Ditemukan 67 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Junita Rosa Tiurma; Pembimbing: Syahrizal; Penguji: Mondastri Korib Sudaryo, Dian Meutia Sari, Misti
Abstrak:
Berdasarkan Riskesdas 2018 terjadi peningkatan tren dari obesitas sentral yaitu 31,0% dibandingkan tahun 2013 sebesar 26,6%. Seiring dengan meningkatnya prevalensi obesitas sentral dapat meningkatkan penyakit degeneratif antara lain diabetes mellitus. Sebelum terjadinya diabetes pada seseorang maka didahului oleh suatu keadaan yang disebut prediabetes. prevalensi prediabetes lebih besar dibandingkan prevalensidiabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi prediabetes hampir dua kali lipat dari prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 yaitu sebesar 10,2%. Sedangkan hipertensi secara substansial meningkatkan risiko morbiditas dari beberapa penyakit, terutama penyakit kardiovaskular dan diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian prediabetes pada kelompok hipertensi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan data sekunder Riskesdas tahun 2018. Jumlah sampel 1678 orang yang menderita hipertensi serta memenuhi kriterian inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini. Analisis data menggunakan cox regression. Prevalensi prediabtes pada penderita hipertensi di Indonesia sebesar 61,14%. Pada model akhir penelitian ini diketahui bahwa obesitas sentral tidak mempunyai hubungan terhadap kejadian prediabetes dengan nilai p=0,081 dan PR=1,121 (95% CI; 0,986- 1,274)
Based on RISKESDAS (Basic Health Research) in 2018, there was an increasing trend of central obesity, namely 31.0% compared to 2013, which was 26.6%. Along with the increasing prevalence of central obesity, it could increase degenerative disease, such as diabetes mellitus. Before diabetes occurred in a person, it was preceded by a condition called prediabetes. Prediabetes prevalence was bigger than diabetes mellitus prevalence. The result of the Basic Health Research in 2007 showed that prediabetes prevalence was almost twice the type-2 diabetes mellitus prevalence, which was 10.2%. Meanwhile, hypertension substantially increased the risk of morbidity from several diseases, especially cardiovascular and diabetes. This research aimed to determine the relationship between central obesity and prediabetes incident in the hypertension group in Indonesia. This research used a cross-sectional study design with secondary data from RISKESDAS 2018. The number of samples was 1678 people who suffered hypertension and met the inclusion and exclusion criteria in this research. Data analysis used cox regression. The prediabetes prevalence in hypertensive patients in Indonesia was 61.14%. In the final model of this research, it was known that central obesity had no relationship with the incidence of prediabetes with a value of p=0.081 and PR=1.121 (95% CI; 0.986-1.274)
Read More
Based on RISKESDAS (Basic Health Research) in 2018, there was an increasing trend of central obesity, namely 31.0% compared to 2013, which was 26.6%. Along with the increasing prevalence of central obesity, it could increase degenerative disease, such as diabetes mellitus. Before diabetes occurred in a person, it was preceded by a condition called prediabetes. Prediabetes prevalence was bigger than diabetes mellitus prevalence. The result of the Basic Health Research in 2007 showed that prediabetes prevalence was almost twice the type-2 diabetes mellitus prevalence, which was 10.2%. Meanwhile, hypertension substantially increased the risk of morbidity from several diseases, especially cardiovascular and diabetes. This research aimed to determine the relationship between central obesity and prediabetes incident in the hypertension group in Indonesia. This research used a cross-sectional study design with secondary data from RISKESDAS 2018. The number of samples was 1678 people who suffered hypertension and met the inclusion and exclusion criteria in this research. Data analysis used cox regression. The prediabetes prevalence in hypertensive patients in Indonesia was 61.14%. In the final model of this research, it was known that central obesity had no relationship with the incidence of prediabetes with a value of p=0.081 and PR=1.121 (95% CI; 0.986-1.274)
T-6015
Depok : FKM-UI, 2020
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Laurentia Mihardja, Delima, Alwi Qomariah, Lannywati Ghani, Olwin Nainggolan dan Raflizar
BPSK Vol.17, No.3
Surabaya : Balitbangkes Kemenkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Gusni Rahma; Pembimbing: Nasrin Kodim; Ratna Djuwita; Penguji: Masdalina Pane, Firy Triyanti
T-5136
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Ghina Amalia Prayudita; Pembimbinga: Ratna Djuwita; Penguji: Ahmad Syafiq, Esti Widiastuti M
Abstrak:
Read More
Indonesia termasuk salah satu negara yang menghadapi tiga permasalahan gizi sekaligus, yaitu stunting, wasting, dan overweight. Obesitas sentral atau yang disebut obesitas tipe apel merupakan disebabkan oleh penumpukkan lemak dalam tubuh dalam jumlah berlebih di bagian perut. Obesitas sentral diamati sebagai jenis obesitas yang merugikan dengan implikasi serius dan pemicu penyakit degeneratif. Provinsi Sulawesi Utara merupakan daerah dengan prevalensi obesitas sentral tertinggi berdasarkan data Riskesdas 2018 yaitu sebesar 42,5%. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia ≥45 Tahun di Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2019 dengan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menggunakan analisis bivariat didapatkan pada laki-laki konsumsi alkohol (p-value = 0,015) memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian obesitas sentral. Sedangkan pada perempuan aktivitas fisik (p-value = 0,045), konsumsi minuman manis (p-value = 0,036), konsumsi makanan berlemak (p-value = 0,023), dan konsumsi bumbu penyedap (p-value = 0,020) memiliki hubungan secara statistik dengan kejadian obesitas sentral. Peneliti menyarankan untuk dinas kesehatan dapat bekerja sama dengan berbagai pihak seperti organisasi masyarakat dan institusi keagamaan dalam memberikan edukasi terkait bahaya obesitas sentrak, faktor-faktor yang mempengaruhi, dampak yang disebabkan dan bagaimana cara mengatasinya.
Indonesia is one of the countries that faces three nutritional problems at once, namely stunting, wasting and overweight. Central obesity or what is called apple-type obesity is caused by the accumulation of excess fat in the body in the abdomen. Central obesity is observed as a detrimental type of obesity with serious implications and triggers degenerative diseases. North Sulawesi Province is the area with the highest prevalence of central obesity based on the 2018 Riskesdas data, namely 42.5%. This study aims to determine the factors associated with the incidence of central obesity in people aged ≥45 years in Minahasa, North Sulawesi Province. This study uses secondary data from the 2019 Riskesdas with a cross-sectional research design. The results of the study using bivariate analysis found that male alcohol consumption (p-value = 0.015) had a statistical relationship with the incidence of central obesity. Whereas in women physical activity (p-value = 0.045), consumption of sweet drinks (p-value = 0.036), consumption of fatty foods (p-value = 0.023), and consumption of seasonings (p-value = 0.020) have a statistical relationship with central obesity. Researchers suggest that the health office can work together with various parties such as community organizations and religious institutions in providing education regarding the dangers of central obesity, the factors that influence it, the impact it causes and how to overcome it.
S-11251
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Melly Kristanti; Pembimbing: Helda; Penguji: Ratna Djuwita, Sylviana Andinisari, Frima Elda
T-5150
Depok : FKM UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Abstrak:
Obesitas sentral merupakan kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak di bagian perut. Obesitas sentral berhubungan dengan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, sindrom metabolik, dan kanker. Prevalensi obesitas sentral diketahui meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Sebanyak 40,2% individu di dunia diperkirakan mengalami obesitas sentral. Indonesia termasuk negara berkembang dengan peningkatan prevalensi obesitas sentral dengan peningkatan dari tahun 2007, 2013, dan 2018 menurut data Riskesdas berturut- turut sebesar 18%, 26% , dan 31%. Peningkatan obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan ekonomi dan urbanisasi yang menyebabkan perubahan tidak menguntungkan dalam kebiasaan konsumsi makanan berkalori tinggi dan minuman manis, aktivitas fisik, perilaku sedentari, dan stres. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi obesitas sentral di daerah perkotaan lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 35%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaan Indonesia. Terdapat sebanyak 194.049 responden Riskesdas 2018 yang dilibatkan dalam penelitian.. Analisis data menggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda pada perangkat pengolah data. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat 15 variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral, diantaranya: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, gangguan mental emosional, konsumsi makanna manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak/gorengan, konsumsi softdrink, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok (p-value <0,05). Jenis kelamin perempuan diketahui sebagai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaa Indonesia (p-value 0,0005). OR dari kejadian obesitas sentral lebih tinggi 4,060 (95%CI: 3,947-4,175) kali pada kelompok responden berjenis kelamin perempuan, setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Dengan demikian, masyarakat di wilayah perkotan, khususnya perempuan, dihimbau untuk lebih meningkatkan kesadaran terkait obesitas sentral . Masyarakat dihimbau untuk dapat mengurangi konsumsi makanan berisiko, melakukan olahraga secara teratur, menghindari stres, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol. Instansi kesehatan diharapkan dapat membantu masyarakat dengan memberikan edukasi gizi dan promosi keseatan terkait obesitas sentral.
Read More
[s.l.] :
[s.n.] :
s.a.]
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nurjihan Fakhriah; Pembimbing: Trini Sudiarti; Penguji: Triyani Kresnawan, Ratu Ayu Dewi Sartika
Abstrak:
Obesitas sentral merupakan kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak di bagian perut. Obesitas sentral berhubungan dengan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe II, hipertensi, dislipidemia, sindrom metabolik, dan kanker. Prevalensi obesitas sentral diketahui meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Sebanyak 40,2% individu di dunia diperkirakan mengalami obesitas sentral. Indonesia termasuk negara berkembang dengan peningkatan prevalensi obesitas sentral dengan peningkatan dari tahun 2007, 2013, dan 2018 menurut data Riskesdas berturut- turut sebesar 18%, 26% , dan 31%. Peningkatan obesitas sentral dikaitkan dengan perkembangan ekonomi dan urbanisasi yang menyebabkan perubahan tidak menguntungkan dalam kebiasaan konsumsi makanan berkalori tinggi dan minuman manis, aktivitas fisik, perilaku sedentari, dan stres. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi obesitas sentral di daerah perkotaan lebih tinggi dari prevalensi nasional, yaitu sebesar 35%. Penelitian bertujuan untuk menganalisis lebih lanjut mengenai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaan Indonesia. Terdapat sebanyak 194.049 responden Riskesdas 2018 yang dilibatkan dalam penelitian.. Analisis data menggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda pada perangkat pengolah data. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat 15 variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas sentral, diantaranya: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, gangguan mental emosional, konsumsi makanna manis, konsumsi minuman manis, konsumsi makanan berlemak/gorengan, konsumsi softdrink, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok (p-value <0,05). Jenis kelamin perempuan diketahui sebagai faktor dominan kejadian obesitas sentral pada penduduk usia 25-64 tahun di wilayah perkotaa Indonesia (p-value 0,0005). OR dari kejadian obesitas sentral lebih tinggi 4,060 (95%CI: 3,947-4,175) kali pada kelompok responden berjenis kelamin perempuan, setelah dikontrol oleh variabel lainnya. Dengan demikian, masyarakat di wilayah perkotan, khususnya perempuan, dihimbau untuk lebih meningkatkan kesadaran terkait obesitas sentral . Masyarakat dihimbau untuk dapat mengurangi konsumsi makanan berisiko, melakukan olahraga secara teratur, menghindari stres, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol. Instansi kesehatan diharapkan dapat membantu masyarakat dengan memberikan edukasi gizi dan promosi keseatan terkait obesitas sentral.
Central obesity is a condition where there is an accumulation of fat in the abdomen. Central obesity is associated with the risk of non-communicable diseases such as type II diabetes mellitus, hypertension, dyslipidemia, metabolic syndrome, and cancer. The prevalence of central obesity is known to increase in both developed and developing countries. As many as 40.2% of individuals in the world are estimated to have central obesity. Indonesia is a developing country with an increasing prevalence of central obesity with an increase from 2007, 2013, and 2018 according to riskesdas data, respectively, by 18%, 26%, and 31%. The increase in central obesity is associated with economic development and urbanization leading to unfavorable changes in consumption habits of high-calorie foods and sugary drinks, physical activity, sedentary behavior, and stress. Riskesdas 2018 data states that the prevalence of central obesity in urban areas is higher than the national prevalence, which is 35%. This study aims to further analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia. There were 194,049 riskesdas 2018 respondents who were involved in this study. Data analysis used chi-square bivariate test and multiple logistic regression multivariate test on the applicationThe results showed that there were 15 variables that were significantly associated with the incidence of central obesity, including: age, gender, education level, employment status, emotional mental health, consumption of sweet foods, sugary drinks, fatty foods, soft drinks, fruit and vegetable consumption, alcohol consumption, physical activity, and smoking habits (p-value <0,05). Female gender is known as the dominant factor in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia (p-value 0,0005). The OR of the incidence of central obesity was 4.06 (95%CI: 3,947-4,175) higher in the female respondent group, after being controlled by other variables. Thus, people in urban areas, especially women, are urged to increase awareness regarding central obesity. The public is encouraged to reduce the consumption of risky foods, do exercise regularly, avoid stress, and avoid smoking and alcohol consumption. Health agencies are expected to help the community by providing nutrition education and promotion of health related to central obesity.
Read More
Central obesity is a condition where there is an accumulation of fat in the abdomen. Central obesity is associated with the risk of non-communicable diseases such as type II diabetes mellitus, hypertension, dyslipidemia, metabolic syndrome, and cancer. The prevalence of central obesity is known to increase in both developed and developing countries. As many as 40.2% of individuals in the world are estimated to have central obesity. Indonesia is a developing country with an increasing prevalence of central obesity with an increase from 2007, 2013, and 2018 according to riskesdas data, respectively, by 18%, 26%, and 31%. The increase in central obesity is associated with economic development and urbanization leading to unfavorable changes in consumption habits of high-calorie foods and sugary drinks, physical activity, sedentary behavior, and stress. Riskesdas 2018 data states that the prevalence of central obesity in urban areas is higher than the national prevalence, which is 35%. This study aims to further analyze the dominant factors in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia. There were 194,049 riskesdas 2018 respondents who were involved in this study. Data analysis used chi-square bivariate test and multiple logistic regression multivariate test on the applicationThe results showed that there were 15 variables that were significantly associated with the incidence of central obesity, including: age, gender, education level, employment status, emotional mental health, consumption of sweet foods, sugary drinks, fatty foods, soft drinks, fruit and vegetable consumption, alcohol consumption, physical activity, and smoking habits (p-value <0,05). Female gender is known as the dominant factor in the incidence of central obesity in the population aged 25-64 years in urban areas of Indonesia (p-value 0,0005). The OR of the incidence of central obesity was 4.06 (95%CI: 3,947-4,175) higher in the female respondent group, after being controlled by other variables. Thus, people in urban areas, especially women, are urged to increase awareness regarding central obesity. The public is encouraged to reduce the consumption of risky foods, do exercise regularly, avoid stress, and avoid smoking and alcohol consumption. Health agencies are expected to help the community by providing nutrition education and promotion of health related to central obesity.
S-11088
Depok : FKM-UI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Feri Rahman Hakim; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo, Yovsyah; Penguji: Abdul Hafiz, Dedi Supriyatnataris
T-5160
Depok : FKM-UI, 2018
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Mazaya Shafa Ainan Dini; Pembimbing: Mondastri Korib Sudaryo; Penguji: Yovsyah; Rindu Rachmiaty
Abstrak:
Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyebab utama dari penyakit kardiovaskular dan kematian dini di dunia yang kini kian meningkat tiap tahunnya, serta secara signifikan dapat meningkatkan risiko penyakit hati, otak, ginjal, dan penyakit serius lainnya. Terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan hipertensi, salah satunya obesitas. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pengukuran lingkar perut merupakan prediktor yang lebih baik daripada indeks massa tubuh (IMT) untuk mengetahui risiko kesehatan terkait obesitas terutama hipertensi baik pada laki-laki maupun perempuan. Prevalensi obesitas sentral kini meningkat secara global Tujuan: Mengetahui hubungan obesitas sentral dengan kejadian hipertensi pada penduduk usia ≥ 18 tahun di Indonesia. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dan menggunakan desain studi cross-sectional analitik. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dari Riskesdas 2018. Terdapat sebanyak 366.351 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan analisis stratifikasi, diperoleh bahwa variabel yang menjadi efek modifikasi yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, perilaku merokok, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, konsumsi makanan berlemak, IMT, dan gangguan mental emosional, sedangkan variabel yang memiliki potensi bias confounding yaitu IMT. Kesimpulan: Obesitas sentral merupakan faktor risiko yang penting untuk diperhatikan dalam upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi di Indonesia.
Read More
S-11002
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Dyah Ayu Puspitaningsih; Pembimbing: Diah Mulyawati Utari; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Flora Theresia
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan proporsi kejadian obesitas sentral berdasarkan faktor perilaku konsumsi dan faktor lainnya padapenduduk dewasa (usia 20-45 tahun) di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data Riskesdas 2018. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional dengan analisis univariat dan bivariat (chi-square). Data penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebesar 19.757 responden dewasa usia 20-45 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada penduduk dewasa usia 20-45 tahun di Sumatera Utara pada tahun 2018, yaitu sebesar 31,4%. Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat perbedaan proporsi obesitas sentral yang signifikan ditemukan pada variabel usia, variabel jenis kelamin, varianel pendidikan terakhir, variabel status perkawinan, variabel status pekerjaan, variabel tipe wilayah tempat tinggal, variabel konsumsi makanan berlemak, variabel konsumsi makanan manis, variabel konsumsi minuman manis, variabel konsumsi alkohol, variabel aktivitas fisik, variabel riwayat merokok, variabel kondisi mental emosional (p value<0,05). Optimalisasi kegiatan skrinning obesitas sentral dengan menggunakan metode pengukuran lingkar perut ataupun RLPP dan kegiatan olahraga bersama di Posbindu PTM serta pelaksanaan pola hidup sehat oleh masyarakat seperti makan sesuai anjuran gizi seimbang dan aktif untuk meningkatkan waktu dan frekuensi aktivitas fisik dapat membantu pencegahan obesitas pada penduduk dewasa di Sumatera Utara.
Read More
S-10779
Depok : FKM UI, 2021
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
