Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Endah Dwi Hastuti; Pembimbing: Syahrul Meizar Nasri; Penguji: Robiana Modjo, Yuni Kusminanti
S-6738
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Andini Imaniar Putri; Pembimbing: Ridwan Zahdi Sjaaf; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Agus Triyono
S-8808
Depok : FKM UI, 2015
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Yudia Oemar; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Budi Hartono, Nanik Sri Rokhmani
Abstrak:
Penggunaan bahan kimia telah berkembang luas pada berbagai sektor industri baikformal maupun non-formal, termasuk industri mebel. Produk dengan bahan kimiadipakai untuk membantu meningkatkan kualitas dan keindahan produk mebel. Cat,thiner, dan pelitur adalah produk berbahan kimia yang biasa dipakai dalampembuatan mebel. Toluene adalah komponen atau campuran bahan kimia utamayang terdapat dalam cat, thinner, dan pelitur. Penelitian ini bertujuan untukMenganalisis tingkat risiko pajanan Toluene pada karyawan bengkel mebel X diJatinegara. Untuk menentukan tingkat resiko, Sample toluene di udara diambilmengunakan Coconut Shell Charcoal lalu dianalisis dengan Gas Chromatographyuntuk mendapatkan nilai konsentrasi toluene. Konsentrasi toluene tertinggi beradadi titik 5 yaitu area cat kursi sebesar 22.975 mg/m³. Berdasarkan perhitungan RQpada 33 pekerja di bengkel mebel, didapatkan bahwa untuk pajanan realtimesebanyak 61% pekerja memiliki risiko kesehatan non karsinogenik karena nilai RQ> 1. Sedangkan menururt perhitungan RQ lifetime, didapatkan bahwa 88% dari 33pekerja memiliki risiko kesehatan non karsinogenik karena nilai RQ > 1.Kata kunci: Analisis Risiko, Mebel, Toluene.
Read More
S-9148
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Firman Nur Hidayat; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Mila Tejamaya, Istiati Suraningsih
Abstrak:
Perkembangan teknologi yang pesat membuat hampir semua aktifitas pekerjaan manusia berhubungan erat dengan berbagai macam alat dan mesin. Tidak terkecuali dalam dunia industri yang saat ini terus berkembang dengan pesatnya. Namun dalam interaksi antara manusia, mesin dan lingkungan kerja terdapat berbagai risiko yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kecelakaan kerja bagi manusia. Salah satu penyakit akibat kerja yang kerap diderita oleh pekerja adalah penyakit yang berkaitan dengan otot serta rangka, atau lebih dikenal dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Penelitian ini dilakukan pada pekerja furnitur di PT. X di Klender, Jakarta Timur pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko MSDs pada bagian tubuh dan gejala MSDs yang dialami oleh pekerja. metode penelitiain ini adalah kualitatif dengan desain studi observasional. Responden berjumlah 8 orang, dan tingkat risiko ergonomi dinilai menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA). Penilaian menggunakan REBA mendapatkan hasil 1 tahapan pekerjaan (25%) termasuk dalam kategori medium risk (action level 3), dan 3 tahapan pekerjaan (75%) termasuk dalam kategori high risk (action level 4). Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk mengetahui keluhan MSDs yang dirasakan pekerja dan didapatkan hasil 100% pekerja mengeluhkan gejala MSDs. Keluhan terbanyak dirasakan adalah pegal danrasa sakit pada tubuh bagian pinggang, leher bagian bawah, dan betis. Kata Kunci : REBA, Tingkat Risiko, Ergonomi, Keluhan Musculoskeletal Disorders(MSDs), Nordic Body Map (NBM), Furnitur PT. X.
Read More
S-8302
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Arifatun Milah Ratri; Pembimbing: L. Meily Kurniawidjaja; Penguji: Chandra Satrya, Ike Pujiriani
Abstrak:
Proses kerja pada pembuatan furniture berisiko terjadi MSDs pada pekerja.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran tingkat risiko ergonomiyang berpotensi menimbulkan musculoskeletal disorders pada pekerja IndriaFurniture Depok. Desain studi adalah cross sectional, menggunakan metodeQuick Exposure Check (QEC) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) untukmenilai tingkat risiko ergonomi di tiap tahapan kerja. Hasil penelitian berdasakanpenilaian QEC menunjukan level tindakan 3 pada proses pembuatan pola danfinishing dan level tindakan 4 pada proses pemotongan, perakitan, dan loading.Berdasarkan penilaian REBA, terdapat level tindakan 3 pada proses finishing,level tindakan 4 pada proses pembuatan pola, pemotongan, dan perakitan, danlevel tindakan 5 pada proses loading. Memperbaiki desain meja kerja yang sesuaidengan antropometri pekerja, sosialisasi, dan pemberian informasi mengenai ergonomi di tempat kerja merupakan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mencegah tingginya tingkat risiko ergonomi pada pekerja.
Kata Kunci: QEC, REBA, musculoskeletal disorders, furniture, informal, tingkatrisiko ergonomi.
Read More
Kata Kunci: QEC, REBA, musculoskeletal disorders, furniture, informal, tingkatrisiko ergonomi.
S-8496
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Rizky Septi Bintana; Penguji: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Abdul Rahman, Sukandar
S-9525
Depok : FKM UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Kenya Lintang Wienantu; Pembimbing: Mila Tejamaya; Penguji: Hendra, Lena Kurniawati
Abstrak:
Manajemen risiko yang lemah menjadi faktor utama masalah K3 pada UMKM sehingga identifikasi bahaya dan penilaian risiko dibutuhkan dalam rangka manajemen risiko. Penelitian ini berisi tentang analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada UMKM Pembuatan Furnitur di Kelapa Dua, Depok tahun 2017. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat risiko K3 pada setiap tahapan proses pembuatan furnitur. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko semi kuantitatif dengan kriteria W.T. Fine 1971 untuk menentukan nilai konsekuensi, frekuensi pajanan, dan kemungkinan. Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat risiko pada setiap proses meliputi kategori very high berupa bahaya kimia dan mesin potong, kategori priority 1 berupa bising dan ergonomi, kategori substantial berupa getaran, kategori priority 3 yaitu suhu panas dan bahaya mekanik, serta kategori acceptable yaitu bahaya kinetik dan bahaya psikososial. Pengendalian yang ada dinilai belum sepenuhnya efektif dalam mengurangi risiko yang terdapat di lingkungan kerja.
Poor risk management becomes the main factor of occupational health and safety issue in SMEs. This study focused on hazard identification and risk analysis at SME for furniture making at Kelapa Dua, Depok in 2017. This study aimed to know risk level of processes in making furniture. Risk assessment done by using semi quantitative risk analysis of W.T. Fine 1971 by scoring consequences, exposure, and likelihood. The results showed that risk of cutting machine and chemical hazard were very high, risk of noise and ergonomic hazard were categorized as priority 1, risk of vibration was substantial, risk of hot temperature and mechanical hazard were categorized as priority 3, and risk of kinetical and psychosocial hazard were acceptable. Existing controls were not implemented effectively to minimize hazards and risks in the workplace.
Read More
Poor risk management becomes the main factor of occupational health and safety issue in SMEs. This study focused on hazard identification and risk analysis at SME for furniture making at Kelapa Dua, Depok in 2017. This study aimed to know risk level of processes in making furniture. Risk assessment done by using semi quantitative risk analysis of W.T. Fine 1971 by scoring consequences, exposure, and likelihood.
S-9320
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Anna Khairunnisa; Pembimbing: Haryoto Kusnoputranto; Penguji: Suyud Warno Utomo, Endah Kusumowardani
Abstrak:
Latar Belakang: Laporan puskesmas di wilayah Lenteng Agung terdapat 51% kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Hal ini sejalan dengan peningkatkan PM10 di wilayah tersebut sebesar 26,64 μg/m3. Selain itu, konsentrasi PM10 dapat meningkat karena banyak industri mebel di sepanjang jalan, sebuah industri konstruksi serta jalan raya yang ramai kendaraan. Pekerja mebel merupakan kelompok rentan terkena gangguan ISPA di ruang kerja. Pekerja tersebut memerlukan perhatian yang besar sehingga hasil sampingan dari proses kerjanya tidak mengakibatkan kejadian ISPA. Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara PM10 dengan kejadian infeksi saluran pernapasan pada pekerja industri mebel di Lenteng Agung. Selain itu, melihat pengaruh faktor karakteristik pekerja (umur, lama kerja, kebiasan merokok dan penggunaan APD) dan faktor lingkungan kerja (suhu, kelembaban, kecepatan angin dan jarak dari industri konstruksi) terhadap hubungan PM10 dengan kejadian ISPA. Metode: Disain studi yang digunakan adalah cross sectional, selama satu hari pada tanggal 30 November 2013. Dari 30 industri mebel, hanya 12 titik yang dijadikan pengukuran. Pengambilan responden menggunakan teknik quota sampling, dengan kuota sebanyak 38 responden. Hasil: Rata-rata konsentrasi PM10 sebesar 163,21 μg/m3, dengan ambang batas sebesar 150 μg/m3. Suhu yang tinggi mendominasi, mempengaruhi kelembaban rendah pada ruang kerja. Selain itu, kecepatan angin yang rendah dan dekatnya jarak dengan industri konstruksi meningkatkan konsentrasi PM10. Rata-rata pekerja mebel berumur produktif kerja dengan kerja yang melebihi jam kerja normal. Kebanyakan juga pekerja memiliki kebiasaan merokok dan tidak menggunakan alat pelindung diri. Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara PM10 dengan kejadian ISPA pada pekerja mebel di Lenteng Agung. Konsentrasi PM10 hanya menjadi faktor resiko kejadian ISPA pada pekerja tersebut. Selain itu, faktor lingkungan kerja dan karakteristik juga hanya menjadi faktor resiko gangguan ISPA pada pekerja mebel di Lenteng Agung.
Background : Report from primary health care provider (Puskesmas) at South Jakarta, 51% patients suffer from acute respiratory tract infection. It is in line with the increasing of concentration of PM10 there 26.64% μg/m3. The increasing is caused by existence of many furniture industries, a cement industry, and high mobilization of transportations. Therefore, workers of furniture industry are vulnerable population to the illness because of PM10 exposure. Objective : Analyzing the relationship between PM10 and acute respiratory tract infection among furniture industry workers at Lenteng Agung, South Jakarta. Researcher also relates some covariate factors such as characteristics of worker (age, work hour, smoking behavior, and wearing of personal protection equipment) and environmental factors (temperature, humidity, speed of wind, distance between cement industry and research location) to the research. Method : The method is a cross sectional study in November 30th 2013. Those are 12 sampling points of air measurement. Then, researcher uses quota sampling technique with 38 workers which are in productive years. Result : Mean of concentration of PM10 is 163,21 μg/m3 with TLV 150μg/m3. Temperature in the workplace is high so that it effects to humidity that becomes low. Speed of wind and cement industry factor contributes to concentration of PM10. Based on interview result, some workers stayed in workplace beyond work hour. Most of workers are also active smoker. Yet, during in the workplace, most of workers do not wear personal protection equipment. As a result, many workers suffer from acute respiratory tract infection. Conclusion : Statistically, there is no relationship between PM10 and acute respiratory tract infection among furniture industry workers at Lenteng Agung. Yet, based on some references, the characteristics of worker and environmental factors are risk factor for acute respiratory tract infection among workers beside concentration of PM10.
Read More
Background : Report from primary health care provider (Puskesmas) at South Jakarta, 51% patients suffer from acute respiratory tract infection. It is in line with the increasing of concentration of PM10 there 26.64% μg/m3. The increasing is caused by existence of many furniture industries, a cement industry, and high mobilization of transportations. Therefore, workers of furniture industry are vulnerable population to the illness because of PM10 exposure.
S-8060
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Alfiana Sari; Pembimbing: Zulkifli Djunaidi; Penguji: Dadan Erwandi, Hanny Harjulianti
Abstrak:
ABSTRACT Kesalahan desain serta ukuran meja dan kursi di sekolah dapat mengakibatkan terbentuknya postur tubuh yang membahayakan bagi kesehatan siswa. Penelitian ini akan membandingkan ukuran meja dan kursi sekolah yang sudah digunakan di Sekolah Menengah Kejuruan SMK Yaspi Al-Makmur dengan ukuran tubuh siswa untuk mengetahui apakah meja dan kursi ini sudah didesain dengan ukuran yang benar sehingga membentuk postur duduk yang benar. Perhitungan nilai standar ukuran meja dan kursi didapat dari nilai persentil dengan uji deskriptif menggunakan SPSS. Dalam penelitian ini didapakan ukuran dimensi meja dan kursi SMK yang ergonomis dengan antropometri siswa.
ABSTRACT Improper design and size of school furniture can lead to formation of dengerous posture for student rsquo s health. This research was comparing the dimensions of school furniture to student rsquo s dimensions, in vocational high school, and determines whether this type of furniture is well designed. Morover, this research aslo studied about the sitting posture of vocatonal high school students formed by the design of school furniture. Calculation of standard value of table and chair size obtained from percentile value with descriptive test using SPSS. This research have found the dimension size of the ergonomic tables and chairs for vocational high school students in accordance with anthropometry data. Keywords Ergonomic Ergonomic Design Anthropometry Vocational High School School Furniture Design Percentile.
Read More
S-9338
Depok : FKM-UI, 2017
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Lovely G. Sepang; Pembimbing : Haryoto Kusnoputranto, Budi Hartono; Penguji : Rahman, Lindawaty, Edwan
T-4022
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
