop was 66%, room size accessibility was 89%, guiding block 36%, doors 79%, ramps 71%, stairs 76%, and signs and markings 45%. Conclusion: The fulfillment of accessibility at the disabled-friendly Transjakarta bus stop needs to be improved. Further research on accessibility at Transjakarta bus stops still needs to be developed.
Read More
Introduction: As mass public transportation, the Transjakarta facilities, including bus stops, must be accessible to the public, including people with disabilities. The ITDP research in 2018 explained that many Transjakarta facilities did not conform the accessibility standards, including the slope of the ramp, the availability of guiding blocks, the width of the entrance, free movement space in corridors, running text, and the availability of voice-based information. Methods: The accessibility variables of the bus stop assessment are the size of the space, guiding block, doors, ramps, stairs, as well as signs and markings according to PUPR Ministerial Regulation No. 14 of 2017 and Perhubungan Ministerial Regulation No. PM 98 of 2017. The research was carried out on all 64 Transjakarta disabled-friendly bus stop across 12 corridors throughout the DKI Jakarta area except Kepulauan Seribu Administrative District. Results: Overall, the accessibility fulfillment rate at the disabled-friendly Transjakarta bus stop was 66%, room size accessibility was 89%, guiding block 36%, doors 79%, ramps 71%, stairs 76%, and signs and markings 45%. Conclusion: The fulfillment of accessibility at the disabled-friendly Transjakarta bus stop needs to be improved. Further research on accessibility at Transjakarta bus stops still needs to be developed.
S-11127
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Theresia; Pembimbing : Sandi Iljanto; Penguji: Purnawan Junadi, Endah Saras Wati
Abstrak:
Tahun 2013, Program Jamkesda menambah jumlah peserta dari 183.791 menjadi 280.974 dan memberlakuan kerjasama dengan 16 rumah sakit di luar Kota Depok.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor penentu pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesda di Kota Depok. Desan penelitian adalah cross sectional dengan sampel 107 orang yang dipilih viiipurposive dari populasi 183.791 orang. Variabel dianalisis dengan analisis bivariat. Berdasarkan analisis diketahui bahwa utilisasi secara langsung dipengaruhi aksesibilitas (biaya,jarak, waktu ke fasilitas kesehatan) dan nilai pengetahuan. Agar utilisasi lebihbaik, promosi kesehatan, mempermudah aksesibilitas penting untuk dilakukan. Kata Kunci : Utilisasi, Jamkesda, aksesibilitas.
Read More
S-8252
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Intan Nabiila; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Zakiah
Abstrak:
Read More
Setelah dua tahun berlalu, WHO masih menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat penambahan kasus aktif dan korban meninggal akibat COVID-19. Sejak awal pandemi COVID-19 menyebar ke seluruh Indonesia, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan kasus COVID-19 tertinggi. Kota Depok merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki kasus COVID-19 yang tinggi. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan COVID-19 di Kota Depok yaitu Kota Depok berada di wilayah dengan tingkat kerawanan yang tinggi akibat berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan wilayah DKI Jakarta. Selain itu, Kota Depok merupakan kota dengan pekerja ulang alik terbesar di Indonesia yaitu mencapai 18,52%. Maka dari itu, diperlukan upaya untuk mencegah penularan COVID-19 di Kota Depok yaitu melalui vaksinasi. Namun, capaian vaksinasi COVID-19 di Kota Depok masih terbilang rendah terutama untuk dosis 3. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan vaksinasi yaitu akses. Dalam hal ini, lokasi geografis vaksinasi berpengaruh terhadap keputusan seseorang melakukan vaksinasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran aksesibilitas lokasi vaksinasi COVID-19 di Kota Depok melalui penggunaan Sistem Informasi Geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan wilayah dengan capaian vaksinasi COVID-19 yang tinggi memiliki lokasi vaksinasi COVID-19 yang banyak dan wilayah dengan capaian vaksinasi COVID-19 yang rendah memiliki lokasi vaksinasi COVID-19 yang sedikit. Aksesibilitas lokasi vaksinasi COVID-19 di Kota Depok sudah baik apabila ditinjau berdasarkan jaringan jalan dikarenakan sebagian besar lokasi vaksinasi di puskesmas dapat diakses melalui jalan lokal dan lokasi vaksinasi di rumah sakit serta institusi dapat diakses melalui jalan kolektor dan jalan arteri. Di sisi lain, luas area pelayanan lokasi vaksinasi COVID-19 terhadap area pemukiman Kota Depok yang termasuk ke dalam kategori sangat terjangkau hanya sebesar 19,32%, kategori terjangkau yaitu sebesar 36,75%, dan kategori tidak terjangkau yaitu 45,65%. Maka dari itu, Kota Depok perlu melaksanakan kembali vaksinasi massal khususnya pada wilayah dengan capaian vaksinasi COVID-19 yang rendah dan melakukan program layanan vaksinasi penjangkauan terutama bagi penduduk lansia dan penduduk dengan disabilitas agar dapat meningkatkan capaian vaksinasi COVID-19 di Kota Depok.
After two years, WHO still defines COVID-19 as a pandemic. This is because there are still additional active cases and death tolls due to COVID-19. Since the beginning of the COVID-19 pandemic spreading throughout Indonesia, West Java has been one of the provinces with the highest cases of COVID-19. Depok is one of the areas in West Java that has a high number of COVID-19 cases. There are several factors that can increase the risk of transmission of COVID-19 in Depok, Depok is in an area with a high level of vulnerability due to its direct border with Bogor Regency, Tangerang Regency, and the DKI Jakarta area. Apart from that, Depok is the city with the largest number of commuting workers in Indonesia, reaching 18.52%. Therefore, efforts are needed to prevent transmission of COVID-19 in Depok, namely through vaccination. However, the achievement of COVID-19 vaccination in Depok City is still relatively low, especially for dose 3. One of the factors that affect vaccination acceptance is access. In this case, the geographic location of vaccination influences a person's decision to vaccinate. Therefore, this research was conducted to describe the accessibility of COVID-19 vaccination sites in Depok through a Geographic Information System approach. The results showed that there was a tendency for areas with high COVID-19 vaccination outcomes to have a large number of COVID-19 vaccination sites and areas with low COVID-19 vaccination outcomes to have few COVID-19 vaccination sites. The accessibility of COVID-19 vaccination sites in Depok is good when viewed based on the road network because most of the vaccination sites in puskesmas can be accessed via local roads and vaccination sites in hospitals and institutions can be accessed via collector roads and arterial roads. On the other hand, the service area of the COVID-19 vaccination sites for residential areas in Depok, which is included in the very accessible category is only 19.32%, the accessible category is 36.75%, and the inaccessible category is 45.65%. Therefore, Depok needs to re-run the mass vaccination program, especially in areas with the low achievement of the COVID-19 vaccination program and carry out an outreach vaccination program, especially for the elderly and people with disabilities in order to increase the COVID-19 vaccination program in Depok.
S-11175
Depok : FKMUI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nur Ighwana Sari; Pembimbing: Indang Trihandini; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Raden Rara Diah Handayani
Abstrak:
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penemuan kasus TB Paru BTA positif di Kecamatan Ciracas dengan analisis spasial. Penelitian ini menggunakan data primer untuk menentukan titik koordinat pasien TB dan puskesmas tahun 2019 & data sekunder untuk kepadatan penduduk, puskesmas, jumlah kasus TB Paru BTA positif, jumlah kematian, putus berobat, gagal, dan kesembuhan pasien TB Paru BTA positif di Kecamatan Ciracas tahun 2018-2019. Dalam penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan analisis spasial menggunakan buffer dan overlay.
Read More
S-10570
Depok : FKM-UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Irene Jesihka; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Pujiyanto, Mieke Savitri, Resti Damanik, Elis Rohmawati
Abstrak:
Di Indonesia kematian ibu melahirkan masih merupakan masalah utama dalambidang kesehatan.Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untukmelihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salahsatu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuanke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Untuk melihat bagaimana kesehatan ibuhamil bisa diukur dengan kesiapan selama hamil sampai melahirkan secara sehat.Tujuan Penelitian: Untuk Mengetahui Determinan Kesiapan Ibu dalamMelahirkan Sehat di wilayah kerja Puskesmas Brebes kabupaten Brebes ProvinsiJawa Tengah tahun 2018.Metode: Desain penelitian kuantitatif yang bersifat cross sectional di mana datayang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat diambil dalam waktu yangbersamaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Samplingyaitu Accidental Sampling dengan jumlah sebanyak 100 sampel. Pengumpulan datamenggunakan kuesioner dan catatan kehamilan dalam buku Kesehatan Ibu danAnak.Hasil:Analisis menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 95%(α=0,05) dan menunjukkan nilai ρ= 0,016 untuk pendidikan ibu hamil, nilai ρ=0,314 untuk pekerjaan ibu hamil, nilai ρ= 0,903 untuk pendapatan keluarga ibuhamil, nilai ρ= 0,047 untuk Dukungan tenaga kesehatan, dan nilai p = 0,783 untukaksesibilitas ibu menuju pelayanan kesehatan.Kesimpulan: terdapat hubungan pendidikan dengan kesiapan ibu dalammelahirkan sehat, terdapat hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan kesiapanibu dalam melahirkan sehat, tidak terdapat hubungan pekerjaan, pendapatan danaksesibilitas ibu hamil dengan kesiapan ibu dalam melahirkan sehat di PuskesmasBrebebes, Jawa Tengah.
Kata Kunci : Angka Kematian Ibu, Ibu hamil, Kesehatan Ibu Hamil, Pendidikan,Dukungan Tenaga Kesehatan, Pekerjaan, Pendapatan, dan Aksesibilitas.
In Indonesia, maternal status is still a major problem in the health sector. One of thebenchmarks to see the level of public health is to measure maternal mortality in theprovince. Maternal Mortality Rate (MMR) is one indicator to see the degree ofwomen's health. Maternal death is also one of the targets set in the millenniumdevelopment goals of the fifth goal to improve maternal health. To see how thehealth of pregnant women can be measured with readiness during pregnancy untilhealthy delivery.Objective: To Know the Determinant Maternal Preparation on Healthy Delivery atBrebes Health Center in Brebes District, Central Java Province 2018.Method: Quantitative research design is cross sectional where data is different anddifferent variable. Sampling technique using Non Probability Sampling isAccidental Sampling with number of 100 samples. Data collection usingquestionnaires and notes in the Maternal and Child Health book.Result: The analysis using Chi-Square test with 95% significance level (α = 0,05)and value show ρ = 0,016 for education of pregnant mother, value ρ = 0,314 forpregnant woman job, value ρ = 0,903 for income family of pregnant women, ρ =0,047 for health service, and p value = 0,783 for mother access to health service.Conclusion: there is a relationship of education with the readiness of mother inchildbirth, there is relation with others, no relation, income and accessibility ofpregnant mother with readiness giving birth at Brebebes Health Center, CentralJava.
Key Words: Maternal Mortality Rate, Pregnant Women, Pregnant Women'sHealth, Education, Medical Devices, Employment, Income, and Accessibility.
Read More
Kata Kunci : Angka Kematian Ibu, Ibu hamil, Kesehatan Ibu Hamil, Pendidikan,Dukungan Tenaga Kesehatan, Pekerjaan, Pendapatan, dan Aksesibilitas.
In Indonesia, maternal status is still a major problem in the health sector. One of thebenchmarks to see the level of public health is to measure maternal mortality in theprovince. Maternal Mortality Rate (MMR) is one indicator to see the degree ofwomen's health. Maternal death is also one of the targets set in the millenniumdevelopment goals of the fifth goal to improve maternal health. To see how thehealth of pregnant women can be measured with readiness during pregnancy untilhealthy delivery.Objective: To Know the Determinant Maternal Preparation on Healthy Delivery atBrebes Health Center in Brebes District, Central Java Province 2018.Method: Quantitative research design is cross sectional where data is different anddifferent variable. Sampling technique using Non Probability Sampling isAccidental Sampling with number of 100 samples. Data collection usingquestionnaires and notes in the Maternal and Child Health book.Result: The analysis using Chi-Square test with 95% significance level (α = 0,05)and value show ρ = 0,016 for education of pregnant mother, value ρ = 0,314 forpregnant woman job, value ρ = 0,903 for income family of pregnant women, ρ =0,047 for health service, and p value = 0,783 for mother access to health service.Conclusion: there is a relationship of education with the readiness of mother inchildbirth, there is relation with others, no relation, income and accessibility ofpregnant mother with readiness giving birth at Brebebes Health Center, CentralJava.
Key Words: Maternal Mortality Rate, Pregnant Women, Pregnant Women'sHealth, Education, Medical Devices, Employment, Income, and Accessibility.
T-5262
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Adeline Vashtianada; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Fajrinayanti
Abstrak:
Read More
Ultra-processed food/UPF merupakan produk yang melalui serangkaian teknik dan proses industri serta memiliki nilai zat gizi yang rendah. Apabila dikonsumsi secara berlebihan, UPF dapat meningkatkan risiko berat badan lebih dan obesitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi konsumsi UPF berdasarkan karakteristik individu, faktor lingkungan, dan faktor gaya hidup pada mahasiswa S1 non-kesehatan Universitas Indonesia tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 149 sampel. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online yang diisi secara mandiri. Data yang diperoleh akan dianalisis secara univariat dan bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50,3% mahasiswa mengonsumsi UPF tingkat tinggi. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara pengaruh teman sebaya dan akses terhadap UPF dengan tingkat konsumsi UPF. Peneliti menyarankan mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran terkait pemilihan makanan dan minuman serta menjadi penggerak dalam lingkungan teman sebaya terkait hal tersebut. Pihak Universitas Indonesia dapat memberikan edukasi dan membuat ketentuan terkait UPF dan konsumsi makanan sehat kepada mahasiswa. Pemangku kebijakan dapat meningkatkan dalam penyampaian pesan kesehatan, mendukung lembaga pendidikan, dan mendukung penelitian terkait pola makan mahasiswa dan faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi UPF. Peneliti selanjutnya dapat meneliti pada populasi lain dengan variabel dan teknik yang berbeda.
Ultra-processed food/UPF is a product that undergoes a series of industrial techniques and processes and has low nutritional value. Overconsumption of UPF can increase the risk of overweight and obesity. The purpose of this study is to determine the differences in the proportion of UPF consumption based on individual characteristics, environmental factors, and lifestyle factors among non-health undergraduate students in Universitas Indonesia in 2023. A cross sectional study design conducted on 149 samples. The data was collected using a self-administered online questionnaire. The data was analyzed using univariate and bivariate (chi-square) analyses. The results showed that 50,3% of the students consumed a high level of UPF. The bivariate analysis showed a significant difference in the proportion of UPF consumption based on peer influence and access to UPF. The researchers suggest students to increase awareness of food and beverage choices, also become advocates within their peer groups regarding this matter. Universitas Indonesia should implement health education and make provisions regarding UPF and healthy food consumption for students. Policymakers suggested to improve the delivery of health messages to students, support educational institutions, and support research on students’ dietary patterns and factors influencing UPF consumption. Future researchers can examine other populations with different variables and methods.
S-11414
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Daffaldo Suryoputra; Pembimbing: Masyitoh; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, Desty Wijayanti
Abstrak:
Read More
Penyandang disabilitas atau difabel merupakan seseorang yang memiliki kondisi baik secara fisik maupun pikiran yang membuat seseorang untuk mengalami kesulitan dalam kondisi tertentu serta berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Prevalensi global penyandang disabilitas terdapat sekitar 15% penduduk dunia, sedangkan di Indonesia berdasarkan data SUPAS 2015, terdapat 8,36% adalah mengalami kesulitan penglihatan, sedangkan 3,35% memiliki kesulitan pendengaran. Perda DKI Jakarta No 4 Tahun 2022 membahas hak kesehatan penyandang disabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran terkait aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan yang menunjang bagi penyandang disabilitas sensorik di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan metode observasi, telaah dokumen, dan wawancara mendalam kepada pasien dengan disabilitas sensorik pada poli mata dan poli THT, serta petugas kesehatan RSUD Pasar Minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesibilitas fisik di RSUD Pasar Minggu sudah mencakup papan informasi, guiding block, hand rail, loket informasi khusus, sedangkan huruf braille dan TV text sedang dalam proses perencanaan untuk disediakan di rumah sakit. Sedangkan aksesibilitas nonfisik mencakup pelatihan bagi tenaga kesehatan, sosialisasi pelayanan kesehatan, serta komunikasi khusus kepada penyandang disabilitas sudah dilaksanakan dengan cukup baik dan memberikan kepuasan pasien dengan gangguan penglihatan dan pendengaran di terhadap kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Pasar Minggu.
Person with a disability is someone who has conditions, whether physically and mentally that make a person experience difficulties in certain conditions and interact with their environment. The global prevalence of people with disabilities is around 15% of the world's population, while in Indonesia based on SUPAS 2015 data, 8.36% have visual impairment, while 3.35% have hearing impairment. In addition, Perda DKI Jakarta No 4 Tahun 2022 discusses the health rights of persons with disabilities. Therefore, this study aims to get an overview regarding the accessibility of supporting health service facilities for persons with sensory disabilities at Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu. The type of research used in this study was descriptive qualitative with the method of observation, document review, and in-depth interviews with patients with sensory disabilities in the eye polyclinic and ENT polyclinic, as well as health workers at RSUD Pasar Minggu. The results showed that physical accessibility at Pasar Minggu Hospital already includes information boards, guiding blocks, hand rails, special information counters, while braille and TV text are in the process of planning to be provided at the hospital. While non-physical accessibility includes training for health workers, socialization of health services, as well as special communication for persons with disabilities which have been carried out quite well and have provided satisfaction for patients with visual and hearing impairments in terms of the quality of health services at RSUD Pasar Minggu.
S-11373
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Joyce Mangoma; Pembimbing: Wachyu Sulistiadi; Penguji: Helen Andriani, Apt Riswandy Wasir, S Farm,MPH, PhD
Abstrak:
Read More
Latar belakang Penggunaan obat tradisional (TM) tersebar luas secara global, sehingga menimbulkan tantangan regulasi Afrika memiliki sejarah yang kaya akan TM, yang penting untuk perawatan kesehatan. Di Binga, Zimbabwe, TM merupakan bagian integral dari kehidupan sosial dan budaya. Konteks geografis dan ekonomi Binga mempengaruhi praktik TM. Undang-Undang Pengendalian Obat dan Zat Terkait (MASCA) berdampak pada kesehatan ibu, selaras dengan SDGs 3 dan 5. Studi ini menilai dampak MASCA terhadap penggunaan obat-obatan terlarang dan hasil kesehatan ibu di Binga, menawarkan wawasan tentang kerangka peraturan dan praktik kesehatan berkelanjutan. Objektif Studi ini menilai dampak Undang-Undang Pengendalian Obat dan Zat Terkait (MASCA) terhadap penggunaan obat tradisional dan hasil kesehatan ibu di Binga, Zimbabwe. Secara khusus, makalah ini mengkaji aksesibilitas, persepsi, proses pengambilan keputusan, dan pengaruh sosial budaya terkait pengobatan tradisional berdasarkan peraturan MASCA, mengevaluasi hasil kesehatan ibu termasuk komplikasi kehamilan, kematian ibu, dan hasil kelahiran. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, termasuk wawancara, tinjauan dokumen, dan observasi etnografi, untuk menilai dampak MASCA terhadap penggunaan obat tradisional dan hasil kesehatan ibu di Binga, Zimbabwe. Pengambilan sampel yang bertujuan dan bersifat bola salju akan memastikan keterwakilan peserta yang beragam. Data akan dianalisis menggunakan analisis tematik untuk memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti. Hasil Studi ini mengeksplorasi dampak MASCA terhadap layanan kesehatan ibu tradisional di Binga. Temuan utama mencakup peningkatan keamanan dan kualitas namun berkurangnya ketersediaan dan keterjangkauan penyembuh karena peraturan. Persepsi yang beragam dari para praktisi mempengaruhi aksesibilitas layanan. Wanita hamil menunjukkan pandangan yang beragam, menyeimbangkan keamanan dan pembatasan. Faktor budaya, ekonomi, dan peraturan mempengaruhi keputusan antara layanan kesehatan tradisional dan modern. MASCA bertujuan untuk meningkatkan hasil namun menimbulkan tantangan dalam aksesibilitas dan penerimaan budaya. Pengamatan etnografis menyoroti interaksi yang kompleks antara praktik tradisional, kesehatan ibu, dan persepsi masyarakat. Kesimpulan Studi ini menyoroti tingginya angka kematian ibu di Distrik Binga, yang diperburuk oleh dampak buruk Penggunaan obat tradisional dan kesenjangan kesehatan lokal, meskipun terjadi penurunan secara nasional. Laporan ini merekomendasikan pendekatan yang seimbang yang mencakup dukungan keuangan dan untuk dukun, peraturan yang peka terhadap budaya, dan model layanan kesehatan yang terintegrasi. Strategi-strategi ini bertujuan untuk meningkatkan hasil kesehatan ibu dan menyelaraskan dengan target SDG 3.1. Mengintegrasikan praktik tradisional dengan layanan kesehatan modern, pemantauan berkelanjutan, dan membina kolaborasi dapat memastikan perawatan ibu yang aman, efektif, dan menghormati budaya. Kata Kunci: Obat tradisional, Medicines and Allied Substances Control Act (MASCA), Hasil kesehatan ibu, Aksesibilitas, Kerangka peraturan
Background Traditional medicine (TM) use is widespread globally, posing regulatory challenges. Africa has a rich history of TM, essential for healthcare. In Binga, Zimbabwe, TM is integral to social and cultural life. Binga's geographical and economic context influences TM practices. The Medicines and Allied Substances Control Act (MASCA) impacts maternal health, aligning with SDGs 3 and 5. This study assesses MASCA's effects on TM use and maternal health outcomes in Binga, offering insights into regulatory frameworks and sustainable health practices. Objective This study assesses the impact of the Medicines and Allied Substances Control Act (MASCA) on traditional medicine usage and maternal health outcomes in Binga, Zimbabwe. Specifically, it examines accessibility, perceptions, decision-making processes, and socio-cultural influences related to traditional medicine under MASCA regulations, evaluating maternal health outcomes including pregnancy complications, maternal mortality, and birth outcomes. Method This study uses qualitative- descriptive method, including interviews, document reviews, and ethnographic observations, to assess the impact of MASCA on traditional medicine usage and maternal health outcomes in Binga, Zimbabwe. Purposeful and snowball sampling will ensure diverse participant representation. Data will be analysed using thematic analysis to inform evidence-based policy recommendations. Results The study explores MASCA's impact on traditional maternal healthcare in Binga. Key findings include improved safety and quality but reduced healer availability and affordability due to regulations. Practitioners' mixed perceptions affect service accessibility. Pregnant women show diverse views, balancing safety and restrictions. Cultural, economic, and regulatory factors influence decisions between traditional and modern healthcare. MASCA aims to enhance outcomes but poses challenges in accessibility and cultural acceptance. Ethnographic observations highlight the complex interplay of traditional practices, maternal health, and community perceptions. Conclusion The study highlights the high maternal mortality ratio in Binga District, exacerbated by the adverse impact of traditional medicine use and localized health disparities, despite national declines. It recommends a balanced approach that includes financial and educational support for traditional healers, culturally sensitive regulations, and integrated healthcare models. These strategies aim to improve maternal health outcomes and align with SDG 3.1 targets. Integrating traditional practices with modern healthcare, continuous monitoring, and fostering collaboration can ensure safe, effective, and culturally respectful maternal care. Keywords: Traditional medicine, Medicines and Allied Substances Control Act (MASCA),Maternal health outcomes, Accessibility ,Regulatory frameworks
T-7026
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
