Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Puskesmas Watampone pada urutan ke-1 dengan 393 kasus DBD pada tahun 2012. Desain penelitian kasus kontrol dan melakukan matching pada umur dan jenis kelamin. Hasil analisis bivariat menunjukkan pencegahan gigitan nyamuk, resting place di luar rumah, breeding place di dalam rumah, keberadaan jentik dan media informasi berhubungan dengan kejadian DBD dan bermakna secara statistik sedangkan pekerjaan responden, resting place di dalam rumah dan breeding place di dalam rumah terdapat hubungan yang tidak bermakna dengan kejadian DBD. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa responden yang tidak melakukan PSN DBD dengan baik mempunyai risiko 1,72 kali (95% CI 0,79-3,77) terkena DBD di bandingkan responden yang melakukan PSN DBD dengan baik.
Watampone Health Center on the order of 1 to 393 dengue cases in 2012. Casecontrol study design and perform matching on age and sex. Results of the bivariate analysis showed prevention of mosquito bites, resting place outside the house, breeding place in the home, the presence of larvae and media information associated with the incidence of dengue and statistically significant while the respondents work, resting place in the home and breeding place in the house there is a relationship were not significantly associated with the incidence of dengue. Multivariate analysis showed that respondents who did not perform well PSN dengue risk is 1,72 times (95% CI 0,79 - 3,77) compared with DHF in dengue PSN respondents who did well.
Abstrak
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang berpotensi menimbulkan wabah di Indonesia. Di Provinsi DKI Jakarta, Kota Administrasi Jakarta Selatan menempati peringkat kedua dalam total kasus DBD selama tahun 2007-2009 setelah Jakarta Timur. Kepadatan jumlah penduduk, jumlah tempat umum, jumlah daerah rawan banjir/genangan, dan Angka Bebas Jentik merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi penularan kasus DBD di masyarakat.Penelitian dengan desain studi ekologis ini menggunakan data sekunder dari Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan untuk melihat pemetaan tingkat kerentaan wilayah terhadap kasus DBD selama tahun 2007-2011.
Hasil penelitian memperlihatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara kepadatan penduduk, jumlah daerah rawan banjir, dan Angka Bebas Jentik dengan kasus DBD (r=-0,036; r=-0,134: r=0,065; p>0,05) dan terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah tempat umum dengan kasus DBD (r=-0,508; p<0,0001) di Kota Administrasi Jakarta Selatan selama tahun 2007-2011. Pemetaan yang dilakukan dengan yang memperhitungkan kelima variabel memperlihatkan gambaran tingkat kerentanan wilayah Kota Jakarta Selatan terhadap kasus DBD selama tahun 2007-2011.
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the infectious diseases which potentially cause an outbreak in Indonesia. In DKI Jakarta Province, South Jakarta city is placed as a second tops after East Jakarta in relation to DHF incidence during 2007-2009 periods. Population density, public places, flood prone areas, and larvae free index are the factors which can influence the transmission of DHF in community. This study used an ecology design based on secondary data from South Jakarta Health Office to find about the correlation between variables and developed an area mapping based on vulnerability level to DHF incidence at the districts level in South Jakarta, 2007-2011.
The result shows that statistically there?s no significantly correlation between population density, flood prone area, and larvae free index with the occurrence of DHF incidence (r=-0,036; r=-0,134: r=0,065; p>0,05), and there?s significantly correlation between public places and DHF incidence, with medium strength level and negative direction (r=-0,508; p<0,0001). The mapping which considers all five variables mentioned above shows the vulnerability level of district areas to DHF incidence in South Jakarta from 2007 to 2011.
