Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Mulyadi; Pembimbing: Renti Mahkota; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Ratna Djuwita, Toni Wandra, M. Sugeng Hidayat
Abstrak:
ABSTRAK
ABSTRACT
Read More
Sindrom metabolik merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang dialami seseorang, meliputi obesitas, rendahnya kadar HDL, tingginya trigliserida, kadar gula darah puasa tinggi, dan hipertensi yang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian sindrom metabolik di Puskesmas Bogor Timur, Kota Bogor Tahun 2013. Studi cross sectional ini berlangsung pada bulan Mei 2013, dengan jumlah sampel 301 orang yang merupakan anggota Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Timur, Kota Bogor Tahun 2013, data yang dikumpulkan meliputi kadar kolesterol HDL, kadar trigliseride menggunakan alat rapid test lipid panel, data gula darah puasa, tekanan darah dan ukuran lingkar perut.
Untuk IMT menggunakan indeks BB/TB2. Data wawancara meliputi data umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, aktifitas fisik, kebiasaan merokok, riwayat penyakit keluarga, IMT dan keluhan stress. Kemudian untuk data asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, dan asupan protein diperoleh menggunakan food recall 1 x 24 jam. Analisis data bivariat dengan uji chi square dan multivariat dengan cox regresi. Hasil studi menunjukkan prevalensi sindrom metabolik sebesar 31.6%. Hasil analisis multivariat model kausalitas diperoleh ada hubungan antara aktifitas fisik ringan dengan kejadian sindrom metabolik dengan PR 2.0 (95% CI 1.31 - 3.18), setelah dikontrol variabel umur, indeks massa tubuh dan asupan energi.
ABSTRACT
The metabolic syndrome is a constellation of metabolic disturbances experience by a person, includes obesity, low HDL, high triglycerides, elevated fasting glucose and raised bood pressure which increase the risk of developing cardiovascular disease. This study aims to determine the prevalence and of metabolic syndrome at Puskesmas East Bogor City in 2013. Cross sectional study took place in May 2013, with total sample of 301 people who are members of Posbindu in work area at Puskesmas East Bogor, Bogor City in 2013. The data collected inculude HDL Cholesrol, triglyceride concentration using rapid test of lipid panel, fasting glucose, blood presure and abdominal circumference.
For BMI using index BB/TB2. Interview data includes data of age, sex, education, occupation, income, physical activity, smoking habits, family history, BMI and stress. The data energy intake, carbohydrate, fat, and protein intake were obtained using food recall 1x 24 hours. Analysis of bivarite data with chi square test and multivariate Cox regression. The results of study show prevalence of metabolic syndrome was 31.6%. Multivariate analysis models obtained with casuality relationship between light physical activity metabolic syndrome with PR 2.0 (95% CI 1.31 to 3.18), after controling age, body mass index and energy intake.T-3791
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Erna Diah Lestari; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja, Dadan Erwandi; Penguji: Rusbani Harjulianti, Rusbani Kurniawan
Abstrak:
Ketidakaktifan fisik diidentifikasi sebagai faktor risiko utama urutan keempat sebagai penyebab dan bertanggung jawab atas 6% kematian global, sedangkan kegemukan dan obesitas bertanggung jawab atas 5% kematian global. Data PT X tahun 2018 menunjukkan 64% pekerja mengalami masalah obesitas dan kelebihan berat badan. Perusahaan menyediakan berbagai macam fasilitas aktivitas fisik seperti arena fitness, sepakbola, tennis, yoga, renang, aerobik dan lain-lain, sebagai upaya peningkatan kesehatan pekerja. Hasil observasi langsung, tidak banyak pekerja yang memanfaatkan fasilitas tersebut, misalnya yoga hanya diikuti oleh 10 orang dari total 1296 karyawan. Sehingga perlu dilakukan promosi kesehatan di tempat kerja dan evaluasi hasilnya dalam peningkatan pengetahuan, ketertarikan, perhatian dan aktivitas fisik pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan pengetahuan, ketertarikan, perhatian dan aktivitas fisik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi promosi kesehatan dengan tatap muka selama 15 menit. Desain penelitian adalah controlled randomized experiment study pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kedua kelompok mendapatkan informasi terkait aktivitas fisik melalui poster dan wallpaper komputer, untuk kelompok intervensi diberikan training berupa tatap muka selama 15 menit yang terdiri dari pemberian lembar informasi dan interaksi antara trainee dan trainer. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji independent paired t-test dengan siginifikansi 0,05. Hasil analisis mendapatkan p value perubahan atau delta keempat variabel lebih kecil dari 0,05 (p value 0,000) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh promosi kesehatan di tempat kerja terhadap pengetahuan, ketertarikan, perhatian dan aktivitas fisik yang signifikan sebelum dan sesudah promosi kesehatan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Perbedaan tersebut dikarenakan kelompok intervensi menerima informasi yang bersifat diberikan, disampaikan secara berkelompok dengan media visual dan adanya interaksi dengan trainer, sedangkan kelompok kontrol hanya berdasarkan keinginan dan kebutuhan dari masing-masing individu.
Read More
T-5545
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Irma Guspita Dewi; Pembimbing: Endah Wuryaningsih; Penguji: Ella Nurlaella Hadi, Tri Krianto, Bambang Purwanto, Nita Mardiah
Abstrak:
Kurang aktivitas fisik menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian. Proporsi kurang aktivitas fisik di DKI Jakarta terutama pada pegawai perkantoran menghabiskan waktu lebih dari 8 jam di kantor dan 2-4 jam di perjalanan menuju kantor ataupun pulang ke rumah, membuat kurangnya waktu untuk melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan perilaku aktivitas fisik pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI tahun 2019. Penelitian kuantitatif, desain cross sectional dengan jumlah sampel 125 PNS yang diambil secara systematic random sampling di 6 (enam) unit kerja di Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Pengumpulan data menggunakan self administered questionnaire meliputi variabel dependen yaitu perilaku aktivitas fisik dan variabel independen dari penelitian ini yaitu pengetahuan pegawai tentang aktivitas fisik, karakteristik individu (umur, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pendapatan dan riwayat penyakit), pemanfataan media sosial, fasilitas penunjang aktivitas fisik serta dukungan sosial (dukungan keluarga dan dukungan teman). Hasil penelitian menunjukkan pegawai yang mendapatkan dukungan keluarga memiliki peluang hampir 3 kali (OR 2,632; 95% CI: 1,239-5,596) untuk berperilaku aktivitas fisik aktif dibandingkan dengan pegawai yang tidak mendapatkan dukungan keluarga. Perlunya menyusun dan mengembangkan strategi komunikasi perilaku aktivitas fisik dengan pendekatan di tingkat keluarga dengan mengumpulkan dan melibatkan pegawai dan anggota keluarga dengan minat kegiatan aktivitas fisik yang sama seperti penggiat olahraga permainan (seperti: sepak bola, futsal, voli), latihan fisik (seperti: senam, yoga, lari) ataupun penggiat sepeda yang menjadikan sepeda sebagai alternatif transportasi, dan memfasilitasi sekelompok keluarga tersebut untuk mengkampanyekan ke rekan-rekan keluarga lainnya secara berkesinambungan juga dapat menjadi salah satu model intervensi aktivitas fisik.
Read More
T-5552
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Devinta Yulia Laksmita; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Mila Tejamaya, Robiana Modjo, Devi Dwirantih, Fahmi Syaiful
Abstrak:
Kelelahan kerja menjadi permasalahan pada pekerja di di berbagai sektor karena berdampak negatif pada performa, kesehatan, dan keselamatan pekerja. Aktivitas fisik merupakan manajemen untuk mengurangi kelelahan kerja namun masih sedikit studi yang menjadikan aktivitas fisik sebagai intervensi dalam manajemen kelelahan terkait kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat menjelaskan efek aktivitas fisik sebagai intervensi terhadap kelelahan terkait kerja berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan pada tahun 2011-2020. Sebanyak 14 studi di sintesis dan ditemukan konsistensi mengenai hubungan positif antara aktivitas fisik dan penurunan gejala kelelahan pada studi intervensi. Sebanyak delapan dari empat belas studi menunjukkan bukti yang cukup kuat antara efek aktivitas fisik dan penurunan gejala kelelahan fisik dan mental, peningkatan kualitas tidur, peningkatan pada kemampuan kerja, penurunan stres, peningkatan kebugaran, dan capaian diri. Karena hanya empat penelitian yang dapat diklasifikasikan dengan risiko bias rendah maka hasil penelitian ini perlu ditafsirkan dengan hati-hati. Tinjauan sistematis ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan intervensi yang efektif untuk mengurangi kelelahan terkait kerja. Penelitian kedepannya harus dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan studi dengan kualitas lebih tinggi, untuk mengembangkan gambaran lengkap tentang aktivitas fisik sebagai strategi untuk mengurangi kelelahan
Read More
T-6350
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mustakim; Pembimbing: Kusharisupeni; Penguji: Fatmah Yusron, Trini Sudiarti, Indrarti Soekotjo, Eti Rohati
Abstrak:
Kelompok lanjut usia mengalami perkembangan yang pesat di masa mendatang. Kebugaran menjadi salah satu prediktor dalam menentukan kesakitan dan kematian pada kelompok lansia. Penelitian ini membahas karakteristik, komposisi tubuh, gaya hidup dan asupan gizi dengan kebugaran yang diukur melalui serangkaian tes kebugaran pada wanita pralansia di Kecamatan Pancoran Mas kota Depok. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dan dilakukan pada 134 orang wanita pralansia di Kecamatan Pancoran Mas kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72.4 persen wanita pralansia berada pada kondisi tidak bugar. Variabel paling berhubungan dengan kebugaran adalah aktivitas fisik setelah dikontrol dengan IMT, persen lemak tubuh, status merokok dan asupan vitamin B12. Kata Kunci: Wanita pralansia, kebugaran non-kardiorespiratori, aktivitas fisik The elderly experiencing fairly rapid growth in the future. Physical fitness had been found as predictor to morbidity and mortality to elderly group. This study focused on the physical fitness of middle aged women in Pancoran Mas District, Depok. The purpose of this study was to determine the relations between characteristic, lifetsyle, body composition and nutrititional intake to physical fitness. This study was a cross-sectional design and the data were collected from 134 middle aged women. Physical Fitness was measured by fitness test using hand grip test, sit and reach test, and czuka chair sit and stand test. The result showed that 72.4 percentage of respondent belonged to unfit condition. The most influential variable were physical activity intake after adjusted by BMI, percentage of body fat, smoking status and vitamin B12 intake. Key Words Middle aged women, non-cardiorespiratory fitness, physical activity
Read More
T-4357
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Bima Uramanda; Pembimbing: PNurhayati A Prihartono, Yovsyah; Penguji: Yoan Hotnida Naomi
Abstrak:
Salah satu cara untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan faal paru adalah dengan cara mengukur arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan peak flow meter. Salah satu faktor resiko yang menyebabkan penurunan nilai APE adalah merokok. Merokok dapat menyebabkan terjadinya bronkokontriksi pada saluran pernapasan. Selain merokok, faktor lain yang berperan dalam menurunkan risiko terjadinya penurunan kapasitas fungsi paru adalah kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu penelitian untuk melihat efek gabungan merokok dan aktifitas fisik terhadap penurunan nilai APE diperlukan untuk mengkonfirmasi besar asosiasi keduanya dengan mempertimbangkan faktorfaktor contributory (potential confounder) yang juga berhubungan terhadap penurunan nilai APE. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 8.823 responden pria 18- 74 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Indonesian family life survey 5(IFLS) dan dianalisis menggunakan uji Cox regresi. Penurunan nilai arus puncak ekspirasi lebih besar pada orang yang tidak merokok dan aktifitas fisik kurang,yaitu sebesar 1,26 kali serta perokok yang memiliki aktivitas fisik kurang sebesar 1,20 kali dibanding orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup. Sedangkan pada orang yang merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup beresiko 0,84 kali protektif dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup dengan kata lain aktivitas fisik lebih berperan dibanding kebiasaan merokok. Pada orang yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya juga melakukan aktifitas fisik secara rutin agar resiko untuk terjadinya penurunan nilai arus puncak ekspirasi menjadi lebih kecil
Read More
T-5582
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Cindy Yanci; Pembimbing: Engkus Kusdinar Achmad; Penguji: Siti Arifah Pudjonarti, Zakiyah
Abstrak:
Obesitas adalah faktor risiko penyakit kardiovaskular. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kejadian obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik, dan faktor lainnya. Penelitian ini melibatkan 104 responden yang merupakan PNS di Kantor Dinas Kesehatan kota Depok. Obesitas diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh. Sebanyak 50% PNS mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m2 ). Dari beberapa variabel yang diuji, terdapat perbedaan bermakna kejadian obesitas berdasarkan asupan energi, karbohidrat, dan lemak, serta kebiasaan makan di luar rumah baik pada pria maupun wanita. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin, perbedaan tersebut hanya bermakna pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian, PNS disarankan untuk mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang berlebihan, serta mengurangi frekuensi makan di luar rumah untuk mencegah obesitas.
Kata Kunci: Obesitas, Indeks Massa Tubuh, asupan gizi, aktivitas fisik
Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2 ) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home.
Keywords: Obesity, Body Mass Index, dietary intake, physical activity
Read More
Kata Kunci: Obesitas, Indeks Massa Tubuh, asupan gizi, aktivitas fisik
Obesity is an independent risk factor for cardiovarcular disease. The purpose of this cross-sectional study is to identify the difference in the incidence of obesity based on dietary intake, physical activity, and some other factors. A total of 104 civil servants of Depok Health Department were included in this study. Obesity was measured using Body Mass Index. The prevalence of obesity (BMI > 25 kg/m2 ) was 50%. From the tested variables, there were significant differences in proportion of energy, carbohydrate, and protein intake, as well as eating out of home on the prevalence of obesity in both men and women. After controlled by sex, the differences were only significant in women, but not in men. The results suggest that civil servants to reduce energy, carbohydrate, and fat intake, as well as the frequency of eating out of home.
Keywords: Obesity, Body Mass Index, dietary intake, physical activity
S-8743
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Wahyu Pravita Ulfa; Pembimbing: Kusdinar Achmad; Penguji: Trini Sudiarti, Mansur Jauhari, Zainal
T-4839
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rahmi Nurmadinisia; Pembimbing: Engkus Kusdinar Achmad, Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Diah Mulyawati Utari, Yuni Zahraini; Mahyudin
Abstrak:
ABSTRAK Obesitas merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian global dan menjadi faktor risiko dari timbulnya berbagai penyakit degeneratif terutama penyakit kardiovaskular. Obesitas disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya aktifitas fisik, durasi tidur, riwayat genetik, jenis kelamin, tingkat stress, asupan zat gizi makro seperti asupan energi, karbohidrat, protein, lemak dan serat. Salah satu pekerjaan yang paling berisiko mengalami obesitas adalah pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai pemerintahan. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan aktifitas fisik sebagai faktor dominan yang membedakan kejadian obesitas pada pegawai negeri sipil Unit Sekretariat Jenderal Kementerian Agama Pusat. Penelitian ini dilakukan dengan design crossectional di Kantor Kementerian Agama RI, Biro Umum dan Kepegawaian Unit Sekretariat Jenderal dengan sampel 100 PNS. Data yang didapat merupakan data primer yang terdiri dari aktifitas fisik, tingkat stress, karakteristik responden yang terdiri dari Usia, Jenis Kelamin, Berat Badan dan Tinggi Badan, Riwayat Genetik dan Durasi Tidur yang diperoleh berdasarkan pengisian kuesioner oleh responden. Selain itu, juga terdapat data asupan makan menggunakan metode recall 24 jam yang diperoleh dengan cara wawancara kepada responden. Hasil penelitian mendapatkan bahwa aktifitas fisik, riwayat genetik, durasi tidur, asupan kabohidrat memiliki perbedaan yang signifikan pada kejadian obesitas PNS Kemenag (p= 0,05). Analisa regresi logistik ganda mendapatkan hasil bahwa aktifitas fisik merupakan faktor dominan yang membedakan kejadian obesitas pada PNS Kemenag Unit Sekjen. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang paling tepat untuk menurunkan risiko dan mencegah terjadinya obesitas pada responden adalah melakukan aktifitas fisik secara rutin. Sehingga dibutuhkan keterlibatan instansi kantor dalam hal ini Kementerian Agama untuk melakukan upaya peningkatan aktifitas fisik pada pegawai. Kata kunci: Obesitas, Aktifitas Fisik, Pegawai Negeri Sipil, Faktor dominan, Obesity is one of the causes of cardiovascular disease that is the leading cause of global death and a risk factor for the emergence of various degenerative diseases, especially cardiovascular disease. Obesity was caused by a variety of factors, including physical activity, sleep duration, genetic history, sex, stress levels, macro nutrient intake such as energy intake, carbohydrates, protein, fat and fiber. One of the jobs most at risk of obesity is civil servants (PNS) or government employees. The purpose of this study is to prove physical activity as the dominant factor that distinguishes the incidence of obesity in civil servants of the Secretariat General Unit of the Ministry of Religious Affairs. This research was conducted with cross-sectional design at the Office of the Ministry of Religious Affairs of Indonesia, General Bureau and Personnel of the General Secretariat Unit with a sample of 100 civil servants. The data obtained are primary data consisting of physical activity, stress level, respondent characteristics consisting of Age, Gender, Weight and Body height, Genetic History and Sleep Duration obtained based on the questionnaire filling by respondents. In addition, there is also data intake of food using 24-hour recall method obtained by interview to respondents. The results of the study found that physical activity, sleep duration, genetics history and carbohydrate intake had significant differences in the incidence of obesity of PNS Kemenag (p = 0,005). Multiple logistic regression analysis found that physical activity was the dominant factor that distinguished the obesity incident in PNS Kemenag Unit Sekjen. This suggests that the most appropriate effort to reduce the risk and prevent the occurrence of obesity in the respondents is to do regular physical activity. So it takes the involvement of office agencies in this case the Ministry of Religious Affairs to make efforts to increase physical activity on employees. Keywords: Obesity, Physical Activity, Civil Servant, Dominant Factor
Read More
T-5196
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Athi Rahmawati; Pembimbing: Besral; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Dyah Erti Mustikawati
Abstrak:
sindrom metabolik merupakan pengelompokan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular yang prevalensinya meningkat dalam proporsi epidemi di seluruh dunia, dimana di indonesia sendiri terdapat sekitar 13,13%. perubahan tren aktivitas fisik menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya sindrom metabolik. diperkirakan terdapat 26,1% penduduk indonesia yang tergolong kurang dalam beraktivitas fisik. penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan aktivitas fisik dengan sindrom metabolik pada orang dewasa di indonesia. penelitian ini menggunakan data sekunder riskesdas 2013. analisis regresi dilakukan pada 34.321 sampel dan dihasilkan bahwa aktivitas fisik sedang memiliki risiko 1,9 kali lebih tinggi sementara aktivitas fisik rendah 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas fisik berat untuk mengalami sindrom metabolik setelah dikontrol faktor usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok.
kata kunci: aktivitas fisik; sindrom metabolik
metabolic syndrome is a clustering of risk factors for cardiovascular disease whose prevalence is increasing in epidemic proportions worldwide, where the prevalence in indonesia is about 13.13%. changes in physical activity trends are among the factors that can affect the metabolic syndrome. it is estimated that there are 26.1% of indonesian population who are classified as low in physical activity. this study aims to study the correlation between physical activity with metabolic syndrome in indonesian adults. this study uses secondary data riskesdas 2013. regression analysis was performed on 34.321 samples and the resulting moderate physical activity may increase the risk up to 1.9 times higher and low physical activity may increase the risk up to 2.2 times higher than heavy physical activity for metabolic syndrome after adjusted for age, sex, and smoking.
keyword : metabolic syndrome, phisical activity
Read More
kata kunci: aktivitas fisik; sindrom metabolik
metabolic syndrome is a clustering of risk factors for cardiovascular disease whose prevalence is increasing in epidemic proportions worldwide, where the prevalence in indonesia is about 13.13%. changes in physical activity trends are among the factors that can affect the metabolic syndrome. it is estimated that there are 26.1% of indonesian population who are classified as low in physical activity. this study aims to study the correlation between physical activity with metabolic syndrome in indonesian adults. this study uses secondary data riskesdas 2013. regression analysis was performed on 34.321 samples and the resulting moderate physical activity may increase the risk up to 1.9 times higher and low physical activity may increase the risk up to 2.2 times higher than heavy physical activity for metabolic syndrome after adjusted for age, sex, and smoking.
keyword : metabolic syndrome, phisical activity
S-9503
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
