Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Nadhilah Zhafirah; Pembimbing: Dewi Susanna; Penguji: I Made Djaja, Ardhiantie
Abstrak: Permasalahan kebersihan menjadi salah satu masalah yang sulit untuk diatasi di Desa Sedari, khususnya sanitasi pada rumah tangga. Karena sanitasi rumah yang buruk adalah mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang buruk juga. Jika kualitas sanitasi buruk maka akan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit, salah satunya adalah gangguan pernapasan. Penelitian ini dilakukan dengan desain crosssectional dengan system proportionate stratified random sampling pada 90 sampel di 6 dusun. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 5 poin PHBS yang diteliti (perilaku merokok orang tua, status gizi dan imunisasi dasar, ASI eksklusif, mencuci tangan, mengonsumsi sayur dan buah), didapatkan bahwa hanya imunisasi dasar yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gangguan pernapasan pada balita di Desa Sedari (p = 0,013), sedangkan dari faktor lingkungannya (Kepadatan hunian, pencahayaan dan ventilasi rumah), yang memiliki hubungan bermakna adalah kepadatan hunian (p = 0,002). Dari hasil uji regresi logistik, didapatkan bahwa kepadatan hunian (OR = 7,858) dan Imunisasi dasar (OR = 2,685) adalah faktor risiko yang paling dominan terhadap gangguan pernapasan pada balita di Desa Sedari. Sebaiknya dilakukan intervensi mengenai pentingnya pemberian imunisasi dasar dan sosialisasi mengenai kegiatan pemberian imunisasi, serta melakukan perluasan ventilasi rumah dan mengurangi penumpukan orang pada satu ruangan.
Kata Kunci: Gangguan Pernapasan, PHBS, Balita

Hygiene issues are one of the most difficult issues to solve in Desa Sedari, especially sanitation on households. Poor home sanitation is a reflection of how Healthy and Clean Living on Household (PHBS) implementation on their life. If the quality of sanitation is poor, then it will affect and increase the risk of disease transmission, one of which is respiratory distress especially in toddlers. This study was conducted using a cross-sectional design with proportionate stratified random sampling with 90 samples to take on 6 hamlets. The results of this study conclude that 5 indicators of Healthy and Clean Lifestyle (parental smoking behavior, nutritional status and basic immunization, exclusive breastfeeding, hand washing behavior, healthy eating), resulting with only basic immunization had significant association with respiratory distress in toddler in Deas Sedari (p = 0,013), while from the environmental factors (density of occupancy, lighting and house ventilation), the only one that has a significant relationship is the density of occupancy (p = 0,002). From the result of the logistic regression test was found that the density of occupancy (OR = 7,858) and basic immunization (OR = 2,685) is the most dominant risk factors for respiratory distress in toddlers in Desa Sedari. Intervention must be held due to promoting the importance of basic immunization and to socialize the vaccine administration among mothers and pregnant woman, as well as expansion of house ventilation and reduce the accumulation of people in one room.
Key Words: Respiratory distress, Healthy and Clean Lifestyle, Toddlers
Read More
S-9653
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Melisa Anindita Rahmawati; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Helda, Felly Philipus Senewe
Abstrak: Pendahuluan: Diare merupakan penyakit pembunuh kedua pada balita dengan prevalensi sebesar 14,3 dan berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa KLB di Indonesia. Lebih dari 100.000 balita meninggal akibat diare dengan estimasi hilangnya biaya ekonomi sebesar Rp. 7,2 Triliun.
 
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Indonesia berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012.
 
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi studi pada penelitian ini adalah seluruh balita Indonesia usia 0-59 bulan pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kemudian dilakukan sampling dengan metodesistem random sampling dengan jumlah sampel 5.961 balita.
 
Hasil: Prevalensi kejadian diare pada balita yang mengalami diare 2 minggu sebelum survei SDKI 2012 adalah sebesar 15,2 907 balita dan secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara usia balita 6-35 bulan POR: 1,977; 95 CI: 1,500-2,518; p 0,001, jenis kelamin POR: 1,298; 95 CI: 1,125-1,497; p 0,001, pendidikan ibu POR: 1,365; 95 CI: 1,180 ndash; 1,576; p 0,001 , sosial ekonomi menengah POR: 1,309; 95 CI: 1,064 ndash; 1,610; p 0,011, sosial ekonomi bawah POR: 1,623; 95 CI: 1,376 ndash; 1,913; p 0,001, sumber air minum POR: 1,326; 95 CI: 1,134-1,551; p 0,001, ketersediaan jamban POR: 1,424; 95 CI: 1,228-1,650; p 0,001, ketersediaan tempat cuci tangan POR: 1,248; 95 CI: 1,062-1,465; p 0,008, dan daerah tempat tinggal POR: 1,250; 95 CI: 1,085=1,440; p 0,002 dengan kejadian diare pada balita di Indonesia tahun 2012. Dalam menurunkan angka kejadian diare pada balita, perlu adanya kesadaran bersama baik pemerintah, petugas kesehatan, masyarakat, maupun orang tua dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS.
 

 
Introduction: Diarrhea is a second killer disease in under five children with a prevalence of 14,3 and have potential to outbreak in Indonesia. More than 100,000 under five children died from diarrhea with an estimated loss of economic costs of 7.2 Trillion Rupiah.
 
Objective: This study aims to determine factors are related to diarrhea occurrence among under five children in Indonesia based on data Indonesia Demographic and Health Survey IDHS 2012.
 
Method: This is a cross sectional study with study population were all Indonesian under five children 0 59 months in SDKI 2012 that meet the criteria of inclusion and exclusion. Then sampling by simple random sampling method with the number of sample is 5.961 responden.
 
Results: The prevalence of diarrhea occurrence in under fives with diarrhea 2 weeks before survey was 15.2 907 and there was a statistically significant relationship between age 6 35 months POR 1,977 95 CI 1,500 ndash 2,518 p 0,001, sex POR 1,298 95 CI 1,125 ndash 1,497 p 0,001, maternal education POR 1,365 95 CI 1,180-1,576 p 0,001, middle socioeconomic POR 1,309 95 CI 1,064-1,610 p 0,011, low socioeconomic POR 1,623 95 CI 1,376 ndash 1,913 p 0,001, drinking water source POR 1,326 95 CI 1,134 ndash 1,551 p 0,001, latrine availability POR 1,424 95 CI 1,228 ndash 1,650 p 0,001, handwasher availability POR 1,248 95 CI 1,062 ndash 1,465 p 0,008, and residence area POR 1,250 95 CI 1,085-1,440 p 0,002 on the incidence of diarrhea among under five children in Indonesia 2012. To decreasing the incidence of diarrhea among under five children, need a common awareness of government, health workers, community, and parents to improving sanitation and healthy life.
Read More
S-9764
Depok : FKM-UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Renny Maria Marbun; Pembimbing: Hadi Pratomo; Penguji: Anwar Hasan, Indra Supradewi
S-6840
Depok : FKM UI, 2011
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Gitri Syiamil Awali; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Ririn Arminsih, La Ode Ahmad Saktiansyah
Abstrak: Latar Belakang: DBD merupakan infeksi akibat virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Sp ke manusia, terutama nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah tropis dengan variasi risiko lokal yang juga dipengaruhi oleh parameter iklim serta faktor sosial dan lingkungan. DBD masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, salah satunya adalah Kota Bekasi yang menempati urutan ketiga dengan kasus tertinggi pada tahun 2021. Tujuan: Menganalisis hubungan antara faktor iklim (suhu, kelembaban, kecepatan angin dan curah hujan, faktor demografi (kepadatan penduduk) dan faktor individu (penerapan perilaku hidup bersih dan sehat) terhadap incidence rate DBD di Kota Bekasi tahun 2019?2021. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi ekologi berbasis waktu. Hasil: Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa suhu (p = 0,146), kecepatan angin (p = 0,146), curah hujan (p = 0,447) dan kepadatan penduduk (p = 0,147) tidak berhubungan signifikan terhadap kejadian DBD. Adapun kelembaban (p = 0,003) dan PHBS (p = 0,001) memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian DBD. Hasil uji regresi linear ganda memberikan bentuk model prediksi dengan persamaan Incidence Rate DBD = 42,043 + 0,004 (PHBS) + 0,001 (Kepadatan Penduduk) dengan R2 = 0,353. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara kelembaban udara dan PHBS dengan kejadian DBD di Kota Bekasi Tahun 2019?2021.
Background: DHF is an infection caused by the Dengue virus which is transmitted through the bite of the Aedes sp mosquito to humans, especially the Aedes aegypti mosquito. Dengue fever is widespread throughout the tropics with local risk variations which are also influenced by climate parameters as well as social and environmental factors. DHF is still one of the public health problems in Indonesia, including Bekasi City which ranks third with the highest cases in 2021. Objective: Analyzing the relationship between climate factors (temperature, humidity, wind speed and rainfall, demographic factor (population density) and individual factor (application of clean and healthy living behavior) with the incidence of dengue haemorrhagic fever in Bekasi City in 2019?2021. Methods: This research is a quantitative study with an ecological study design according to time trend. Results: The results of the correlation test showed that temperature (p = 0.146), wind speed (p = 0.146), rainfall (p = 0.447) and population density (p = 0.147) were not significantly related to the incidence of DHF. Meanwhile, humidity (p = 0.003) and PHBS (p = 0.001) had a significant relationship to the incidence of DHF. The results of the multiple linear regression test showed a predictive model with the DHF incidence rate equation = 42.043 + 0.004 (PHBS) + 0.001 (Population Density) with R2 = 0.353. Conclusion: There is a significant relationship between humidity and PHBS with the incidence of DHF in Bekasi City in 2019?2021.
Read More
S-11017
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Zulfa Auliyati Agustina Suharmiati, Mara Ipa
BPK Vol.45, No.1
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2016
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Lilis Siti Hodijah; Pembimbing: Evi Martha; Penguji: Besral, Anwar Hassan, Sri Kurniati, Maryamah
Abstrak:

ABSTRAK Tingkat keberdayaandesasiagamerupakanrefleksidarikeberhasilan program pemberdayaanmasyarakatsertamemperlihatkankemandirianmasyarakat.Penelitian kuantitatif,desaincross sectionaldengansampel204 desa, data dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner. Hasilpenelitiandidapatkan 55.9 % desamemilikitingkatkeberdayaandesa yang tinggi.Dimensipembangunankapasitas, partisipasimasyarakat, jaringandenganpihak lain mempunyaihubungan yang bermaknadenganpraktikpenggunaanjambansehat (PHBS 5)dandimensipembangunankapasitasmerupakan factor dominan. Desadengandimensipembangunankapasitas yang rendahmenurunkan 3.3 kali capaianpenggunaanjambansehatdibandingkandengandesadengandimensipembang unankapasitas yang tinggiKepadaPemkab.KarawangdanDinasKesehatandiharapkanmenyelenggarakan pelatihanteknisdesasiagabagipelakuutamadesasiagasecarasimultanuntukmeningkat kantingkatkeberdayaandesadanpraktik PHBS. ABSTRACT DesaSiagalevelempowermentis a reflectionof thesuccess of thecommunity empowermentprogramas well asshowingcommunnityindependence. Quantitative researchwithcross sectionaldesignwith a sample of204 villages, data were collectedthroughinterviewswithquestionnaires. The results showed55.9% of villages havea highlevel ofempowerment. Dimensions ofcapacity building, community participation, networkingwithother partieshavinga significant relationshipwith ahealthylatrineuse practices(PHBS5) anddimensions ofcapacity buildingis adominantfactor. Villageswithlow capacitydevelopment dimension3.3timeslowerperformancecompared tohealthylatrine usevillagewitha high capacitydevelopment dimension.To theKarawang DistrictandHealth Departmentis expected toconducttechnical trainingfordesasiagakey actorssimultaneously toincrease thelevel ofvillageempowermentandpracticePHBS.

Read More
T-3845
Depok : FKM-UI, 2013
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurunissa Pratiwi Sekar Ayu; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Ema Hermawati, Sigit Prakoso
S-9938
Depok : FKM-UI, 2019
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Siti Suryanti; Pembimbing; Anwar Hassan; Penguji: Tri Krianto, M Taufik
Abstrak: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya pemeliharaan kesehatan yang dilakukan oleh diri sendiri dan keluarga dalam mewujudkan budaya hidup sehat dalam keluarga baik secara fisik, mental dan spiritual. Indikator perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga yang dipilih dalam penelitian ini yaitu menimbang bayi dan balita secara teratur, mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun, melakukan aktivitas fisik dan tidak merokok di dalam rumah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran dan faktorfaktor yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga di Desa Iwul Kecamatan Parung Bogor tahun 2015. Variabel bebas pada penelitian ini adalah karakteristik (pendidikan, umur, pendapatan), pengetahuan tentang PHBS, ketersediaan sarana PHBS dan dukungan sosial. Sedangkan variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan 4 indikator yaitu menimbang bayi dan balita secara teratur, mencuci tangan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun, melakukan aktivitas setiap hari minimal 30 menit dan tidak merokok di dalam rumah. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional dan menggunakan uji chi square untuk melihat adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan, pengetahuan dan ketersediaan sarana terhadap pelaksanaan PHBS di Desa Iwul (p value < 0,05). Sedangkan pada faktor umur, pendidikan dan dukungan sosial menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna terhadap pelaksanaan PHBS. Penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan dan evaluasi dalam menyusun rencana kegiatan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Iwul. Kata kunci : faktor, PHBS, 4 indikator, rumah tangga.
Clean and Healthy Behavior Lives (PHBS) is a health maintenance efforts undertaken by yourself and family in creating a culture of healthy living in the family both physically, mentally and spiritually. Behavioral indicators of clean and healthy household arrangement chosen in this study is weigh infants and toddlers regularly, wash hands with soap and clean water, physical activity and not smoking in the house. This study aimed to obtain information about distribution and the factors associated with PHBS households in the order of the District Iwul Parung Bogor in 2015. The independent variables in this study are the characteristics (education, age, income), knowledge of PHBS, availability resources of PHBS and social support. The dependent variable in this study is a clean and healthy living behaviors (PHBS) with 4 indicators of weighing babies and toddlers regularly, wash hands with clean running water and soap, do activities every day at least 30 minutes and no smoking in the house. The design study is cross-sectional and the chi square test to look at the relationship between independent variables and the dependent variable.The results showed that there was a significant relationship between income, knowledge and availability of resources for the implementation of PHBS in the village Iwul (p value significant relationship to the implementation of PHBS. This research can be a comparison and evaluation of the plan of activities to improve the behavior of a clean and healthy living in the village Iwul particularly on four indicators. Keywords : factor, PHBS, 4 indicator, household
Read More
S-8923
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cecilia Nadine Atillah; Pembimbing: Ririn Arminsih Wulandari; Penguji: Ema Hermawati, Siti Widianingrum Dina
Abstrak:
Hingga saat ini, tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan yang mengancam kesehatan masyarakat. Sebanyak 10,6 juta orang menderita tuberkulosis di tahun 2021 di dunia dan Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak sebagai penyumbang kasus TB di dunia. Kejadian tuberkulosis di Kota Bandung dalam rentang waktu 2015-2019 terus mengalami kenaikan. Kejadian tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko tuberkulosis paru, termasuk di dalamnya faktor lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian tuberkulosis paru dengan faktor cakupan rumah sehat, kepadatan penduduk, dan serta cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menggunakan desain studi ekologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian tuberkulosis lebih banyak dialami oleh masyarakat berjenis kelamin laki-laki, serta orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok usia produktif. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara kejadian tuberkulosis paru dengan cakupan rumah sehat dan kepadatan penduduk, dengan keduanya memiliki nilai p masing-masing sebesar 0,000. Sedangkan, usia dan cakupan rumah tangga ber-PHBS tidak memiliki hubungan dengan kejadian tuberkulosis paru, dengan masing-masing nilai p sebesar 0,075 dan 0,876. Untuk memaksimalkan upaya pencegahan tuberkulosis paru yang telah dilakukan oleh pemerintah, disarankan untuk memberdayakan masyarakat setempat serta memanfaatkan teknologi sebagai fasilitas pemberdayaan serta peran public figure dalam upaya promosi kesehatan.

As of right now, pulmonary tuberculosis continues to be a threat to the public health. In 2021, it was estimated about 10.6 million people suffer from tuberculosis worldwide, with Indonesia being the country with the second-largest contributor to tuberculosis cases. In Bandung, the incidence of pulmonary tuberculosis has risen steadily between 2015 and 2019. Environmental factors and other pulmonary tuberculosis risk factors can have an impact on this prevalence. Using an ecological study methodology, this research seeks to determine the relationship between the prevalence of pulmonary tuberculosis and the variables of healthy home coverage, population density, and the coverage of families with clean and healthy living behaviors. The findings of this study indicates that men and those in the productive age group encounter tuberculosis at higher rates than those in other groups. This study also demonstrates a correlation between the coverage of healthy home and population density with the prevalence of pulmonary tuberculosis, with both having a p-value of 0.000. With a p value of 0,075 and 0.876, age and the coverage of families with clean and healthy living behaviors was unrelated to the prevalence of pulmonary tuberculosis. It is advisable to empower local communities, utilize the technology as an empowerment facility, and utilize the role of public figures in health promotion to maximize the government efforts to prevent the pulmonary tuberculosis.
Read More
S-11317
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Riska Yuanda Silviana; Pembimbing: Laila Fitria; Penguji: Umar Fahmi Achmadi, Didik Supriyono
Abstrak: Tuberkulosis paru salah satu masalah kesehatan yang masih dihadapi di dunia termasuk di wilayah Indonesia, dan masalah kesehatan ini memiliki kaitan dengan lingkungan disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara cakupan rumah sehat, cakupan rumah tangga ber-PHBS, fasilitas kesehatan dan kepadatan penduduk terhadap kasus tuberkulosis paru di Kabupaten Bogor pada tahun 2018-2020. Penelitian dilakukan dengan desain studi ekologi pada populasi kecamatan di Kabupaten Bogor sebanyak 40 kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru yaitu fasilitas kesehatan, dengan keeratan hubungan yang kuat dan berpola positif (r = 0.564). Variabel kepadatan penduduk juga berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru, dengan keeratan hubungan yang sedang dan berpola positif (r = 0.393). Sedangkan variabel cakupan rumah sehat dan cakupan rumah tangga ber-PHBS tidak berhubungan signifikan dengan tuberkulosis paru. Oleh sebab itu, perlu mengoptimalkan program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis paru terutama wilayah kecamatan dengan jumlah kasus yang tinggi.
Pulmonary Tuberculosis is one of the health problems in the world, including in Indonesia and it is related to the environment. This study aims to study the relationship between healthy home coverage, household PHBS coverage, health facilities, and population density in cases of pulmonary tuberculosis in Bogor Regency in 2018-2020. The research was conducted with an ecological study design on a population of as many as 40 sub - districts in Bogor District. The result of this research is the variable of a significant relation with pulmonary tuberculosis was health facilities, with strong relation and positive pattern correlation (r = 0.564). The population density variable was also significantly associated with pulmonary tuberculosis, with medium relation and positive pattern correlation (r = 0.393). Meanwhile the variables of healthy home coverage and PHBS household coverage do not have a significant correlation with pulmonary tuberculosis. Therefore, it is necessary to optimize the pulmonary tuberculosis prevention and control program, especially in sub-districts with a high number of cases
Read More
S-10947
Depok : FKMUI, 2022
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive