Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Musyarifatun Farahiyah, Nurjazuli, Onny Setiani
BPK Vol.42, No.1
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Benny Vitriansyah Putra; Pembimbing: Izhar M. Fihir; Penguji: Doni Hikmat Ramdhan, Yuni Kusminanti
S-7019
Depok : FKM UI, 2012
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nicola Putri Sasmita; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Endang L. Achadi, Hera Ganefi
S-8219
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Pipit Ratnasari; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Milla Herdayati, Teti Tejayanti
Abstrak: Pneumonia is the second leading cause of death after diarrhea in Indonesia, especially in children under five years old. Over the past few years the prevalence of pneumonia in children under five years old in East Java increased from 1,06% to 4,2% in 2013. The purpose of this study was to analyze the physical and environmental factors of houses and other factors such as children characteristic factors and socio economic factors. This research used secondary data from the National Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012.

This research used cross-sectional design study, with 2.058 total sample of children aged 0-59 months. Data was analyzed using univariate and bivariate analysis using Chi Square method. This research could not prove an association between physical environmental factors of house and other factors with the prevalence of pneumonia in children under five years. Keywords : pneumonia, children under five years, physical environmental factors
Read More
S-9228
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fildzah Khairunna Huwaida; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Trini Sudiarti, Salimar
Abstrak: Konsumsi sayur merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang, untuk itu dianjurkan mengonsumsi sayur sebanyak 3-4 porsi/hari. Namun, anjuran tersebut belum terealisasi ditandai dengan tingginya data kurang konsumsi sayur dan buah dalam Riskesdas 2007 (93,6%) dan 2013 (93,5%), khususnya di DKI Jakarta sebesar 94,5%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan konsumsi sayur menurut faktor individu dan faktor lingkungan serta sumbangannya terhadap kecukupan serat dan zat gizi mikro pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dilakukan pada bulan April-Mei 2017 di SLTA X Jakarta Timur dengan 146 murid. Sampel didapatkan dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan wawancara 2x24-hour food recall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sayur murid hanya sebesar 25 g/hari (1,25 porsi/hari). Konsumsi sayur tersebut menyumbang 0,95% terhadap kecukupan serat, 5,08% terhadap kecukupan vitamin A, 3,86% terhadap kecukupan vitamin C, dan 1,32% terhadap kecukupan zat besi. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada konsumsi sayur murid menurut sikap (nilai-p=0,001), preferensi (nilai-p=0,007), keyakinan diri (nilai-p=0,019), pengaruh teman (nilai-p=0,024), dan pengaruh orang tua (0,005). Berdasarkan hasil tersebut diharapkan sekolah dapat membuat program kesehatan, khususnya edukasi gizi untuk menambah pengetahuan murid mengenai pentingnya konsumsi sayur setiap hari sesuai anjuran Pedoman Gizi Seimbang. Kata Kunci : konsumsi sayur, remaja, faktor individu, faktor lingkungan Vegetables consumption is one important part in realizing balanced nutrition, so it recommended to consume vegetables as much as 3-4 servings per day. However, national scale showed that vegetables and fruits consumption was less (93.6% in 2007 and 93.5% in 2013), especially in DKI Jakarta at 94.5%. This study aims to know the differences of vegetables consumption according to individual factors and environmental factors and their contribution to fiber and micronutrients in adolescents in DKI Jakarta. This study used cross sectional design, conducted in April-May 2017 at SLTA X in East Jakarta with 146 students. The sample was obtained by purposive sampling method. Data were collected by using questionnaires filled by respondents and 2x24-hour food recall interview. The results showed that the vegetables consumption students 25 gram per day (1.25 servings per day). Vegetables consumption contributes 0.95% to fiber adequacy, 5.08% to vitamin A adequacy, 3.86% to vitamin C adequacy, and 1.32% to iron adequacy. The bivariate analysis showed that there were significant differences of vegetables consumption according to the attitude, preference, selfefficacy, peer influence, and parenal influence (p-value = 0.001, 0.007, 0.019, 0.024, and 0.005). Based on that, it is expected that schools can create health programs, especially nutrition education to increase students knowledge about the importance of daily consumption of vegetables as recommended by the Balanced Nutrition Guide. Keywords: vegetables consumption, adolescents, individual factors, environmental factors
Read More
S-9510
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dela Rahmadia Annur; Pembimbing: Triyanti; Penguji: Trini Sudiarti, Ida Uslita
Abstrak: Konsumsi buah dan sayur pada remaja di berbagai negara masih belum memenuhi rekomendasi yang diberikan oleh WHO atau rekomendasi dari negaranya sendiri. Kurang mengonsumsi buah dan sayur merupakan salah satu dari 3 faktor risiko untuk penyakit tidak menular utama seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes mellitus, stroke, dan penyakit paru obstruktif akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja awal di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi crosssectional yang dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014 di SMP Negeri 19 Jakarta dengan 136 siswa kelas 7 dan 8. Teknik pemilihan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik sampel acak sederhana atau simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan form FFQ yang diisi sendiri oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 52,2% responden jarang mengonsumsi buah dan sayur. Dari hasil bivariat menggunakan uji chi-square terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi (OR=2,3; CI=1,1-4,6) dan preferensi (OR=2,3; CI=1,2-4,6) dengan konsumsi buah dan sayur.
 

Fruit and vegetable consumption among adolescents in many countries still less than the recommendations made by the WHO or the recommendation of his own country. Less eating fruits and vegetables is one of the 3 risk factors for the major noncommunicable diseases, such as cardiovascular disease, cancer, diabetes mellitus, stroke, and acute obstructive pulmonary disease. This study aims to determine the factors associated with fruit and vegetable consumption in early adolescence in South Jakarta. This study used a cross-sectional design which was conducted between February and May 2014 in SMP Negeri 19 Jakarta with 136 student respondents grade 7 and 8. This study used simple random sampling technique for taking the samples. Data were collected through the questionnaire and FFQ forms which were filled by the respondents. The results showed that 52,2% of respondents rarely eat fruits and vegetables. From analyses data by chi-square test, there were significant association between nutrition knowledge (OR=2,3; CI=1,1-4,6) and preference (OR=2,3; CI=1,2-4,6) with fruit and vegetable consumption.
Read More
S-8196
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Triyuni Rizkya Mika; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Renti Mahkota, Riri Komala Sari
Abstrak:

Perkembangan kasus DBD di kota Depok mengalami peningkatan baik dari segi jumlah kasus maupun dari sebaran distribusi wilayah terjangkit. Pada tahun 2023 kasus demam berdarah di kota Depok terdeteksi sebanyak 1.032 kasus sehingga diperoleh angka kesakitan/incidence rate DBD sebesar 53,53 per 100.000 penduduk dan angka kematian sebanyak 5 orang sehingga diperoleh angka kematian/case fatality rate DBD sebesar 0,48%. Kasus DBD tertinggi terjadi di kecamatan pancoran mas sebanyak 174 kasus DBD. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di puskesmas pancoran mas depok tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data primer. Hasil analisis bivariate dengan uji chi-square didapatkan bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian DBD yaitu kebiasaan menggantung baju (nilai p = 0,011; POR = 3,25; 95% CI = 1,31-8,08) dan pengelolaan barang bekas (p = 0,012; POR = 0,33; 95% CI = 0,14-0,78). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian DBD yaitu usia (p = 0,368), jenis kelamin (p = 0,129), penggunaan obat/anti nyamuk (p = 0,521), sarana pembuangan sampah (p = 0,080). Masyarakat diharapkan untuk bekerja sama dalam program pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan pemerintah setempat.


 

The development of dengue fever cases in Depok city has increased both in terms of the number of cases and the distribution of infected areas. In 2023, 1,032 cases of dengue fever were detected in Depok city, resulting in a dengue morbidity/incidence rate of 53.53 per 100,000 population and a mortality rate of 5 people, resulting in a dengue fatality rate of 0.48%. The highest DHF cases occurred in Pancoran Mas sub-district as many as 174 DHF cases. This study aims to determine the factors associated with the incidence of dengue hemorrhagic fever at the pancoran mas health center in depok in 2024. This study is a quantitative study with a cross-sectional design and uses primary data. The results of bivariate analysis with the chi-square test showed that the variables significantly associated with the incidence of DHF were the habit of hanging clothes (p value = 0.011; POR = 3.25; 95% CI = 1.31-8.08) and the management of used goods (p = 0.012; POR = 0.33; 95% CI = 0.14-0.78). The variables that were not significantly associated with DHF incidence were age (p = 0.368), gender (p = 0.129), use of mosquito repellent (p = 0.521), waste disposal facilities (p = 0.080). The community is expected to cooperate in the mosquito nest eradication program implemented by the Puskesmas and local government.

Read More
S-11853
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Christina Natalia/ Pembimbing: Nurhayati Adnan; Penguji: Yovsyah, Zainal Khoirudin
Abstrak:
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) kejadian leptospirosis sebagian besar terjadi pada negara beriklim tropis dan subtropis yang mengalami curah hujan tinggi, hal ini menjadikan leptospirosis endemis di Kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari 11 Provinsi endemis leptospirosis di Indonesia yang menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia selama 10 tahun terakhir telah melaporkan angka leptospirosis dan angka CFR yang fluktuatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor perilaku pejamu dan lingkungan yang dapat menyebabkan kejadian leptospirosis pada kasus suspek leptospirosis di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan menggunakkan Data Surveilans Sentinel Leptospirosis 2017-2019 sebanyak 984 responden, meskipun sampel yang digunakkan hanya sebesar 434. Analisis yang digunakkan pada penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat yang menggunakkan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi leptospirosis pada kasus suspek leptospirosis di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017-2019 besesar 10,4%. Uji statistik yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian leptospirosis antara lain adalah adanya luka terbuka (PR = 5,287; 95% CI 1,854 – 15,076), tempat penampungan sampah (PR = 0,371 ; 95% CI 0,195 – 0,706), dan keberadaan tikus (PR = 0,372 ; 95% CI 0,165 – 0,838). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara adanya luka terbuka, tempat penampungan sampah, dan keberadaan tikus dengan kejadian leptospirosis pada kasus suspek leptospirosis di Provinsi DKI Jakarta menggunakkan Data Surveilans Sentinel Leptospirosis 2017-2019.

The World Health Organization (WHO) declared that most cases of leptospirosis occur in tropical and subtropical countries that experience high rainfall. Thus makes leptospirosis endemic in the Southeast Asian Region, including Indonesia. DKI Jakarta is one of the 11 leptospirosis endemic provinces in Indonesia which according to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia for the last 10 years has reported fluctuating leptospirosis rates and CFR rates. This study aims to determine the behavioral factors of the host and the environment that can cause leptospirosis in suspected and confirmated cases of leptospirosis in DKI Jakarta. This study used a cross-sectional study design using the Leptospirosis's Sentinel Surveillance 2017-2019 with their 984 respondents, although the sample used was only 434. The analysis used in this study was univariate and bivariate analysis using the chi square statistical test. The results showed that the prevalence of leptospirosis in suspected and confirmated cases of leptospirosis in DKI Jakarta Province in 2017-2019 was 10.4%. Statistical tests showed significant relationship between the incidence of leptospirosis and some variables, namely the presence of open wounds (PR = 5.287; 95% CI 1.854 – 15.076), trash containers (PR = 0.371 ; 95% CI 0.195 – 0.706), and the presence of rats (PR = 0.372 ; 95% CI 0.165 – 0.838). The conclusion of this study is that there is a relationship between the presence of open wounds, trash containers, and the presence of rats with the incidence of leptospirosis in suspected cases of leptospirosis in DKI Jakarta Province using Leptospirosis's Sentinel Surveillance 2017-2019.
Read More
S-11260
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Faridl Wicaksono; Pembimbing: Indri Hapsari Susilowati; Penguji: Laksita Ri Hastiti, Mufti Wirawan, Fransiscus Fendy Novento, Muhyi Nur Fitra Hanefi
Abstrak:
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja pertambangan khususnya operator dan mekanik Mine Ore Flow-Fixed Plant PT XYZ pada tahun 2004. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desian studi potong lintang. Responden penelitian berjumlah 464 yang termasuk ke dalam operator dan mekanik Mine Ore Flow-Fixed Plant PT XYZ. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tuntutan kerja terhadap kelelahan umum, kelalahan fisik, pengurangan aktivitas, pengurangan motivasi, maupun kelelahan mental; terdapat hubungan yang signifikan antara waktu perjalanan terhadap kelelahan umum; kuantitas dan kualitas tidur terhadap kelelahan umum dan kelelahan fisik; serta suhu kerja terhadap gejala kelelahan fisik, pengurangan aktivitas, dan pengurangan motivasi. Peneliti menyarankan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan terhadap pengelolaan kelelahan kerja sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan akibat kelelahan kerja.

This research discusses factors related to work fatigue in mining workers, especially operators and mechanics Mine Ore Flow-Fixed Plant PT XYZ in 2004. This study is a quantitative research with a cross-section study design. The research respondents 464 who were included in the operators and mechanics Mine Ore Flow-Fixed Plant PT XYZ. The results of the study showed that there was a significant relationship between work demands with general fatigue, physical fatigue, reduced activity, reduced motivation, and mental fatigue; travel time with general fatigue; quantity and quality of sleep with general fatigue and physical fatigue; as well as working temperature with physical fatigue, reduced activity, and reduced motivation. Researchers suggest making continuous improvements to work fatigue management so that it can reduce the risk of accidents due to fatigue.
Read More
T-7127
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Soraya Permata Sujana; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Budi Hartono, Ririn Arminsih Wulandari, Arif Sumantri, Hermawan Saputra
Abstrak:
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama di Jawa Barat. Kabupaten Bogor, Kota Bandung, dan Kota Bekasi merupakan tiga wilayah dengan jumlah kasus TB tertinggi di provinsi tersebut. Faktor lingkungan (kepadatan penduduk, ketinggian wilayah, dan cakupan rumah sehat) diduga berperan dalam meningkatkan kejadian TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian TB dan korelasi faktor lingkungan terhadap kejadian TB, serta menganalisis sebarannya secara spasial untuk mengidentifikasi wilayah risiko tinggi untuk diintervensi. Penelitian ini merupakan studi ekologi menggunakan data sekunder tahun 2022–2024 dari Dinas Kesehatan, BPS, dan BIG. Analisis dilakukan secara deskriptif, korelasi, pemetaan spasial, dan kerawanan menggunakan aplikasi SPSS dan QGIS. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan tren kejadian TB di ketiga wilayah. Terdapat korelasi antara kepadatan penduduk dan cakupan rumah sehat terhadap kejadian TB di Kabupaten Bogor dan Kota Bandung, namun tidak di Kota Bekasi. Ketinggian wilayah tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian TB diketiga wilayah. Sebaran faktor lingkungan terhadap kejadian TB menunjukkan adanya variasi antarwilayah. Pemetaan secara spasial mengidentifikasi Kota Bandung sebagai wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi. Intervensi pengendalian TB berbasis wilayah diperlukan dan difokuskan pada daerah dengan kepadatan dan kerawanan tinggi. Diharapkan surveilans epidemiologi aktif (active case finding) terus dilakukan, mengembangkan sistem informasi TB spasial secara real-time yang terintegrasi dengan data surveilans aktif, menjalin kerjasama lintas sektor, mengevaluasi standar penilaian rumah sehat, mendorong regulasi daerah terkait TB, serta meningkatkan partisipasi masyarakat untuk pengendalian TB, terutama di wilayah padat penduduk dan berisiko tinggi.


Tuberculosis (TB) is an infectious disease that remains a significant public health problem in Indonesia, particularly in West Java. Bogor Regency, Bandung City, and Bekasi City are among the regions with the highest number of TB cases in the province. Environmental factors such as population density, altitude, and healthy housing coverage, are suspected to contribute to the incidence of TB. This study aims to describe the incidence of TB, examine the correlation between environmental factors and TB cases, and analyze the spatial distribution to identify high-risk areas for targeted intervention. This ecological study used secondary data from 2022 to 2024 obtained from the Health Office, Statistics Indonesia (BPS), and the Geospatial Information Agency (BIG). Analyses were conducted using descriptive statistics, correlation tests, spatial mapping, and vulnerability assessment through SPSS and QGIS applications. The results showed an increasing trend in TB cases across all three regions. A significant correlation was found between population density and healthy housing coverage with TB incidence in Bogor and Bandung, but not in Bekasi. Altitude was not associated with TB incidence in any of the regions. The spatial distribution revealed variations in environmental factors related to TB incidence between regions. Bandung City was identified as having the highest level of TB vulnerability. Area-based TB control interventions are therefore necessary, particularly in densely populated and high-risk areas. It is recommended to strengthen active epidemiological surveillance (active case finding), develop a real-time spatial TB information system integrated with surveillance data, establish cross-sectoral collaboration, evaluate the standards for healthy housing assessment, promote local regulations related to TB control, and enhance community participation in TB prevention, especially in densely populated and high-risk areas.
Read More
T-7396
Depok : FKM-UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive