Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Aisha Indreswari Arsyaningrum; Pembimbing: Tris Eryando; Penguji: Milla Herdayati, Uswatun Hasanah
Abstrak:
Pendahuluan: Obesitas saat ini telah berkontribusi dalam 2,8 juta kematian di seluruhdunia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi obesitas adalah gangguan mentalemosional. Gangguan mental emosional dapat mempengaruhi kejadian obesitasdikarenakan seseorang yang sedang dalam kondisi stres cenderung makan makananmanis, karena makanan manis memiliki efek menenangkan dan dapat memperbaikisuasana hati. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh gangguan mental emosionalterhadap kejadian obesitas pada penduduk usia dewasa di Indonesia tahun 2013.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari RisetKesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan menggunakan desain studi cross sectional.Penelitian ini dilakukan pada penduduk berusia diatas 18 tahun dengan jumlah sampel633.612 orang.Hasil: Berdasarkan hasil analisis hubungan antara gangguan mental emosional denganobesitas diperoleh hasil bahwa gangguan mental emosional tidak memiliki hubunganpositif dengan kejadian obesitas (OR=0,940). Hasil analisis multivariat denganmengontrol pengaruh dari status perkawinan, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitasfisik dan pola makan menggambarkan bahwa gangguan mental emosional merupakanfaktor protektif dari kejadian obesitas (p=0,007, OR=0,945).Kesimpulan: Status gangguan mental emosional merupakan faktor protektif darikejadian obesitas pada penduduk usia dewasa di Indonesia tahun 2013.Kata kunci:Obesitas; Gangguan Mental Emosional; Dewasa.
Read More
S-9773
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Azkia Ikrima; Pembimbing: Sudarto Ronoatmodjo; Penguji: Helda, Ajeng Tias Endarti, Yuslely Usman
Abstrak:
Gangguan mental emosional merupakan gangguan kesehatan yang terjadi di seluruh negara yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan dapat terjadi pada seluruh kalangan usia. Lansia merupakan salah satu kelompok usia berisiko terkena gangguan mental emosional sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Studi ini menggunakan desain cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah seluruh lansia yang tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional secara statistik (p = 0,000<0,05), dengan tingkat ketergantungan ringan (PR = 2,021, 95% CI (1,936-2,109)), ketergantungan sedang (PR = 3,189, 95% CI (2,818-3,610)), ketergantungan berat (PR = 3,350, 95% CI (2,920-3,843), dan ketergantungan total (PR = 2,770, 95% CI (2,419-3,173)) setelah dikontrol oleh variabel pendidikan dan jumlah riwayat penyakit kronis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat ketidakmampuan fisik terhadap gangguan mental emosional baik setelah di kontrol oleh variabel pendidikan dan jumlah riwayat penyakit kronis.
Emotional mental disorders are health problems that occur in all countries that can affect a person's quality of life and can occur in all age groups. Elderly is one of the age groups at risk for mental-emotional disorders as a result of reduced physical ability to carry out daily activities. Therefore, this study aims to determine the relationship between the level of physical disability and emotional mental disorders that are influenced by other variables. This study used a cross-sectional design. The subjects of this study were all elderly people who were recorded in the 2018 Riset Kesehatan Dasar who met the inclusion criteria. The results showed that there was a statistically significant relationship between the level of physical disability and emotional mental disorders (p = 0.000 <0.05), with a mild degree of dependence (PR = 2.021, 95% CI (1.936-2.109)), moderate dependence (PR = 3.189, 95% CI (2.818-3.610)), severe dependence (PR = 3.350, 95% CI (2.920-3.843), and total dependence (PR = 2.770, 95% CI (2.419-3.173)) after being controlled by variable education and the number of history of chronic disease.So it can be concluded that there is a relationship between the level of physical disability with mental emotional disorders after being controlled by the education variable and the number of history of chronic disease.
Read More
Emotional mental disorders are health problems that occur in all countries that can affect a person's quality of life and can occur in all age groups. Elderly is one of the age groups at risk for mental-emotional disorders as a result of reduced physical ability to carry out daily activities. Therefore, this study aims to determine the relationship between the level of physical disability and emotional mental disorders that are influenced by other variables. This study used a cross-sectional design. The subjects of this study were all elderly people who were recorded in the 2018 Riset Kesehatan Dasar who met the inclusion criteria. The results showed that there was a statistically significant relationship between the level of physical disability and emotional mental disorders (p = 0.000 <0.05), with a mild degree of dependence (PR = 2.021, 95% CI (1.936-2.109)), moderate dependence (PR = 3.189, 95% CI (2.818-3.610)), severe dependence (PR = 3.350, 95% CI (2.920-3.843), and total dependence (PR = 2.770, 95% CI (2.419-3.173)) after being controlled by variable education and the number of history of chronic disease.So it can be concluded that there is a relationship between the level of physical disability with mental emotional disorders after being controlled by the education variable and the number of history of chronic disease.
T-6496
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Siti Isfandari
BPK Vol.43, No.1
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2015
Indeks Artikel Jurnal-Majalah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Inggita Suci Wulan Sari; Pembimbing: Nurhayati A Prihartono; Penguji: Yovsyah, Muh Danial Umar
S-8766
Depok : FKM-UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Adinda Risnanda Putri; Pembimbing: Mardiati Nadjib; Penguji: Pujiyanto, Kurnia Sari, Tati Suryati, Amir Su`udi
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan mengetahui determinan utilisasi pengobatan keluhan gangguan mental emosional di Indonesia dengan menganalisis data Riskesdas 2013. Data menunjukkan bahwa 6% populasi berusia >= 15tahun menderita gangguan mental emosional. Hanya 12% responden dengan gangguan mental emosional yang melakukan pengobatan, hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa. Kepemilikan jaminan kesehatan dan pengetahuan mengenai keberadaan faskes berhubungan utilisasi. Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui promosi Aplikasi Sehat Jiwa, termasuk pengetahuan tentang gejala gangguan mental emosional serta informasi ketersediaan fasilitas kesehatan yang bisa diakses. Layanan kesehatan jiwa di Puskesmas perlu diperkuat dengan meningkatkan kemampuan dokter untuk mendiagnosis dan menangani gejala gangguan mental emosional sehingga menurunkan resiko mengalami ganguan jiwa. Kata kunci: utilisasi, pengobatan, ganguan mental emosional
Read More
T-4786
Depok : FKM UI, 2016
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Chandra Ilham El Anwary Junior; Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Syahrizal Syarif, Lina R. Mangaweang
Abstrak:
Remaja merupakan kelompok usia yang penting bagi bangsa. Namun, remaja rentan mengalami masalah mental, salah satunya gangguan mental emosional. Dari data Riskesdas 2018, didapatkan prevalensi gangguan mental emosional usia remaja 15-24 tahun sebesar 10%. Angka ini diatas angka prevalensi nasional. Sementara itu, Provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah usia produktif tertinggi sei-Indonesia termasuk ke dalam 10 besar Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional tertinggi seIndonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor yang berhubungan dengan kejadian gangguan mental emosional pada remaja usia 15-24 tahun di Jawa Barat pada tahun 2018. Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan data lanjutan dari hasil Riskesdas 2018. Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah seluruh penduduk di wilayah Provinsi Jawa Barat yang berusia 15-24 tahun yang telah diwawancara dalam Riskesdas 2018 dan memiliki data lengkap. Total sampel pada penelitian ini, yaitu sebesar 10561 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional pada remaja usia 15-24 tahun di Jawa Barat sebesar 11,2%. Prevalensi gangguan mental emosional tertinggi ditemukan pada remaja berjenis kelamin perempuan (13,3%), tingkat pendidikan rendah (11,7%), telah bercerai (12,2%), tidak bekerja (11,5%), status gizi yang kurus (13,8%), memiliki riwayat penyakit tidak menular (22,4%), mantan perokok (16,4%), dan mengonsumsi alkohol (27,0%). Berdasarkan hasil analisis multivariat, faktor yang paling dominan memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian gangguan mental emosional, ialah konsumsi alkohol (PR = 2,43, 95%CI: 1,92-3,06). Kemudian, diikuti dengan jenis kelamin, perilaku merokok, riwayat penyakit tidak menular, dan status pekerjaan.
Kata kunci: Gangguan Mental Emosional, Faktor-faktor, Remaja, Jawa Barat
Adolescents are an important age group for the nation. However, adolescents are prone to experiencing mental problems, one of which is emotional mental disorders. From the 2018 Riskesdas data, the prevalence of mental emotional disorders in adolescents 15-24 years was 10%. This figure is above the national prevalence rate. Meanwhile, West Java Province, which has the highest number of productive ages in Indonesia, is among the top 10 provinces with the highest prevalence of emotional mental disorders in Indonesia. This study aims to determine the relationship between factors associated with the incidence of emotional mental disorders in adolescents aged 15-24 years in West Java in 2018. The study design used was a cross-sectional study with follow-up data from the results of the 2018 Riskesdas. Samples used in this study are all residents in West Java Province aged 15-24 years who have been interviewed in Riskesdas 2018 and have complete data. The total sample in this study, amounting to 10561 samples. The results of this study indicate the prevalence of emotional mental disorders in adolescents aged 15-24 years in West Java by 11.2%. The highest prevalence of mental emotional disorders was found in female adolescents (13.3%), low education level (11.7%), divorced (12.2%), unemployed (11.5%), underweight nutritional status (13.8%), had a history of non-communicable diseases (22.4%), were former smokers (16.4%), and consumed alcohol (27.0%). Based on the results of multivariate analysis, the most dominant risk factor has a significant relationship with the incidence of mental emotional disorders, is alcohol consumption (PR = 2,43, 95%CI: 1,92-3,06). Then, followed by gender, smoking behavior, history of non-communicable diseases, and employment status.
Key words: Emotional Mental Disorder, Determinants, Adolescents, West Java
Read More
Kata kunci: Gangguan Mental Emosional, Faktor-faktor, Remaja, Jawa Barat
Adolescents are an important age group for the nation. However, adolescents are prone to experiencing mental problems, one of which is emotional mental disorders. From the 2018 Riskesdas data, the prevalence of mental emotional disorders in adolescents 15-24 years was 10%. This figure is above the national prevalence rate. Meanwhile, West Java Province, which has the highest number of productive ages in Indonesia, is among the top 10 provinces with the highest prevalence of emotional mental disorders in Indonesia. This study aims to determine the relationship between factors associated with the incidence of emotional mental disorders in adolescents aged 15-24 years in West Java in 2018. The study design used was a cross-sectional study with follow-up data from the results of the 2018 Riskesdas. Samples used in this study are all residents in West Java Province aged 15-24 years who have been interviewed in Riskesdas 2018 and have complete data. The total sample in this study, amounting to 10561 samples. The results of this study indicate the prevalence of emotional mental disorders in adolescents aged 15-24 years in West Java by 11.2%. The highest prevalence of mental emotional disorders was found in female adolescents (13.3%), low education level (11.7%), divorced (12.2%), unemployed (11.5%), underweight nutritional status (13.8%), had a history of non-communicable diseases (22.4%), were former smokers (16.4%), and consumed alcohol (27.0%). Based on the results of multivariate analysis, the most dominant risk factor has a significant relationship with the incidence of mental emotional disorders, is alcohol consumption (PR = 2,43, 95%CI: 1,92-3,06). Then, followed by gender, smoking behavior, history of non-communicable diseases, and employment status.
Key words: Emotional Mental Disorder, Determinants, Adolescents, West Java
S-10313
Depok : FKM UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Sania Fitria; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Rita Damayanti, Siti Khalimah
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan gangguan mental emosional pada mahasiswa domisili kota Depok di masa pandemi COVID-19. Desain studi dari penelitian ini adalah cross-sectional dengan analisis univariat, bivariat dan stratifikasi. Penelitian ini menggunakan data primer dalam bentuk google form yang disebar secara daring kepada mahasiswa.
Read More
S-10675
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Hingis Saputri Arinda; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Endang Lukitosari
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gangguan mental emosional terhadap ketidakpatuhan minum OAT pada penderita tuberkulosis paru usia 15 tahun di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan data Riskesdas 2018 dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 1.340 responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional pada penderita tuberkulosis paru usia 15 tahun sebesar 24,1%.
Read More
S-10598
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Muthia Karima Rahmani; Pembimbing: Kusharisupeni Djokosujono; Penguji: Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Harsono
Abstrak:
Kelelahan banyak terjadi pada siswa/i SMA dimana kondisi ini dapat menurunkan motivasi dan prestasi kerja sehingga memengaruhi proses belajar dan menyebabkan penurunan prestasi belajar. Terdapat peningkatan kelelahan di Jakarta dari tahun 2009- 2018 dari 13.5% menjadi 14.7% (Andiningsari, P., 2019 dan Juliana, M., et al., 2018). Kelelahan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pola aktivitas siswa, perilaku asupan makan, durasi tidur, durasi latihan fisik, stres akademik, dan lainnya. Untuk melihat perbedaan proporsi kelelahan berdasarkan beberapa faktor tersebut dan diketahui hubungan serta faktor dominannya, dilakukan penelitian cross-sectional pada siswa/i SMA Negeri 48 Jakarta. Total sampel penelitian adalah 148 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan kelelahan pada siswa yang terjadi yaitu kelelahan mental (59.5%), kelelahan emosional (48.6%), kelelahan general (46.6%), dan kelelahan fisik (20.9%). Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kebiasaan konsumsi buah terhadap kelelahan general (P-value = 0.004) dan kelelahan mental (P-value = 0.021), durasi latihan fisik terhadap kelelahan general (P-value = 0.008), dan stres akademik terhadap kejadian kelelahan general (P-value = 0.003), kelelahan fisik (P-value = 0.053), kelelahan emosional (P-value = 0.001), dan kelelahan mental (P-value = 0.009). Hasil analisis regresi logistik liner menunjukkan pola aktivitas santai, kebiasaan konsumsi sayur, kebiasaan konsumsi buah, durasi tidur, durasi latihan fisik, dan stres akademik berhubungan dengan kelelahan, kemudian stres akademik menjadi faktor dominan untuk kelelahan general (OR = 7.572), kelelahan fisik (OR = 8.126), dan kelelahan emosional (OR = 6.506), sedangkan kebiasaan konsumsi buah menjadi faktor dominan untuk kelelahan mental (OR = 6.157). Kata kunci: Kelelahan General, Fisik, Emosional, Mental, Faktor-faktor, Siswa SMA, Jakarta Fatigue often occurs in high school students in which this condition can reduce motivation and work performance so that it could affect the learning process and cause a decrease in learning achievement. There was an increase in fatigue in Jakarta from 2009-2018, from 13.5% to 14.7% (Andiningsari, P., 2019 and Juliana, M., et al., 2018). Fatigue can be influenced by many factors such as student activity patterns, eating behavior, sleep duration, duration of physical exercise, academic stress, and others. To see the difference in the proportion of fatigue based on these factors and their relationship as well as dominant factors, a cross-sectional study was conducted on students at SMA Negeri 48 Jakarta. The total sample of the study was 148 students. The results of this study indicate that fatigue in students occurred including mental fatigue (59.5%), emotional fatigue (48.6%), general fatigue (46.6%), and physical fatigue (20.9%). The results of the analysis with the chi-square test showed that there were significant differences in fruit consumption habits against general fatigue (P-value = 0.004) and mental fatigue (P-value = 0.021), duration of physical exercise against general fatigue (P-value = 0.008), and academic stress on the occurrence of general fatigue (P-value = 0.003), physical fatigue (P-value = 0.053), emotional fatigue (P-value = 0.001), and mental fatigue (P-value = 0.009). Liner logistic regression analysis results exhibited that patterns of leisure activity, vegetable consumption habits, fruit consumption habits, sleep duration, duration of physical exercise, and academic stress were related to fatigue, then academic stress became the dominant factor for general fatigue (OR = 7,572), physical fatigue (OR = 8,126), and emotional fatigue (OR = 6.506), while fruit consumption habit was the dominant factor for mental fatigue (OR = 6,157). Key words: General, Physical, Emotional, Mental Fatigue, Factors, High School Students, Jakarta
Read More
S-10519
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Tiara Irene Putri; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Putri Bungsu, Wira Hartiti
Abstrak:
Prevalensi gangguan mental emosional atau distres psikologik di Indonesia semakin bertambah seiring dengan semakin tuanya kelompok umur. Salah satu penyakit yang dapat ditimbulkan dari adanya gangguan mental emosional ini adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan gangguan mental emosional dengan hipertensi antara pra-lansia dan lansia di Indonesia setelah dikontrol variabel kovariat. Desain studi potong lintang, dengan menggunakan data riskesdas 2013. Sampel penelitian pra-lansia (45-59 tahun) dan lansia (≥60 tahun) yang memiliki data variabel lengkap sebesar 149175 sampel. Variabel kovariat penelitian umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, perilaku merokok. Hubungan variabel dinilai dengan analisis bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan persentase penduduk dengan gangguan mental emosional yang mengalami hipertensi 44,2%. Faktor-faktor terbesar yang berhubungan dengan hipertensi gangguan mental emosional (OR = 1,604; CI=1,539-1,672), Kelompok Umur Lansia (OR = 2,684; CI = 2,624-2,745), Cerai (OR=2,153; CI=2,093-2,215), tidak bekerja (OR=2,472; CI=2,365- 2,583) dan tingkat pendidikan rendah (OR=1,626; CI=1,543-1,715). Pra-lansia dan lansia dengan gangguan mental emosional memiliki peluang 1,297 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi dibandingkan pra-lansia dan lansia yang tidak mengalami gangguan mental emosional setelah dikontrol dengan variabel kovariat. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan lebih banyak variabel kovariat.
Read More
S-9943
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
