Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
T-5861
[s.l.] : [s.n.] : s.a.]
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agus Nawan; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Evi Fatimah, Adang Mulyana
Abstrak: Tesis ini membahas hubungan frekuensi episode diare dengan kejadian stunting pada batita usia 12-36 bulan di kecamatan Tamansari kabupaten Bogor tahun 2019. Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Metode penelitian adalah kuantitatif dengan desain cross sectional dari menganalisis data primer dari 441 batita berusia 12-36 bulan. Hasil penelitian menunjukkan proporsi stunting pada balita usia 12-36 bulan sebesar 36,96%. Sedangkan proporsi stunting pada batita dengan frekuensi episode diare >1 kali dalam 6 bulan sebesar 54,55% lebih tinggi dibandingkan proporsi stunting pada batita dengan frekuensi episode diare ≤ 1 kali yaitu 30,31%. Analisis multivariat dengan uji cox regression menunjukkan hubungan yang signifikan antara frekuensi episode diare dengan kejadian stunting memiliki PR= 1,71 (95% CI: 1,24-2,34; p-value: 0,001), artinya peluang kejadian stunting pada batita dengan frekuensi episode diare > 1 kali dalam enam bulan sebesar 1,71 kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan batita yang frekuensi episode diare ≤ 1 kali setelah dikontrol ASI eksklusif dan sanitasi. Peningkatan program promotof dan preventif guna pencegahan penyakit diare yaitu mengaktifkan kembali kegiatan penyuluahn meja 4 posyandu, peningkatan surveilans penyakit diare, asupan gizi yang seimbang, berkoordinasi dengan lintas sektor dalam peningatan higiene dan sanitasi, misalnya: penyediaan sarana air bersih, penyediaan saran BAB, dan media sarana edukasi dan sarana cuci tangan menggunakan sabun.

This study analyzes the relationship between the frequency of diarrhea episodes and stunting in toddlers aged 12-36 months in Tamansari sub-district, Bogor district in 2019. Stunting or often called dwarf or short is a condition of growth failure in children under five years due to chronic malnutrition and recurrent infections especially in the period of the First 1,000 days of life, from fetuses to children aged 23 months. The child is classified as stunting if the length or height is below minus two standard deviations. The prevalence of stunting in Tamansari subdistrict in 2019 is 23.01%. Cross sectional research method with cox regression analysis, primary data were taken in July 2019 in Tamansari sub-district, Bogor district from 50 active posyandu with a total sample of 441 toddlers, proportional random sampling technique. The results of the study were 163 (36.96%) stunting toddlers, there were 121 (27.44%) toddlers with diarrhea episode frequencies >1 time, the final cox regression analysis model showed a significant relationship between the frequency of diarrhea episodes with
stunting with a PR = 1 , 71 (95% CI: 1.24-2.34; p-value: 0.001) which means that toddlers with a frequency of diarrhea episodes >1 time have a chance of experiencing stunting 1.71 times higher when compared with toddlers whose frequency of diarrhea episodes ≤ 1 time after sanitation control and a history of exclusive breastfeeding.
Read More
T-5828
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syamsul Ma`arif; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Evi Fatimah, Adang Mulyana
Abstrak: Stunting merupakan masalah serius, dampak nyata adalah menurunnya kualitas generasi muda di masa datang baik secara fisik maupun motorik yang mana akan berpengaruh pada perekonomian negara. Program stunting di Indonesia masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dengan target penurunan dari (30,8%) 2018 menjadi (14%) 2024. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor determinan stunting pada batita usia 12-36 bulan di kecamatan tamansari, kabupaten Bogor, Indonesia. Desain studi cross-sectional dari data primer dengan jumlah sampel 500 batita usia 12-36 bulan. Analisis faktor determinan stunting pada penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regresi dan besar pengaruh dinyatakan dalam prevalensi rasio (PR) dengan confident interval (CI) 95%. Penelitian kami menunjukkan prevalensi stunting pada batita usia 12- 36 bulan di Tamansari sebesar 39.2%. Hasil uji Multivariat menunjukkan faktor determinan stunting di Tamansari yaitu riwayat pemberian ASI (PR=1.32), diare (PR= 1.40), asupan energi (PR=1.35), pendidikan ibu (PR=1.54) dan usia ibu (PR=1.44). Hasil penelitian menyarankan bahwa pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan dapat mencegah stunting dengan meningkatkan cakupan asi eksklusif, pola hidup bersih dan sehat serta meningkatkan asupan energi dan protein seperti telur, tahu dan tempe. Bagi Dinas Pendidikan, meningkatkan pendidikan ibu dengan kejar paket A-C, dan bagi BKKBN bersama Kantor Urusan Agama setempat meningkatkan usia pernikahan sesuai UU perkawinan yaitu 19 tahun.

Stunting is a serious problem, the real impact is the decline in the quality of young people in the future both physically and motorically which potentially affect the country's economy. The purpose of this study is to assess the determinant factor of stunting in toddlers aged 12-36 months in Tamansari, Bogor District, Indonesia. A cross-sectional study design was employed, with primary data from a total sample of 500 toddlers in the District and applied multivariate Cox Regression analysis. Our study shows that the prevalence of stunting in toddlers aged 12-36 months in Tamansari is 39.2%. The Multivariat analysis test results show factors determinant of stunting in Tamansari such as the history of breast feeding (PR=1.32), diarrhoeal disease (PR=1.40), energi intake (PR=1.35), mother’s education (PR=1.54) and mother’s age (PR=1.44). The researcher suggest that The Health Center and the Department of Health prevent stunting by apply exclusive breast feeding, healthy lifestyles and increase energy and protein intake such as eggs, tofu and tempe. Department of Education increasing the minimum of mother’s education with “kejar paket A-C”. National Family Planning Coordinating Agency and Religious Affairs Office increasing the minimum marriage age in accordance with Indonesian marriage law limitations at age of 19 years.
Read More
T-5844
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Binar Panunggal ... [et al.]
MGMI Vol.7, No.2
Magelang : Balitbang GAKI Kemenkes RI, 2016
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Syilga Cahya Gemily; Pembimbing: Sandra Fikawati; Penguji: Asih Setiarini, Trini Sudiarti, Evi Fatimah, Martha Irene Kartasurya
Abstrak: Protein hewani merupakan salah satu zat gizi yang dapat berhubungan dengan kejadian stunting. Namun, saat ini asupan protein hewani masyarakat masih belum mencapai angka ideal yang disarankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan asupan protein hewani anak usia 25-30 bulan di Jakarta Pusat tahun 2019. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian case control yang berjudul Perbedaan Asupan Susu dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 25-30 Bulan di Jakarta Pusat Tahun 2019. Total sampel sebanyak 121 anak. Analisis data menggunakan uji chi square, uji T dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu dan Minimum Dietary Diversity (MDD) berhubungan signifikan dengan asupan protein hewani, dimana asupan protein hewani yang baik lebih banyak terdapat pada anak yang berasal dari pendidikan ibu tinggi dan MDD yang tercapai. Faktor dominan yang berhubungan dengan asupan protein hewani adalah pendidikan ibu (OR: 3,8) setelah dikontrol oleh MDD, Minimum Meal Frequency (MMF), Minimum Acceptable Diet (MAD), status pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan protein hewani dengan kejadian stunting (OR:7,8). Anak yang asupan protein hewaninya kurang memiliki peluang sebesar 7,8 kali lebih tinggi untuk mengalami stunting. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara literasi gizi ibu/pengasuh dengan MMF dan MAD, dimana MMF dan MAD yang tercapai lebih banyak terdapat pada anak yang berasal dari ibu/pengasuh dengan literasi gizi yang tinggi. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor dominan yang berhubungan dengan asupan protein hewani anak usia 25-30 bulan di Jakarta Pusat tahun 2019 adalah pendidikan ibu. Anak yang berasal dari ibu dengan pendidikan rendah berpeluang 3,8 kali lebih tinggi memiliki asupan protein hewani yang kurang.

Animal protein is the nutrients that can be associated with stunting. However, at present, the community & #39;s animal protein intake has not yet reached the recommended ideal number. This study aims to determine the dominant factors associated with animal protein intake for children aged 25-30 months in Central Jakarta in 2019. This study used secondary data from a case-control study with entitled The Difference between Milk Intake with Stunting on Children aged 25-30 Months in Central Jakarta in 2019. The total sample of 121 children. Data analysis used chi-square test, T-test and multiple logistic regression. The results showed that dominant factors related to animal protein
intake are maternal education (OR: 3.8) after being controlled by Minimum Dietary Diversity (MDD), Minimum Meal Frequency (MMF), Minimum Acceptable Diet (MAD), mother's employment status, and family income. There was a significant relationship between animal protein intake and stunting (OR: 7.8). Children whose animal protein intake is less have a 7.8 times higher chance to be stunting. The conclusion of this study is that the dominant factor associated with animal protein intake is maternal education. Children who come from mothers with low education are 3.8 times more likely to have less animal protein intake.
Read More
T-5862
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ari Wijayanti; Pembimbing: Ratna Djuwita; Penguji: Evi Fatimah, Hikmah Kurniasari
Abstrak:
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditangani baik di Indonesia maupun Dunia. Dampak nyata dari masalah ini adalah terhambatnya perkembangan motorik, pertumbuhan mental dan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. Faktor risiko stunting pada anak salah satunya adalah kurangnya asupan gizi balita, terutama pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan stunting pada batita 12-36 bulan di kecamatan Tamansari, kabupaten Bogor, tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan menggunakan data primer. Sampel pada penelitian ini berjumlah 500 batita yang didapat dengan cara Proportional Random Sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan, panjang badan, wawancara dengan kuesioner dan food recall. Status stunting dinilai berdasarkan indikator TB/U < -2 z-score. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regresi dan besar pengaruh dinyatakan dalam Prevalensi Rasio (PR) dengan Confident Interval (CI) 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada batita usia 12-36 bulan di kecamatan Tamansari, kabupaten Bogor tahun 2019 sebesar 39.2%. Hasil analisis multivariat menunjukkan batita yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki peluang sebesar 1,37 (95%CI: 1,03-1,83) kali mengalami stunting dibandingkan dengan batita yang diberikan ASI eksklusif setelah dikontrol oleh pendidikan ibu dan asupan kalori batita. Perlu dilakukannya peningkatan pendidikan ibu minimal SMA dan pemberian asupan makanan batita yang tinggi energi serta protein dan terjangkau harganya oleh masyarakat.

Stunting is a public health problem that needs to be addressed both in Indonesia and the World. The real impact of this problem is hampered motor development, mental growth and increased risk of morbidity and death. One of the risk factors for stunting in children is the lack of nutritional intake of infants, especially exclusive breastfeeding. This study aims to determine the relationship between exclusive breastfeeding with stunting in toddlers aged 12-36 months in Tamansari sub-district, Bogor district, 2019. The research design used was cross-sectional using primary data. The sample in this study amounted to 500 toddlers obtained by Proportional Random Sampling. This research was conducted in July 2019. Data collection was carried out by measuring height, body length, interviews with questionnaires and food recall. Stunting status was assessed based on the TB / U indicator <-2 z-score. The analysis used in this study uses multivariate cox regression analysis and the magnitude of the effect is expressed in the prevalence ratio (PR) with a 95% confident interval (CI). The results showed that the prevalence of stunting in toddlers aged 12-36 months in Tamansari sub-district, Bogor district in 2019 was 39.2%. The results of multivariate analysis showed that toddlers who were not given exclusive breastfeeding had a chance of 1.37 (95% CI: 1.03-1.83)  times stunting compared to toddlers who were given exclusive breastfeeding after being controlled by maternal education and toddler calorie intake. It is necessary to improve maternal education at least high school and to provide toddlers food intake that is high in energy and protein and affordable by the community.

Read More
T-5845
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Vara Aprilia; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Sandra Fikawati, Rahmawati
Abstrak: Batita merupakan kelompok berisiko terhadap masalah sulit makan. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, otonomi anak telah berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga, pengetahuan MPASI, dan praktik pemberian makan dalam keluarga dengan kejadian sulit makan pada populasi batita di komunitas ibu Jabodetabek. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada 151 responden. Data yang digunakan merupakan data primer, dengan pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner online. Data penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat (menggunakan uji chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 60,9% anak batita mengalami kejadian sulit makan. Pada penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan MPASI, pengenalan MPASI, kontrol makanan, keterlibatan anak, dan model peran dengan kejadian sulit makan pada batita, dimana nilai p value < 0,05.
Toddlers are a risk group for difficult eating problems. This is because at that age, the child?s anatomy has developed. This study aims to determine the relationship between family income, knowledge of complementary foods, and family feeding practices with the incidence of eating difficulties in the toddler population in Mother Community Jabodetabek. This research is a quantitative research with a cross sectional study design conducted on 151 respondents. The data used in this study is primary data and data collection was done online using an online questionnaire. The data were analyzed by univariate and bivariate (using chi-square test). The results showed that there were 60.9% of toddlers who had eating difficulties. This study founded that there was a significant relationship between knowledge of complementary foods, introduction of complementary foods, food control, child involvement, and role models with the incidence of difficulty eating in toddlers with p value <0.05.
Read More
S-11070
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eryasih Setyorini; Pemb. Yvonne Magdalena Indrawani; Penguji: Engkus Kusdinar Achmad, Fatmah, Eko Prihastono, Fajrinayanti
Abstrak:

ABSTRAK Stunting (tubuh yang pendek) menggambarkan keadaan gizi yang kurang yang sudah berjalan lama (kronis) dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali. Dampak stunting pada pertumbuhan fisik terganggu yang menyebabkan tidak bisa berkompetisi dengan orang lain dalam mendapatkan pekerjaan dan aspek kehidupan lainnya. Tesis ini bertujuan untuk menilai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak batita (0-36 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok bulan Mei 2013. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan jumlah sampel 204 orang. Data diperoleh dari data sekunder dan juga data primer melalui kuesioner hasil wawancara dan pengukuran antropometri langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi batita stunting usia 0-36 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2013 sebesar 22,1%. Presentase/proporsi batita stunting memiliki ibu yang tidak melakukan kunjungan antenatal pertama (K1) saat hamil dulu sebesar 65,7%. Analisis Regresi Logistik Ganda menunjukkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada batita adalah kunjungan antenatal pertama (K1) (p<0.005, OR=6,84). Untuk mencegah terjadinya stunting pada batita, disarankan kepada ibu hamil mulai dari awal masa kehamilan agar rajin memeriksakan kehamilan ke bidan/dokter kandungan, rajin mengkonsumsi makanan yang bergizi, serta memanfaatkan pelayanan antenatal lainnya.

 ABSTRACT Stunting (short stature) describes the state of lacking nutrition longstanding (chronic) and require time for children to grow and recover. Stunting impact on impaired physical growth that causes can not compete with others in finding employment and other aspects of life. This thesis aims to assess the factors associated with the incidence of stunting in children toddlers (0-36 months) at the Puskesmas Jewel Mas Depok in 2013. The research was conducted at the Puskesmas Jewel Mas Depok City in May 2013. Design of this study used cross sectional method with a sample of 204 people. Data obtained from secondary data and primary data through interviews and questionnaires direct anthropometric measurements. The results showed that the prevalence of stunting toddlers aged 0- 36 months in the Work Area Health Center Jewel Mas Depok in 2013 by 22.1%. Percentage / proportion of stunting toddler having a mother who did not do the first antenatal visit (K1) during pregnancy first at 65.7%. Multiple logistic regression analysis showed that the most dominant variables associated with the incidence of stunting in toddlers is the first antenatal visit (K1) (p <0.005, OR = 6,84). To prevent stunting in toddlers, pregnant women are advised to start at the beginning of pregnancy so diligently to antenatal midwife / obstetrician, diligently consume nutritious foods, as well as take advantage of other antenatal services.

Read More
T-3820
Depok : FKM UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Iswandi; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Besral, Asih Setiarini, Desiana Dharmayani, Nunik Kusumawardahani
Abstrak:

Tesis ini menguraikan pengaruh riwayat stunted (pendek) pada anak usia dibawah tiga tahun terhadap prestasi akademiknya pada usia sekolah dasar. Penelitian ini merupakan survey longitudinal atau cohort fixed population dengan menggunakan data Studi Indonesian Family Life Survey/IFLS tahun 1993-2007. Hasil penelitian menemukan Anak yang mengalami stunted pada usia bawah tiga tahun akan memiliki resiko untuk mengalami prestasi akademik kurang sebesar 1.840 kali dibandingkan dengan anak yang tidak memilik riwayat stunted setelah dikontrol variabel perancu (frekuensi makan, pemberian ASI eksklusif dan pendidikan pra sekolah dasar). Disarankan agar mengembangkan kerjasama lintas sektoral yang berkelanjutan untuk pembangunan SDM sejak anak usia dini terkhusus anak bawah tiga tahun dan pra sekolah dasar.


 

The focus in this study is to identify the relationship of history stunted in children under three years to the cl1ild's academic achievement at primary school age. This research is a longitudinal survey or cohort Study fixed population by using data Indonesian Family Life Survey/IFLS year 1993-2007. The study results showed that experienced stunted children under three years of age will have an increased risk for having low academic achievement at 1.840 times compared with children not having a history of stunted after controlled confounding variables (frequency of meals, exclusive breastfeeding and pre-primary school education for the child). Researcher suggests to develop cross-sectoral cooperation for sustainable human development since early childhood, especially children under three years and pre-primary school age.

Read More
T-3268
Depok : FKM-UI, 2010
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive