Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 92 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Bunga Mardiani Sasqiaputri; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Baiduri Widanarko, Renza Maisetyo
S-10458
Depok : FKM-UI, 2020
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Anditha Nur Nina; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Baiduri Widanarko, Akhmad Zaynuddin
Abstrak: Penelitian ini dilakukan pada pekerja lapangan di proyek LRT Kelapa Gading yang memiliki risiko psikososial berupa stres kerja. Saat ini, bahaya psikososial menjadi perhatian khusus karena salah satu bahaya di tempat kerja ini sering tidak disadari oleh para pekerja maupun pihak manajemen serta dampaknya yang signifikan. Angka kecelakaan kerjapun semakin meningkat karena berbagai faktor mulai dari factor fisik, kimia, biologi, iomekanik, radiologi dan bahaya psikososial. Tujuan dari penelitian menganalisis hubungan bahaya psikososial terhadap kecelakaan kerja pada pekerja di proyek LRT Kelapa Gading PT XYZ Tahun 2018. Penelitian menggunakan metode deskriptif cross-sectional yang bersifat kuantitatif dengan melakukan pengisian kuisioner modifikasi COPSOQ II dan kuisioner penelitian Goldenhar et al, (2003). Penelitian ini menganalisis delapan faktor psikososial dengan variabel perantara yaitu risiko psikososial berupa stres kerja lalu menganalisi hubungan variabel perantara dengan kecelakaan kerja sebagai variabel dependen dengan uji fisher exact. Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor home-work interface, pengembangan karir dan kepastian kerja dengan risiko psikososial berupa stres kerja serta risiko psikososial dengan kecelakaan kerja.
Kata Kunci : Bahaya Psikososial, Risiko psikososial, Kecelakaan Kerja

This research was conducted on field workers in Kelapa Gading LRT project which has psychosocial risk in the form of work stress. Currently, psychosocial hazards are of particular concern because one of these workplace hazards is often not recognized by workers or management and their significant impact. The number of accidents also increased due to various factors ranging from physical factors, chemistry, biology, iomekanik, radiology and psychosocial hazards. The purpose of this research is to analyze the correlation between psychosocial hazard to work accident at worker in Kelapa Gading LRT project PT XYZ in 2018. The research uses cross-sectional descriptive method which is quantitative by filling out the COPSOQ II modification questionnaire and research questionnaire from Goldenhar et al. (2003). This study analyzes the eight psychosocial factors with moderating variable that is psychosocial risk in the form of work stress and then analyzes moderating variable relationship with the work accident as the dependent variable with fisher exact test. The results state there is a significant relationship between home-work interface, job certainty and career development with psychosocial risk in the form of work stress and psychosocial risk with work accidents.
Keywords : Psychosocial Hazard, Psychosocial Risk, Work Accident
Read More
S-9689
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endang Suparto; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Abdul Kadir, Doni Hikmat Ramdhan, Ahmad Wildan, Pungkas Hendratmoko
Abstrak:
Psikososial merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja pada pengemudi. Tujuan umum pada penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan psikososial berdampak keselamatan mengemudi pada pengemudi tangki BBM di PT X. Metode penelitian ini yang digunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Sampel yang diambil sebanyak 252 responden merupakan driver pengemudi tangki BBM di PT X. Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu faktor individu dan faktor lingkungan, sedangkan variabel dependen keselamatan mengemudi. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Tehnik penelitian menggunakan analisis univariate, bivariate dan mulivariate. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 127 responden atau 50,4% mengalami perilaku tidak selamat, sedangkan 125 responden atau 49,6% mengalami perilaku selamat. Faktor psikososial yang paling dominan berpengaruh terhadap keselamatan mengemudi yaitu supervisor support yang memiliki 1,95 kali lebih besar untuk berperilaku selamat dalam keselamatan mengemudi.

Psychosocial factors are one of the causes of work accidents among drivers. The general objective of this study is to identify factors related to psychosocial aspects that impact driving safety among fuel tanker drivers at PT X. This research employs a quantitative method with a cross-sectional study approach. A total of 252 respondents, who are fuel tanker drivers at PT X, were sampled. The variables in this study consist of independent variables, namely individual factors and environmental factors, while the dependent variable is driving safety. Data collection was carried out by distributing questionnaires. The research technique involves univariate, bivariate, and multivariate analysis. The results show that 127 respondents, or 50.4%, exhibited unsafe behavior, while 125 respondents, or 49.6%, demonstrated safe behavior. The most dominant psychosocial factor influencing driving safety is supervisor support, which increases the likelihood of safe driving behavior by 1.95 times.
Read More
T-7208
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Noviaji Joko Priono; Pembimbing: Baiduri Widanarko; Penguji: Dadan Erwandi, Erdy Techrisna, Marina Kartikawati
Abstrak: Musculoskeletal Symptoms (MSS) merupakan salah satu gangguan yang sangat umum terjadi dan menjadi masalah kesehatan para pekerja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko individu, organisasi, lingkungan, fisik dan psikososial dengan MSS pada pekerja pabrik di Karawang, Indonesia. Metode: Desain study yang digunakan adalah cross sectional. Data dikumpulkan dari Januari- Juni 2019 melalui survey online pada 288 pekerja secara acak. Data dianalisis dengan menggunakan regresi logistik. Hasil: Prevalensi MSS pada leher, bahu, punggung atas dan punggung bawah lebih dari 60%. Jumlah rata-rata keluhan pada periode 7 hari terakhir adalah 4,3 keluhan dan periode 12 bulan terakhir adalah 4,8 keluhan dari total 9 bagian tubuh. Pekerja yang mengalami stress dapat meningkatkan risiko MSS pada leher 4,25 kali. Berat beban angkat >10kg meningkatkan risiko terjadinya MSS pada bahu sebesar 2,33 kali, punggung atas 3,25 kali, dan punggung bawah 3,52 kali. Kesimpulan: Kami menyimpulkan bahwa perlu ada perhatian khusus pada pekerja yang mengangkat beban berat dan juga manajemen stress karena kedua hal tersebut adalah faktor dominan yang dapat meningkatkan MSS
Read More
T-5715
Depok : FKM UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Khairul Fajarudin; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Fatma Lestari, Indri Hapsari Susilowati, Doni Masditok, Handojo Kun
Abstrak: Tesis ini menyelidiki dan membandingkan berbagai faktor psikososial dan faktor lingkungan sosial yang dapat memberikan pengaruh pada satu atau berbagai gejala distress pada pekerja di perusahaan geothermal PT. X. Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian menemukan 10 dari 11 indikator faktor psikososial yang dominan di persepsikan sebagian atau lebih responden, dengan 5 gejala stress kerja yang dominan adalah sakit kepala & pusing, MSDs, marah, sulit tidur, dan perubahan nafsu makan. Penelitian menyarankan kepada perusahaan untuk meninjau kembali beban kerja dan kapasitas kerja yang ada, meningkatkan proses manajemen kerja, memperbaiki komunikasi kerja dari tenaga asing, serta menciptakan lingkungan kerja yang suportif.
This thesis investigates and compares various psychosocial factors and social environment factors that can influence to one or several distress symptoms to workers in the geothermal company PT. X. This research is semi-quantitative research with a descriptive design. The research found 10 out of 11 dominant indicators of psychosocial factors perceived by half or more of the respondents, with 5 dominant stress symptoms are headache and dizziness, MSDs, angry, sleep difficulties, and change in appetite. The research suggests the company review the workload and current work capacity, improve work process management, improve communication by the foreign workers, and create a supportive work environment
Read More
T-6184
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhamad Fajar Maulidi Tanjung; Pembimbing: Robiana Modjo; Penguji: Hendra; Laksita Ri Hastiti, Reni Karnila Sari, Yuni Kusminanti
Abstrak:
Isu stres terkait kerja diakui sebagai masalah global yang memengaruhi semua profesi. Industri manufaktur atau perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan beresiko lebih tinggi mengalami stres dibanding jenis pekerjaan lain. Stress kerja merupakan akibat dari satu atau beberapa interaksi bahaya psikososial di tempat kerja. Hasil survey intenal PT X pada tahun 2021 dan 2022 menunjukan bahwa stres kerja merupakan yang paling banyak yang dikeluhkan karyawan. Tren kecelakaan kerja bulan Januari-April 2022 di area Hotpress terus meningkat yang didominasi penyebab perilaku tidak aman dan angka absenteisme pada bulan Februari 2022 mengalami kenaikan dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor psikososial terhadap distress pada pekerja di area Hotpress PT X Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer melalui kuesioner secara daring (online). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2022 – Juli 2022. Pekerja di area Hotpress PT. X didominasi oleh distress didominasi oleh tingkat distress sedang dan ringan hampir sebanding dengan masing-masing sebanyak 50% dan 49,2% serta tingkat distress berat sebanyak 2 orang (0,8%). Distress berat, sedang dan ringan mengalami keluahan gejala fisiologis berupa ganguan otot. Gejala emosional distress berat yang sering dikeluhkan adalah sulit rileks, mudah tersinggung, tegang, mudah sedih, memiliki persasaan bersalah, motivasi aktivitas sehari-hari menurun, kelelahan fisik dan emosional dengan frekuensi sering sampai selalu. Gejala kognitif distress berat yang sering dikeluhkan adalah sulit mengingat sesuatu dengan frekuensi selalu. Gejala perilaku distress berat yang paling banyak dilakukan adalah merokok lebih sering dari biasanya dan mengalami gangguan tidur dengan frekuensi sering samapai selalu. Semua variabel faktor psikososial didominasi oleh kategori kondisi “kurang baik” kecuali variabel budaya organisasi. Berdasar uji T Independent didapat bahwa setiap jenis kelamian (p=0,683) baik laki-laki maupun perempuan memiliki rata-rata tingkat distress yang sama. Berdasarkan uji anova diketahui setiap status pernikahan (p=0,111) baik belum menikah, menikah maupun cerai memiliki rata-rata tingkat distress yang sama. Berdarakan uji Chi-square didapat variabel usia (p=0,746; OR=1,142), masa kerja (p=0,704; OR=0,905), budaya organisasi (p=0,202; OR=1,432), pengembangan karir (p=0,699; OR=1,119), kontrol pekerjaan (p=0,097; OR=0,645) dan desain pekerjaan (p=0,794; OR=1,073) tidak ada hubungan dengan tingkat distress. Sedangkan varibel peran dalam organisasi (p=0,001; OR; 2,349), hubungan interpersonal (p=0,007; OR=2,056), hubungan rumah dan tempat kerja (p=0,000; OR 3,505), Beban kerja (p=0,003; OR=2,193), jadwal kerja (p=0,021; OR=1,851) dan kondisi lingkungan fisik kerja (p=0,000; OR=7,597) memilihi hubungan dengan distress. Berdasarkan hasil penelitian perlunya perbaikan terkait kondisi pada variabel peran dalam organisasi, pengembangan karir dengan kejelasan karir, kontrol pekerjaan dengan melibatkan pekerja, hubungan interpersonal tempat kerja dengan , hubungan rumah dan tempat kerja, desain kerja, beban kerja dengan mengevaluasi beban pekerja dengan kemampuannya, jadwal kerja dan kondisi lingkungan fisik kerja.

The issue of work-related stress is recognized as a global problem that affects all professions. Manufacturing industries or companies engaged in processing are at higher risk of experiencing stress than other types of work. Job stress is the result of one or more psychosocial threatening interactions at work. The results of PT X's internal survey in 2021 and 2022 show that work stress is the most complained of by employees. The trend of work accidents in January-April 2022 in the Hotpress area continues to increase, which is dominated by unsafe behavior and the absentee rate in February 2022 has doubled compared to the previous month. The purpose of this study is to analyze psychosocial factors on the pressure on workers in the Hotpress area of PT X. This research will be conducted using a quantitative approach and a cross sectional study design. The data used is primary data through a bold questionnaire (online). This research was conducted in March 2022 – July 2022. Workers in the Hotpress area of PT. X is dominated by distress, which is dominated by moderate and mild difficulty levels, almost equal to 50% and 49.2%, respectively, and 2 people (0.8%). Severe, moderate and mild distress experienced symptoms that were felt in the form of muscle disorders. Symptoms of emotional distress that are often complained of are difficulty relaxing, easy to make you tense, easy to feel sad, have feelings of guilt, decreased motivation for daily activities, physical and emotional fatigue with frequent to constant frequency. Cognitive symptoms of severe distress that are often complained of is remembering something with a frequency always. The most common symptoms of severe disorders are smoking habits more often than usual and experiencing sleep disturbances with a frequency that is often the same as always. All psychosocial factor variables are dominated by the “unfavorable” condition category except for the organizational culture variable. Based on the Independent T test, it was found that each gender (p = 0.683) both men and women had the same average level of distress. Based on the ANOVA test, it is known that each marital status (p = 0.111) is either unmarried, married or has the same average stress level. Based on the Chi-square test, the variables were age (p=0.746; OR=1.142), years of service (p=0.704; OR=0.905), organizational culture (p=0.202; OR=1.432), career development (p=0.699; OR =1.119), job control (p=0.097; OR=0.645) and job design (p=0.794; OR=1.073) had no relationship with the level of distress. While the role variables in the organization (p=0.001; OR; 2.349), interpersonal relationships (p=0.007; OR=2.056), home and work relations (p=0.000; OR 3.505), workload (p=0.003; OR= 2.193, work schedule (p = 0.021; OR = 1.851) and physical work environment conditions (p = 0.000; OR = 7.597) choose the relationship with difficulty. The results of the study need improvements related to conditions on role variables in the organization, career development with career careers, work control by involving workers, workplace interpersonal relationships with e-mail, home and workplace relations, work design, workloads with workers' workloads with their abilities, work schedules and physical conditions of the work environment.
Read More
T-6578
Depok : FKM UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Oksen Pariangan; Pembimbing: Zulkifli Djunaid; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Mufti Wirawan, Erwan Saiful, Purwadi
Abstrak:
Bahaya psikososial berpengaruh terhadap kesehatan kerja melalui persepsi dan pengalaman yang dialami pekerja. Bahaya psikososial tak hanya berkaitan dari individu pekerja, melainkan konteks pekerjaan, sosial dan perusahaan atau organisasinya. Peneliti melihat bagaimana tingkat risiko psikososial yang dihadapi oleh para pekerja di sektor migas dengan menggunakan HSE Management Standard Indicator Tool dari HSE UK yan bertujuan untuk menghasilkan gambaran sesuai dengan tingkatan dan kategori, yaitu demand, control, manager support, peer support, relationship, role, dan change. Penelitian berhasil mendapatkan 63 responden pengisi kuesioner dengan sebelumnya menggunakan pendekatan rumus besar sampel jenuh dari data sekunder dan secara umum, gambaran kondisi psikososial di PT X berada pada level 4.

Psychososial hazards affect occupational health through perceptions and experiences experienced by workers. Psychososial hazards are not only related to individual workers, but also to the work, sosial and corporate context or organization. Researchers see how the level of psychososial risk faced by workers in the oil and gas sector by using the HSE Management Standard Indicator Tool from HSE UK which aims to produce a picture according to levels and categories, namely demand, control, manager support, peer support, relationship, role, and change. The study succeeded in getting 63 respondents to fill out the questionnaire by previously using a saturated sample size formula approach from secondary data and in general, the description of psychososial conditions at PT X was at level 4..
Read More
T-6550
Depok : FKM-UI, 2023
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Ika Agustina Wahyuningtias; Pembimbing: Sjahrul Meizar Nasri; Penguji: Dadan Erwandi, Mufti Wirawan, Muhammad Arsyis Soulisa, Cahyanul Uswah
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji hubungan serta pengaruh Iklim Keselamatan Psikososial terhadap kejadian perundungan di tempat kerja di PT WID (perusahaan pembangkit tenaga listrik) yang melibatkan enam area kerja pembangkit listrik di seluruh Indonesia.Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross- sectional study) dengan melibatkan 100 orang tenaga kerja di lini bisnis Operational & Maintenance yang memiliki usia di atas 17 tahun dan pengalaman kerja minimal 6 bulan, untuk ikut berpartisipasi dalam pengisian kuesioner Psychosocial Safety Climate (PSC 12) untuk mengukur tingkat iklim keselamatan psikososial dan Negative Acts Qustionnaire-Revised (NAQ-R) untuk mengatahui tingkat kejadian perundungan di perusahaan. Hasil: Hasil analisa menunjukkan bahwa Iklim Keselamatan Psikososial berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kejadian perundungan di tempat kerja di perusahaan, dengan arah hubungan negatif dan berkekuatan sedang (p-sig=0,003; r=0,292; ß=-0,257). Selain itu hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa Komitmen Manajemen memberikan pengaruh yang signifikan (p-sig= 0,013) terhadap penurunan tingkat perundungan di tempat kerja, dibandingkan Prioritas Manajemen, Partisipasi Organisasi dan Komunikasi Organisasi. Simpulan: Hal ini menunjukkan jika terjadi kenaikan satu tingkat Iklim Keselamatan Psikososial maka terjadi penurunan Tindakan perundungan sebesar 0,257. Dimana Komitmen manajemen menjadi variable yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap penurunan tingkat perundungan di tempat kerja
This study aims to determine and examine the relationship and influence of the Psychosocial Safety Climate on the incidence of workplace bullying at PT WID (a power generation company) involving six power plant work areas throughout Indonesia. Method: This was a cross-sectional study involving 100 workers in the power plant industry who were above 17 years of age and with a work experience of at least 6 months. These workers participated in this study by filling out the Psychosocial Safety Climate (PSC 12) to measure the level of psychosocial safety climate and Negative Acts Questionnaire-Revised (NAQ-R) to determine the incidence of bullying in companies Results: The results of the analysis show that the Psychosocial Safety Climate has a significant effect on the incidence of bullying in the workplace in the company, with a negative relationship direction and moderate strength(p-sig=0,003; r=0,292; ß=-0,257). In addition, the results of multiple linear regressions show that Management Commitment has a significant effect (p-sig = 0.013) on the decrease in bullying levels in the workplace, compared to Management Priority, Organizational Participation and Organizational Communication. Conclusion: This shows that if there is an increase in one level of Psychosocial Safety Climate, there will be a decrease in bullying actions by 0.257. Where management commitment is the variable that has the most dominant influence on reducing the level of bullying in the workplace
Read More
T-6254
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Angelica Savitrie Joanna; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Abdul Kadir, Laksita Ri Hastiti, Hairuddin B. Prasetyo, Anisful Lailil
Abstrak: Melalui gangguan ekonomi dan dampak pada jam kerja yang masif, krisis Covid-19 telah berdampak pada 3,3 miliar tenaga kerja dunia. Salah satu sektor ekonomi yang berdampak akibat virus Covid-19 adalah sektor konstruksi. Ketakutan dan kecemasan tentang penyakit Covid-19 dan faktor-faktor lainnya dapat berpengaruh terhadap tingkat distres Tujuan penelitian ini ingin menganalisis faktor bahaya psikososial yang berhubungan dengan tingkat distres pada sektor konstruksi Proyek XYZ di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2022 dengan menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Responden dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh staff kontraktor serta subkontraktor pada Proyek PT XYZ. Distres diukur menggunakan Pandemic-Related Perceived Stress Scale of Covid-19
Read More
T-6398
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Cheryl Khairunnisa Miyanda; Pembimbing: Dadan Erwandi; Penguji: Indri Hapsari Susilowati, Fatma Lestari, Cynthia Kurnia Sari, Robertus Wisnu Wijaya
Abstrak: Distres kerja merupakan bahaya fisik dan emosional yang disebabkan tidak imbangnya antara kebutuhan pekerjaan dengan kemampuan, sumber daya atau kebutuhan individu (NIOSH, 2014). Distres kerja dapat berdampak pada perubahan fungsi kognitif, emosi, dan perilaku serta penurunan kinerja dan produktivitas. Penelitian ini dilakukan guna menganalisis faktor psikososial yang dapat berdampak pada distres kerja agar penaggulangan lebih lanjut dapat dilakukan dan kerugian pada individu maupun perusahaan dapat diminimalisir. Penelitian ini dilakukan di sektor konstruksi pada pekerja Divisi Civil & Trackwork Proyek Light Rail Transit (LRT) PT X pada bulan November- Desember 2021. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi yang dipilih yaitu cross sectional dengan sampel 110 pekerja. Data diambil menggunakan kuesioner yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Hasil dari penelitian pada arena individual dan arena rumah tidak terdapat variabel yang signifikan dengan tingkat distress kerja. Pada Arena pekerjaan content of work, variabel yang signifikan antara lain: durasi kerja (pvalue = 0,001), status pekerjaan kerja (p-value = 0,002), dan kondisi lingkungan pekerjaan (p-value = 0,006). Pada arena pekerjaan context of work, variabel yang signifikan antara lain: struktur dan iklim organisasi (p-value = 0,003), hubungan interpersonal (p-value = 0,001), peran dalam organisasi (p-value = 0,002). Gaya manajemen/kepemimpinan organisasi (p-value = 0,007), kesempatan karir (p-value = 0,001), dan kepuasan kerja (p-value = 0,034). Variabel yang paling berhubungan dengan tingkat distres kerja yaitu durasi kerja (p-value=0,001, OR=12,1) diikuti oleh kesempatan karir (p-value=0,001, OR=1,264) serta status pekerjaan (p-value=0,007, OR=1,100).
Read More
T-6394
Depok : FKM-UI, 2022
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive