Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Erta Rahmawati; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Vetty Yulianty Permanasari, Puput Oktamianti, Indah Rosana Alpisahar, Anasthasia Lumantik
Abstrak: Tingginya angka perputaran perawat di RS Prikasih > dari 10% menimbulkanberbagai permasalahan diantaranya, meningkatnya biaya operasional,terganggunya kegiatan operasional dan menimbulkan permasalahan moralperawat yang tinggal. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desainkuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tipe budaya organisasi(klan, adhrokrasi, pasar, hierarki) dan komitmen organisasi (afektif, normatif,berkelanjutan). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahuihubungan antara berbagai tipe budaya organisasi, komitmen organisasi tersebutdengan turnover intention (keinginan pindah kerja) di Rumah Sakit Prikasih, sertamengidentifikasi jenis hubungan yang paling dominan. Penelitian inimenggunakan metode cross-sectional (potong lintang) dengan respondensebanyak 102 perawat, dengan instrumen penelitian berupa kuesioner. Hasilanalisis korelasi dan regresi menunjukkan adanya hubungan bermakna antarabudaya organisasi (klan, pasar, hirarki), komitmen organisasi (afektif, normatif,berkelanjutan) dengan turnover intention. Hubungan yang paling dominan adalahantara komitmen afektif dengan turnover intention.Universitas IndonesiaviiiKata kunci : perawat, budaya organisasi, komitmen organisasi, turnoverintention
The high rate of nurse turnover > 10% at Prikasih hospital causes a variety ofproblems, increased operating cost, disruption operations and raising moral issuesin nurse who stay, This research is a quantitative analytical research aiming todescribe the types of organizational culture (clan, adhocracy, market, hierarchy)and organizational commitment (affective, normative, continuance). The researchalso aims to illustrate the relations between the different types of organizationalculture and organizational commitment, and the association with turnoverintention at Prikasih hospital as well as to identify the most dominant factor ofrelations. The research uses cross-sectional method with 102 nurses asrespondents, using questionnaires. The result correlation and regresion analysisshows that there is correlation between organizational culture (clan, market,hierarchy), organizational commitment (affective, normative, continuance) withturnover intention. Affective commitment exhibits as the most dominant variablein relation to turnover intention.Keyword : nurse, organizational culture, organizational commitment, turnoverintention
Read More
B-1739
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
I Made Pradnyana Wiguna; Pembimbing: Kurniasari; Penguji: Jaslis Ilyas, Puput Oktamianti, Nusati Ikawahyu, Adinnulkhasanah
B-2021
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anastasia Yekti Heningnurani; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Adang Bachtiar, Puput Oktamianti, , Maulana, Didik Sunaryadi
Abstrak: Salah satu pendekatan untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah membangun budaya keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien sendiri merupakan salah satu aspek dari budaya organisasi, karena itu, untuk mengembangkannya diperlukan pengkajian budaya organisasi agar terjadi perubahan yang mendorong upaya peningkatan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis budaya keselamatan pasien dan mengidentifikasi profil organisasi untuk menentukan langkah strategis pengembangan budaya keselamatan pasien di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi. Penelitian cross-sectional, mix method dengan survei kepada sebanyak 190 tenaga klinis yang langsung berhubungan dengan pasien yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga penunjang pelayanan medis dengan menggunakan kuesioner HSOPSC (Hospital Survey on Patients Safety Culture) yang dikembangkan oleh AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) dalam mengukur Budaya Keselamatan Pasien dan OCAI (Organization Culture Assessment Instrument) untuk mengidentifikasi profil budaya organisasi. Dilakukan analisis korelasi antara kedua temuan. Dilakukan pula Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi hambatan dan harapan dan kemudian dibahas dalam Consencus Decission Making Group (CDMG) jajaran manajemen sebagai kesepakatan tentang rencana tindak lanjut. Pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan dan kerjasama dalam unit merupakan dimensi budaya terkuat sementara staffing, respons non-punitive terhadap kesalahan terlapor, frekuensi pelaporan kejadian dan jumlah kejadian yang dilaporkan merupakan dimensi budaya kurang yang perlu mendapatkan intervensi. Budaya Clan adalah jenis budaya organisasi yang paling dominan, tetapi bukan merupakan budaya yang kuat karena selisih skor dengan budaya Hierarki hanya satu (1) poin. Hasil korelasi antara dimensi pada budaya keselamatan menunjukkan adanya hubungan positif bermakna. Sedangkan korelasi antara tipe budaya organisasi dengan dimensi budaya keselamatan pasien menunjukkan hasil yang bervariasi. Strategi mutu budaya Clan dan budaya Hierarki dipakai sebagai panduan untuk perubahan dalam pengembangan budaya keselamatan pasien di RSUD H. Abdul Manap. Secara keseluruhan budaya keselamatan pasien termasuk dalam kategori budaya sedang, dimensi budaya pelaporan merupakan yang terlemah. Upaya pengembangan budaya keselamatan pasien memerlukan komitmen pimpinan, pemberdayaan staf dan pengembangan sistem. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis berbagai faktor dalam pengembangan budaya pelaporan
Read More
B-2109
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Eric Irawati; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Anhari Achadi, Puput Oktamianti, Sugiharto, Erni Endah Sulistioratih
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional melibatkan 69 staf pegawai di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dengan menggunakan sampel total sampling.

Hasil analisis bivariat menggunakan analisis regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan: 1) kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi secara masing-masing memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB); 2) Kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi secara bersama- sama diuji yang memiliki hubungan signifikan dan paling dominan mempengaruhi terjadinya Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah kepuasan kerja setelah dikontrol variabel kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi.

Peningkatan perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB) pegawai di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan harus selalu ditingkatkan antara lain menciptakan dan meningkatkan unsur-unsur kepuasan kerja pegawai, kepemimpinan transformasional di antara para pimpinan dan staf serta menciptakan lingkungan budaya organisasi yang mendukung terjadinya perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Kata kunci : Organizational citizenship behavior, OCB, kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, perilaku organisasi
Read More
T-4384
Depok : FKM UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ni Wayan Ayu Vivi Mahardevi; Pembimbing: Chandra Satrya; Penguji: Ridwan Zahdi Sjaaf, Abdul Farid Syam
Abstrak: This study describes the picture of the strength of the safety culture in the project area Y and company. X. Its scope is limited to artifact factors, espoused values and basic assumptions. The study design used was descriptive with qualitative data analysis technique. The results of the research with interviewees on 5 informants, field observation and document review show that safety culture in PT X is at a moderate level or can be interpreted as safety, cost and production are considered to overlap / reduce each other. The possible causes of this cultural weakness stem from supervisory of payment by result basis, workers' responses to management efforts are lacking, safety is not yet integrated into all parts of the company, inconsistencies of value being exposed and employee behavior and workers selection are not yet applicable. The researcher's recommendation is to maintain consistency and evaluate the supervisory for payment by result basis system.
Read More
S-9645
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rizky Aniza Winanda; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Helen Andriani, Wachyu Sulistiadi, Tirsa Persila Awairaro, Sutopo Patria Jati
Abstrak:
Budaya organisasi dapat menjadi jembatan untuk mencapai tujuan organisasi pelayanan kesehatan namun juga sebaliknya dapat menjadi pemicu terjadinya hambatan dalam menunjang keselamatan pasien. Budaya organisasi dan budaya keselamatan pasien menjadi landasan untuk dilakukannya perubahan, terutama dalam hal peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit. Untuk menciptakan budaya organisasi yang positif, salah satu faktor esensial yang harus dimiliki rumah sakit adalah sumber daya manusia (SDM) yang mampu mendukung tujuan organisasi. Penelitian ini ditujukan untuk memahami bagaimana kepribadian individu sebagai staf di rumah sakit memengaruhi pembentukan budaya organisasi dan penerapan budaya keselamatan pasien di RSUD Scholoo Keyen. 131 tenaga medis fungsional dan struktural menjadi responden dalam penelitian kuantitatif. Selanjutnya dilakukan wawancara mendalam terhadap 9 informan dan diskusi kelompok terfokus bersama 3 perwakilan manajemen rumah sakit. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa banyak staf yang cenderung mengalami sikap permusuhan, kurang mampu bertanggung jawab dalam pekerjaan, dan memiliki kapasitas menyelesaikan masalah yang rendah. Penilaian terhadap budaya organisasi menunjukkan bahwa nilai-nilai organisasi di tingkat makro masih dinilai rendah. Selain itu, 84.7% staf menilai penerapan budaya keselamatan pasien di rumah sakit masih negatif dan belum efektif. Staf menilai bahwa manajemen rumah sakit masih perlu melakukan perbaikan dari aspek kepemimpinan, kerja sama tim, pengenalan stres, dan pengembangan potensi staf.

Organizational culture (OC) serves as a bridge to achieve a health service organization’s purpose, but on the contrary, a negative OC can impede patient safety. Organizational culture and patient safety culture (PSC) aims to improve the quality of services in hospitals. To create a positive OC & PSC, one of the essential factors is human resources (HR) that organizational goals. This research aims to understand how individual staff personalities influence the formation of OC and the implementation of PSC at Scholoo Keyen Regional Hospital. medical personnel were included in the quantitative research. Qualitative research was then conducted through in-depth interviews with 9 informants and a focused group discussion with 3 hospital management representatives. The results of this research found that a substantial portion of staff had hostile attitudes, are less able to take responsibility at work, and have a low capacity to solve issues. Assessment of OC shows that organizational values at the macro level are still considered low. In addition, 84.7% of staff assessed that the implementation of PSC in the hospital was negative and not effective. Staff reported that hospital management needs to improve in terms of leadership, teamwork, stress recognition, and developing staff potential.
Read More
B-2492
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Herta Puspitasari; Pembimbing: Mardianti Nadjib; Penguji: Adik Wibowo, Amal Chalik Sjaaf, Adib A. Yahya, Nancy Febriana
B-1845
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Joko Susilo; Pembimbing: Dumilah Ayuningtyas; Penguji: Anhari Achadi, Vetty Yulianty Permanasari, Budi Hartono, Yuli Prapancha Satar
Abstrak: Membangun budaya keselamatan pasien merupakan langkah awal dalampengembangan keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien di rumah sakitmerupakan bagian dari budaya organisasi, sehingga pengkajian tentang budayaorganisasi diperlukan untuk menjadi panduan dalam mengembangkan keselamatanpasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui budaya keselamatan pasien di kalanganpemberi pelayanan di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung danmengidentifikasi profil budaya organisasi pada jajaran pimpinannya.Penelitian deskriptif dengan interpretasi dan analisis kualitatif ini mengambilsubyek penelitian para pemberi pelayanan dan jajaran manajemen rumah sakit, dengancara menyebarkan kuesioner dan melaksanakan Consensus Decision Making Group(CDMG). Instrumen penelitian menggunakan kuesioner AHRQ (Agency for HeathResearch and Quality) membagi budaya keselamatan pasien menjadi 1.) BudayaKeterbukaan, 2.) Budaya Keadilan, 3.) Budaya Pelaporan, 4.) Budaya Belajar, 5.)Budaya Informasi. Sedangkan kuesioner Organization Culture Assesment Instrument(OCAI) menilai 6 kriteria budaya yaitu 1.) Karakter Dominan, 2.) KepemimpinanOrganisasi, 3.) Manajemen Karyawan, 4.) Perekat Organisasi, 5.) Penekanan Strategis,6.) Kriteria Keberhasilan. Budaya organisasi terbagi menjadi Tipe Clan, Adhocrazy,Market dan Hierarki.Hasil penelitian mendapatkan bahwa budaya keterbukaan, terutama kerjasamadalam unit merupakan dimensi budaya keselamatan pasien yang terkuat dan dominan.Sedangkan respons non punitive dan pencatatan merupakan dimensi yang terlemah.Tipe budaya Hierarki didapatkan sebagai tipe budaya organisasi yang dominansekaligus kuat untuk saat ini dan yang diharapkan. Hal ini menjadi panduan untukmemilih strategi peningkatan mutu melalui Competing Value Framework dalamrangka pengembangan dan peningkatan keselamatan pasien. Rencana tindak lanjutdibuat dan disepakati dalam Consensus Decision Making Group (CDMG) untukmembumikan unsur keselamatan pasien dalam visi dan misi organisasi sertapenguatan budaya keselamatan melalui pelatihan keselamatan pasien bagi seluruh staf.Blamming culture harus secara perlahan dan signifikan segera dihilangkan dalamsemua bentuk pelayanan di rumah sakit.Kata Kunci: Budaya Organisasi, Budaya Keselamatan Pasien, Budaya Hierarki,RSUD dr. H. Abdul Moeloek.
Building a culture of patient safety is the first step in the developmentof patient safety. Culture of patient safety in hospitals is part of the cultureof the organization, so that the assessment of organizational culture neededto be a guide in developing patient safety. This study aims to determine thepatient safety culture among providers in dr. H. Abdul Moeloek Lampungand identify organizational culture profile in the ranks of leadership.Descriptive study with qualitative interpretation and analysis of thestudy subjects took care providers and hospital management board, bydistributing questionnaires and implement the Consensus Decision MakingGroup (CDMG). The research instrument used questionnaires AHRQ(Agency for Heath Research and Quality) dividing the patient safety cultureto 1.) Cultural Openness, 2.) Cultural Justice, 3) Cultural Reporting, 4.)Cultural Learning, 5.) Cultural Information. While questionnairesOrganization Culture Assessment Instrument (OCAI) assesses six culturalcriteria, namely 1.) Dominant character, 2) Organizational Leadership, 3)Employee Management, 4.) Adhesive Organization, 5.) Strategic Emphasis,6.) Success Criteria. Organizational culture is divided into Type Clan,Adhocrazy, Market and Hierarchy.Results of the study found that a culture of openness, especiallycooperation in the unit are the dimensions of patient safety culture isstrongest and dominant. While the non-punitive responses and recording theweakest dimension. Type Hierarki culture obtained as the dominant type oforganizational culture as well strong for the current and expected. It servesas a guide to select a quality improvement strategy through CompetingValue Framework in order to develop and increase patient safety. Follow-upplan prepared and agreed in the Consensus Decision Making Group(CDMG) to ground elements of patient safety in the vision and mission ofthe organization and strengthening a culture of safety through patient safetytraining for all staff. Blamming culture must gradually and significantlysoon be eliminated in all forms of service in hospitals.Keywords: Organizational Culture, Patient Safety Culture, Patient safety,Cultural Hierarchy, RSUD dr. H. Abdul Moeloek
Read More
B-1798
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fahnida Zeydra Thohari; Pembimbing: Ede Surya Darmawan; Penguji: Dumilah Ayuningtyas, M. Reza Hilmy
Abstrak:
RS Orthopedi Siaga Raya sedang berusaha untuk mengoptimalkan kinerja personel dalam upaya peningkatan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Pimpinan rumah sakit merasakan perlunya pengembangan budaya organisasi dalam rangka mengoptimalkan kinerja personel. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi budaya organisasi yang ada serta hubungannya terhadap kinerja personel di RS Orthopedi Siaga Raya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif serta didukung dengan wawancara mendalam. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dimana sampel penelitian ini adalah seluruh personel yang bekerja di RS Orthopedi Siaga Raya yaitu sejumlah 187 orang. Dari seluruh kuesioner yang dibagikan didapatkan respon dari 100 personel. Hasil penilaian kinerja personel didapatkan aspek kuantitas kerja, ketepatan waktu, serta efektivitas kerja masih belum optimal. Hasil penilaian budaya organisasi didapatkan budaya organisasi di RS Orthopedi Siaga Raya mengarah ke budaya klan. Hasil penelitian mengenai hubungan budaya organisasi dengan kinerja personel diperoleh nilai Sig. (0,000) < 0,05 yaitu terdapat hubungan signifikan budaya organisasi terhadap kinerja personel dengan nilai koefesien korelasi yang diperoleh sebesar 0,569 dimana budaya organisasi memberikan hubungan positif terhadap kinerja personel di RS Orthopedi Siaga Raya. 

RS Orthopedi Siaga Raya is striving to optimize the performance of the hospital, particularly its personnel. The hospital management recognizes the need for developing an organizational culture to enhance the performance of its personnel. This study aims to identify the existing organizational culture and its relationship to employee performance in RS Orthopedi Siaga Raya. The research adopts a quantitative approach and is supported by in-depth interviews. A questionnaire was distributed to the entire of employees working in RS Orthopedi Siaga Raya, totaling 187 individuals. From all the questionnaires distributed, responses were obtained from 100 personnel. The assessment of personnel performance revealed that aspects of work quantity, timeliness, and work effectiveness are still suboptimal. The assessment results of organizational culture revealed that the organizational culture at RS Orthopedi Siaga Raya is oriented towards a clan culture. The research findings regarding the relationship between organizational culture and personnel performance obtained a significance value (Sig.) of (0.000) < 0.05, indicating a significant relationship between organizational culture and personnel performance with a correlation coefficient of 0.569. This indicates that organizational culture has a positive influence on personnel performance at RS Orthopedi Siaga Raya.
Read More
B-2369
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Rudiana Sukmara; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Fatma Leastari, Chandra Satrya, Devie fitri Octaviani
Abstrak:

ABSTRAK

Tesis ini membahasas iklim keselamatan pada pekerja PT X yang diukur dengan menggunakan alat penilaian iklim keselamatan yang dikeluarkan oleh Health and Safety Executive United Kingdom. Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan desain desktiftif analitik.. Hasil penelitian didapatkan gambaran iklim keselamatan PT X dengan hasil baik tetapi masih ada faktor-faktor yang dapat ditingkatkan yaitu faktor komunikasi, lingkungan kerja, prosedur dan aturan, keterlibatan pekerja terkait keselamatan dan penilaian pekerja terhadap resiko. Variabel tingkat jabatan dan masa kerja serta dimensi job mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap iklim keselamatan.


ABSTRACT

The focus of this study is PT X workers safety climate which measured by safety climate assessment tool that published by Health and Safety Executive. This research is semi quantitative descriptive interpretive and analytic. The results of this research is PT X workers has good safety climate performance, but there are some factors that must be improved such as communication, work environment, rule and procedure, involvement and appraisal of risk. Level of position, worker job duration and job dimension influence to safety climate performance.

Read More
T-3920
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive