Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Yanyan Bahtiar
AJPPTV Vol.4, No.2
Ciamis : Balitbangkes Depkes RI, 2012
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fenny Setianingrum; Pembimbing: Prastuti Soewondo; Penguji: Pujiyanto, Masyitoh, Arief Wardoyo
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Fenny Setianingrum Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit : Kepatuhan Dokter Penanggung Jawab Pasien Terhadap Clinical Pathway Demam Berdarah Dengue I – II/Demam Dengue Dewasa periode Januari – Agustus 2017 di RS Simpangan Depok Pembimbing Judul : Prastuti Soewondo, SE, MPH, Ph.D Kata kunci : clinical pathway, demam berdarah dengue derajat I – II/demam dengue Infeksi virus dengue masih merupakan masalah keseharian dalam praktik klinis kedokteran dan program pengendalian penyakit Kementerian Kesehatan di Indonesia. Perjalanan penyakit dan luaran (outcome) yang bervariasi, mengharuskan para klinisi di fasilitas kesehatan untuk mampu menegakkan diagnosa sesuai panduan klinis yang didukung berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang standar, selain mengandalkan observasi gejala dan tanda klinis lainnya. Untuk dapat mengelola outcome dengan baik, Rumah Sakit Simpangan Depok telah menyusun dan mengoperasionalkan clinical pathway yang dapat digunakan sebagai acuan tata laksana Demam Berdarah bagi para dokter/dokter spesialis untuk menghasilkan luaran yang dapat meningkatkan kualitas layanan di fasilitas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis kepatuhan terhadap pelaksanaan clinical pathway untuk demam berdarah dengue I - II/demam dengue di RS Simpangan Depok sebagai alat untuk mengelola outcome sebagai salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan. Menggunakan pendekatan kualitatif, analisis data sekunder dari rekam medik pasien dengan diagnosis demam berdarah dengue derajat I – II/demam dengue selama periode Januari – Agustus 2017 telah dilakukan, didukung inteview dari delapan responden terkait. Hasil analisis atas evaluasi rekam medis menunjukkan masih ada beberapa varian dalam tata laksana layanan pengobatan dengue dengan angka kepatuhan sebesar 11,3%. Informasi ini sangat berguna untuk memberikan umpan balik atas pelaksanaan Clinical pathway yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas layanan di rumah sakit tersebut. Para pemberi pelayanan kesehatan merasakan manfaat adanya clinical pathway namun juga membatasi dalam pemberian terapi kepada pasien. Kesimpulan : Pelaksanaan clinical pathway dalam penatalaksanaan demam berdarah dengue derajat I – II/demam dengue berguna sebagai alat pengelolaan outcome klinis, walau dibutuhkan upaya khusus agar para klinisi mematuhi Clinical Pathway yang telah disepakati agar terjadi peningkatan kualitas layanan di RS Simpangan Depok


ABSTRACT Name : Fenny Setianingrum Program of study : Hospital administration : Compliance Of Doctor Against Clinical Pathway Dengue Hemorrhagic I - II / Dengue Fever in Adult Patient period January - August 2017 at Simpangan Hospital Depok Counselor Title : Prastuti Soewondo, SE, MPH, Ph.D Keywords : clinical pathway, dengue hemorrhagic fever, dengue fever Dengue virus infection remains to be a critical problem in the clinical practice of medicine and Communicable Disease Control program under the Ministry of Health in Indonesia. The variations in how the disease manifests and thus differences in clinical outcome, require clinicians to perform diagnosis according to standardized clinical guidelines that is supported by the standard laboratory results, in addition to symptoms observed and other clinical signs. To improve and manage outcomes, Simpangan Depok Hospital has developed a clinical pathway to be used as a standard reference for doctors in handling Dengue Fever in order to produce more consistent outcomes that can improve the quality of services provided. The purpose of this study is to analyze the compliance on implementation of clinical pathways for dengue hemorrhagic fever grade I - II / dengue fever in RS Simpangan Depok as a tool to manage clinical outcomes, as one indicator of the quality of health services. Through a qualitative approach, the study analyzes secondary data of medical records of patients with a diagnosis of dengue hemorrhagic fever grade I - II / dengue fever during the period January - August 2017, supported with in-depth interviews from eight informants. The results of the secondary data analysis indicate some variance in the provision of treatment compliance rates of 11,3%. This information will serve as much needed feedback on the implementation of clinical pathways in dengue hemorrhagic grade I – II management in improving the quality of health care. Conclusions: Implementation of clinical pathways in the treatment of dengue hemorrhagic fever grade I - II / dengue fever is critical tool in managing clinical outcome, though special efforts are needed to enable clinicians to comply with the agreed upon clinical pathway to ensure the quality of health services.

Read More
B-1950
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ibnu Mas`ud; Pembimbing: Atik Nurwahyuni; Penguji: Mardiati Nadjib, Vetty Yulianty Permanasari, Soeko Nindito
B-1676
Depok : FKM UI, 2014
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dessy Triany; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Renti Mahkota, Endang Burni Prasetyowati, Manik Kusmayoni
Abstrak: Latar belakang. Dampak perubahan iklimi menyebabkan tingginya penyebaran penyakit DBD, dan semakin meningkatnya jumlah KLB DBD dibeberapa wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Pada bulan Januari 2016 terjadi KLB DBD di Kabupaten Tangerang.
Metodologi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD pada saat KLB di Kabupaten Tangerang, menggunakan desain kasus kontrol dengan analisis multivariat uji logistic regresion. Jumlah sampel 201 terdiri dari 67 kasus dan 134 kontrol. Kasus adalah penderita DBD pada saat KLB dengan konfirmasi medis yang berusia 5-44 tahun, kontrol adalah tetangga kasus yang berada pada radius 100 dari rumah kasus. Data diambil langsung kerumah kasus dan kontrol yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016
Hasil penelitian, Kejadian DBD dipengaruhi oleh faktor umur OR: 22,87 (95% CI: 6,67- 78,51), jenis kelamin 3,62 (95% CI : 1,71-7,67), kebiasaan tidur siang OR: 2,47 (95% CI: 1,20-5,12), kontak dengan penderita OR: 2.22 (95% CI: 1,05-4,68) dan lingkungan rumah yang terdapat kebun/semak OR: 2,02 (95% CI: 0,99-4,14). Umur merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kejadian DBD. Disarankan. Masyarakat disarankan lebih waspada terhadap penyakit DBD dan kepada pemerintah agar meningkatkan promosi kesehatan tentang penyakit DBD sehingga masyarakat dapat berperanan dan berpartisipasi aktif dalam upaya pengendalian penyakit DBD.
Kata kunci : DBD, karakteritik responden, faktor perilaku, faktor lingkungan rumah dan program pengendalian DBD

Background: Impact of climate change to high spread of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) and also increasing number of DHF outbreak in some district or city in Indonesia. Outbreak of dengue fever occurred in Tangerang regency in January 2016.
Methods. The aim of this study was to determine influence factors of DHF outbreak incidence. This study was conducted in Tangerang Regency. A case-control study design with logistic regresion test of multivariate analysis. The total sample was 201, 67 cases of DHF and 134 controls. Cases were 5-44 years old DHF patients during an outbreak with medical confirmation. The control was a neighbor of cases who live in the radius of 100 meter. The study was conducted from February to May 2016 using the primary data.
Results, Incidence of dengue was influenced by age OR: 22.87 (95% CI: 6.67 to 78.51), the sex OR 3.62 (95% CI: 1.71 to 7.67), the habit of napping OR: 2.47 (95% CI: 1.20 to 5.12), contact with patients DHF OR: 2:22 (95% CI: 1.05 to 4.68) and a home environment there are gardens/shrubs OR: 2.02 ( 95% CI: 0.99 to 4.14) and DHF incidence. Age is the dominant factor affecting the incidence of DHF. Suggestion. Increasing the awareness of DHF in the community. The government increased health promotion on DHF so that people can contribute and participate actively to control DHF.
Keywords : DHF, characteristics of respondents, behavior factor, household environment factor, dengue fever control program.
Read More
T-4610
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Putianing Widodo; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Laila Fitria, Didik Supriyono
Abstrak:
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Jakarta Pusat sebagai wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di DKI Jakarta memiliki risiko penularan DBD yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor iklim (curah hujan, suhu udara, dan kelembapan udara), kepadatan penduduk, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) terhadap incidence rate DBD di Jakarta Pusat selama tahun 2014–2023. Penelitian menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatan mixed design, yang menggabungkan analisis berdasarkan waktu dan wilayah. Analisis korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan incidence rate DBD pada non-time lag, time lag 1 bulan, dan time lag 2 bulan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa kepadatan penduduk dan ABJ memiliki hubungan yang signifikan terhadap incidence rate DBD. Untuk faktor iklim, ditemukan hubungan signifikan pada curah hujan (time lag 1 dan 2), suhu udara (time lag 2), serta kelembapan udara (time lag 1 dan 2). Berdasarkan hasil tersebut, diperlukan strategi pengendalian DBD yang berbasis data spasial-temporal serta sistem peringatan dini, dengan mempertimbangkan time lag pengaruh iklim, capaian ABJ, dan peningkatan partisipasi masyarakat melalui edukasi serta pelaksanaan PSN secara rutin dan berkelanjutan.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) remains a significant public health issue in Indonesia. Central Jakarta, as the area with the highest population density in DKI Jakarta, faces a high risk of DHF transmission. This study aims to analyze the relationship between climate factors (rainfall, air temperature, and humidity), population density, and Larvae Free Index (ABJ) with the incidence rate of DHF in Central Jakarta from 2014 to 2023. An ecological study design with a mixed approach was employed, combining temporal and spatial analyses. Correlation analysis was conducted to examine the relationship between the independent variables and DHF incidence rate at non-time lag, 1-month time lag, and 2-month time lag. The bivariate analysis revealed a significant relationship between population density and ABJ with the DHF incidence rate. Regarding climate factors, significant associations were found for rainfall (at 1-month and 2-month lags), air temperature (at 2-month lag), and humidity (at 1-month and 2-month lags). Based on these findings, DHF control strategies should incorporate spatiotemporal data and early warning systems, taking into account the time lag effects of climate variables, ABJ coverage, and enhancing community participation through education and consistent implementation of vector control programs (PSN).
Read More
S-11989
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Annisa Melianriza; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: Laila Fitria, Yoerdi Agusmal Saputra, Yulia Fitria Ningrum
Abstrak:
Kehadiran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di suatu wilayah dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi penduduk sekitar. Manajemen yang tidak baik dapat mengakibatkan pencemaran air, udara, dan tanah oleh tumpukan sampah. Pencemaran ini berpotensi menyebabkan penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, Diare, DBD, dan masalah kulit. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kondisi lingkungan permukiman, personal hygiene, dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan di sekitar TPA Sungai Andok Padang Panjang. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan data primer dari wawancara dan observasi. Analisis yang digunakan yaitu bivariat dengan Chi Square dan analisis multivariat dengan Binary Regresi logistic model prediksi. Sampel sebanyak 103 responden dipilih melalui metode convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa variabel lingkungan permukiman seperti luas ventilasi, penerangan alami, kelembaban rumah, dan kebersihan rumah berhubungan signifikan dengan kejadian penyakit berbasis lingkungan (p<0,05). Variabel personal hygiene seperti kebersihan kulit dan kebersihan tangan juga memiliki hubungan signifikan dengan penyakit tersebut (p<0,05). Umur, lama bermukim, kelembaban rumah, dan kebersihan kulit diidentifikasi sebagai variabel yang paling dominan berhubungan kejadian penyakit berbasis lingkungan di masyarakat sekitar TPA Sungai Andok. Kesimpulan Penelitian ini menemukan hubungan signifikan faktor lingkungan permukiman dan personal hygiene dengan penyakit berbasis lingkungan di sekitar TPA Sungai Andok. Umur, lama bermukim, kelembaban rumah, dan kebersihan kulit menjadi variabel paling dominan. Temuan ini dapat membantu pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat dan program intervensi untuk mengurangi prevalensi penyakit berbasis lingkungan.

The presence of a landfill (Tempat Pembuangan Akhir or TPA) in a certain area can pose health risks tothe surrounding population. Poor management can result in water, air, and soil pollution from waste piles. This pollution has the potential to cause Environmentally Based Diseases such as Acute Respiratory Infections (ISPA), Diarrhea, Dengue Fever (DBD), and skin problems. This research aims to analyze the relationship between settlement environmental conditions, personal hygiene, and the occurrence of Environmentally Based Diseases around TPA Sungai Andok in Padang Panjang. The research methodology uses a cross-sectional approach with primary data obtained from interviews and observations. The analysis includes bivariate Chi Square and multivariate analysis using Binary Logistic Regression model prediction. A sample of 103 respondents was selected through Convenience sampling. The research results indicate that several settlement environmental variables such as ventilation area, natural lighting, house humidity, and house cleanliness are significantly associated with the occurrence of Environmentally Based Diseases (p<0.05). Personal hygiene variables such as skin cleanliness and hand hygiene also show a significant association with these diseases (p<0.05). Age, length of residence, house humidity, and skin cleanliness are identified as the most dominant variables associated with the occurrence of Environmentally Based Diseases in the community around TPA Sungai Andok. The conclusion of this research identifies a significant relationship between environmental factors in settlements and personal hygiene with environmentally based diseases around the TPA Sungai Andok area. Age, length of residence, humidity in the house, and skin hygiene emerge as the most dominant variables. These findings can contribute to the development of public health policies and intervention programs to reduce the prevalence of environmentally based diseases.
Read More
T-6871
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ikhwan Rinaldi; Promotor: Mondastri Korib Sudaryo; Kopromotor: Besral, Suhendro; Penguji: Syahrizal, Aru Wisaksono Sudoyo, Abdul Muthalib, Soewarta Kosen; C Suharti
Abstrak:
Latar Belakang: Trombositopenia merupakan penentu keparahan demam berdarah dengue terutama pada pasien dewasa. Beberapa literatur secara terpisah menunjukkan adanya hubungan antara beberapa faktor terhadap trombositopenia. Hingga saat ini belum ada penelitian yang mempelajari faktor-faktor tersebut secara bersamaan dalam satu penelitian yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model prediksi berdasarkan pada faktor-faktor tersebut terhadap jumlah trombosit nadir ≤20.000 μL selama perawatan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif terhadap subjek Demam Dengue (DD)/ Demam Berdarah Dengue (DBD) dewasa yang masuk rawat pada fase akut (awitan demam ≤4 hari). Variabel bebas status koagulasi (ekspresi CD62P, ekspresi CD154, kadar trombomodulin, kadar PAI-1, dan kadar PF4) merupakan data primer yang didapatkan dengan teknik pemeriksaan nanoparticle flowcytometry plasma darah simpan EDTA. Variabel bebas lain yang merupakan data sekunder adalah karakteristik pasien (jenis kelamin, usia, IMT, dan komorbid), status hematologi (kadar hematokrit, kadar MCH, jumlah leukosit, jumlah neutrofil, jumlah limfosit, jumlah monosit, rasio neutrofil limfosit, dan jumlah trombosit saat masuk rawat), status fungsi hati (kadar SGOT, SGPT, dan albumin), dan koinfeksi multivirus dengue yang didapatkan dari rekam medis. Analisis statistik menggunakan regresi Cox. Hasil: Proporsi subjek demam dengue yang mengalami jumlah trombosit nadir ≤20.000 μL adalah 18 dari 121 subjek (14,9%). Variabel bebas yang berhubungan dengan jumlah trombosit nadir ≤20.000/μL adalah jumlah monosit <465,61/μL dengan HR 6,24; jumlah trombosit saat masuk rawat <161.000/μL dengan HR 2,98; kadar SGOT ³39,50 U/L dengan HR 5,51; kadar trombomodulin tinggi ³773,3550 sel/μL dengan HR 4,01; NLR ≥6,49 dengan HR 0,003; dan NLR x t dengan HR 4,95 (HR untuk hari keempat dan kelima adalah 1,64 dan 8,13). Model skoring yang menggunakan variabel tersebut dapat memprediksi jumlah trombosit nadir ≤20.000/μL pada titik potong skor 14 dengan sensitivitas 77,78%; spesifisitas 82,52%; PPV 43,74%; dan NPV 95,51%. Tanpa status koagulasi variabel bebas yang berperan terhadap trombosit nadir ≤20.000/μL adalah jumlah monosit <465,61/μL dengan HR 5,83; jumlah trombosit saat masuk rawat <161.000/μL dengan HR 4,09; kadar SGOT ≥39,50 U/L dengan HR 5,64; NLR ≥6,49 dengan HR 0,004; dan NLR x t dengan HR 5,31 (HR pada hari keempat dan kelima dengan adalah 3,27 dan 17,34). Model skoring tanpa faktor koagulasi memiliki titik potong skor 11 dengan sensitivitas 83,33%; spesifisitas 68%; PPV 31,25%; dan NPV 95,9%. Model skoring prediksi jumlah trombosit nadir ≤20.000/μL pada subjek demam dengue dalam perawatan dengan faktor koagulasi dan tanpa faktor koagulasi berdasarkan uji regresi Cox extended menunjukkan nilai diskriminasi yang baik (AUC 0,866 dan 0,833). Perbedaan nilai AUC ini secara statistik tidak berbeda bermakna (nilai p = 0,1278). Simpulan: Faktor yang berhubungan dengan trombosit nadir ≤20.000/μL adalah jumlah monosit absolut saat masuk rawat rendah, kadar SGOT tinggi, kadar trombomodulin tinggi, jumlah trombosit saat masuk rawat rendah, dan NLR x t. Model skoring yang paling aplikatif adalah model skoring berdasarkan analisis regresi Cox model extended tanpa faktor koagulasi.

Background: Thrombocytopenia is the determinant of the severity of dengue hemorrhagic fever, especially in adult patients. Several separate studies have shown association between various factors contributing to thrombocytopenia. Up to this day, no research has investigated these factors in a single study. This study aims to develop a predictive model for thrombocytopenia levels particularly nadir platelet count ≤20,000 μL, using these factors in one single study, during the treatment period. Method: This study is a retrospective cohort study of adult subjects with Dengue Fever (DF)/Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) admitted during the acute phase (fever onset ≤4 days). The independent variables related to coagulation status (CD62P expression, CD154 expression, thrombomodulin levels, PAI-1 levels, and PF4 levels) as the primary data were obtained through nanoparticle flow cytometry technique on stored EDTA blood samples. Other independent variables as the secondary data, included patients’ characteristics (gender, age, BMI, and comorbidities), hematological status (hematocrit levels, MCH levels, leukocyte count, neutrophil count, lymphocyte count, monocyte count, neutrophil-lymphocyte ratio, and admission platelet count), liver function status (level of AST, ALT, and albumin), and dengue multivirus coinfection were obtained from medical records. Statistical analysis was performed using Cox regression. Results: The proportion of dengue fever subjects with nadir platelet count ≤20,000 μL was 18 out of 121 subjects (14.9%). Independent variables associated with nadir platelet count ≤20,000/μL were monocyte count <465.61/μL with HR 6.24; admission platelet count <161,000/μL with HR 2.98; AST levels ≥39.50 U/L with HR 5.51; high thrombomodulin ≥773.3550 cells/μL with HR 4.01; NLR ≥ 6.49 with HR 0.003; and NLR x t with HR 4.95 (HR on the fourth and fifth day were 1.64 and 8.13). A scoring model with these variables predicted nadir platelet count ≤20,000/μL with cut-off score of 14, sensitivity of 77.78%, specificity of 82.52%, PPV of 43.74%, and NPV of 95.51%. Without coagulation status, the independent variables contributing to nadir platelet count ≤20,000/μL were monocyte count <465.61/μL with HR 5.83; admission platelet count <161,000/μL with HR 4.09; AST levels ≥39.50 U/L with HR 5.64; NLR ≥ 6.49 with HR 0.004; and NLR x t with HR 5.31 (HR on the fourth and fifth day were 3.27 and 17.34). The scoring model without coagulation factors with cut-off score of 11, sensitivity of 83.33%, specificity of 68%, PPV of 31.25%, and NPV of 95.9%. The scoring model predicting nadir platelet count ≤20,000/μL in dengue fever subjects during treatment, with and without coagulation factors based on Cox regression analysis, showed good discrimination values (AUC 0.866 and 0.833). The difference in AUC values was not statistically significant (p = 0.1278). Conclusion: Factors associated with nadir platelet count ≤20,000/μL were low admission absolute monocyte count, high AST level, high thrombomodulin, low admission platelet count, and NLR x t. The most applicable scoring model was based on Cox regression analysis extended model without coagulation factors.
Read More
D-479
Depok : FKM-UI, 2023
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive