Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Athena; D. Anwar Musadad
BPK Vol.42, No.1
Jakarta : Balitbangkes Depkes RI, 2014
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Shofura Karimah; Pembimbing: A. Rahman; Penguji: Laila Fitria, Nurjanah
Abstrak: Kejadian diare menjadi salah satu penyebab utama kematian anak Indonesia.Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh perubahan variasi iklim (suhu,kelembaban, dan curah hujan) dengan pola kasus diare di wilayah kerjaPuskesmas Jatimakmur. Bekasi merupakan salah satu kota besar di Provinsi JawaBarat yang memiliki angka kasus diare tertinggi di kotanya dengan mencapai14.044 kasus (Dinkes Bekasi, 2012).Penelitian ini menggunakan data sekunder kasus diare yang diperoleh dariLaporan Tahunan Puskesmas Jatimakmur tahun 2013 dan 2014. Sedangkan datavariasi iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan GeofisikaBandara Halim Perdana Kusuma. Penelitian ini membutuhkan desain studiekologi dan analisis regresi linear untuk mengetahui korelasinya, dan bersifatanalitik kualitatif kuantitatif.Ditemukan hasil bahwa suhu, kelembaban, dan curah hujan di kelurahanJatimakmur memiliki hubungan yang tidak terlalu signifikan (nilai R=0,082,R=0,283, dan R=0,070) dengan kejadian diare. Namun, pengaruhnya sebesar0,7% setiap meningkatnya suhu 1◦C meningkatkan kasus diare 4,2%, sebesar 8%setiap meningkatnya 1% kelembaban dapat meningkatkan kasus diare 2,3%, dansebesar 0,5% dapat menjelaskan setiap meningkatnya 1 mm curah hujan dapatmeningkatkan kasus diare 0,01% pada periode tahun 2013-2014.Kata Kunci:Diare, Pola Iklim, Suhu, Kelembaban, Curah Hujan, Jatimakmur
The diarrhea occurrences become one of the major causes of child mortality inIndonesia. The purpose of this research is to determine the impact of Climate orWeather Changes (temperature, humidity, and rainfall) with the pattern ofdiarrhea occurrences at Puskesmas Jatimakmur. Bekasi is one of the major citiesin West Java province, and has the highest number of diarrhea occurrences whichreach 14.044 cases (Dinkes Bekasi, 2012).This research applied secondary data obtained from the Annual Report ofPuskesmas Jatimakmur in 2013-2014. While another secondary data obtainedfrom BMKG Halim Perdana Kusuma Airport Station. It requires the ecologicaldesign study and linear regression analysis to determine the impact oftemperature, humidity, and rainfall patterns into diarrhea occurrences.This research found that the temperature, humidity, and rainfall in Jatimakmursub-district do not have significant relation (Temperature R value= 0.082,humidity R= 0.283 and rainfall R= 0.070) with diarrhea cases. However, the effectof 0.7%, 8%, and 0.5% can explain which elevating in 1◦C temperature willincrease 4.2% diarrhea cases, 1% humidity will increase 2.3% diarrhea cases, and1 mm of rainfall will increase 0.01% diarrhea cases in the period of 2013-2014.Key words:Diarrhea, Temporal Cycle, Temperature, Humidity, Rainfall, Jatimakmur.
Read More
S-9162
Depok : FKM-UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Jeremy Andreas Hasoloan Oscar P; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Zakianis, Desy Mery Dorsanti
Abstrak:
Latar Belakang: Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dengan gejala berupa demam, lemas, batuk ringan, sembelit, ketidaknyamanan perut, sakit kepala, dan muntah.Kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur menjadi yang tertinggi dari 6 kabupaten/kota yang berada di Provinsi DKI. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor lingkungan (jamban sehat), faktor invidu (usia), faktor iklim (curah hujan), dan faktor kependudukan (kepadatan penduduk) dengan proporsi kasus demam tifoid di Kota Jakarta Timur pada tahun 2020 - 2023. Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan uji korelasi. Hasil: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur memmpunyai persebaran yang fluktuatif dengan penurunan pada tahun 2021 dan peningkatan pada tahun 2023. Proporsi demam tifoid pada kota Jakarta Timur memiliki nilai total sebesar 2,34 % dan lebih tinggi proporsi demam tifoid di DKI Jakarta sebesar 0,2 % dengan proporsi tertinggi terdapat pada Kecamatan Pasar Rebo sebesar 0.17 %, dan proporsi demam tifoid terendah terdapat pada Kecamatan Jatinegara dan Cakung sebesar 0,02 %. Pada penelitian ini, faktor resiko yang berkaitan dengan kejadian demam tifoid meliputi variabel usia (p = 0.000) dan curah hujan (p = 0.003). Kesimpulan: Proporsi demam tifoid di Kota Jakarta Timur Tahun 2020 – 2023 mencapai 2,34 % dan lebih tinggi dari proporsi demam tifoid di DKI Jakarta. Faktor resiko demam tifoid yang terjadi di Kota Jakarta Timur, antara lain curah hujan dan usia. Saran: Pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk meningkatkan higiene dan sanitasi makanan di perumahan dan lingkungan sekolah

Background: Typhoid fever is a disease caused by the bacterium Salmonella typhi, with symptoms including fever, weakness, mild cough, constipation, abdominal discomfort, headache, and vomiting. The incidence of typhoid fever in East Jakarta is the highest among the six districts/cities in the DKI Jakarta Province. Objective: This study aims to analyze the relationship between environmental factors (sanitary latrines), individual factors (age), climate factors (rainfall), and demographic factors (population density) with the proportion of typhoid fever cases in East Jakarta from 2020 to 2023. Methods: This study uses an ecological study with correlation tests. Results: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City has shown a fluctuating distribution, with a decrease in 2021 and an increase in 2023. The proportion of typhoid fever in East Jakarta City is 2.34%, which is higher than the proportion in DKI Jakarta at 0.2%. The highest proportion of typhoid fever is in the Pasar Rebo District at 0.17%, while the lowest proportions are in the Jatinegara and Cakung Districts at 0.02%. In this study, risk factors related to typhoid fever incidence include age (p = 0.000) and rainfall (p = 0.003). Conclusion: The proportion of typhoid fever in East Jakarta City from 2020 to 2023 reached 2.34%, which is higher than the proportion of typhoid fever in DKI Jakarta. The risk factors for typhoid fever in East Jakarta City include rainfall and age. Recommendations: The government and the community can collaborate to improve food hygiene and sanitation in residential and school areas.
Read More
S-11623
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Alfi Kamelia Amany; Pembimbing: Al Asyary; Penguji: Dewi Susanna, Novita Suprapto Wati
Abstrak:
Asma merupakan penyakit inflamasi saluran napas kronis yang ditandai dengan gejala pernapasan seperti mengi, dispnea, batuk, dan sesak dada. Selama pandemi Covid-19 (2020 – 2022) jumlah kasus asma di DKI Jakarta termasuk Jakarta Pusat mengalami penurunan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi terjadi (2018 – 2019). Hal yang sama juga terjadi pada penurunan polusi udara (PM10) yang menjadi salah satu penyebab penyakit asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi PM10, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan dengan jumlah kasus asma di Jakarta Pusat pada waktu sebelum (2018 – 2019) dan selama (2020 – 2022) pandemi Covid-19 dengan menggunakan desain studi ekologi time-trend. Metode analisis dilakukan dengan uji beda ≥ 2 rata-rata, uji korelasi, dan uji regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, BMKG wilayah Kemayoran, dan website BMKG. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan rata-rata kasus asma, konsentrasi PM10, dan curah hujan yang signifikan antara sebelum (2018 – 2019) dan selama (2020 – 2022) pandemi Covid-19 (p = 0,000; p = 0,023; p = 0,050). Selain itu, uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM10 (p = 0,156; r = 0210), suhu udara (p = 0,883; r = 0,019), kelembaban udara (p = 0,380; r = -0,115), curah hujan (p = 0,154; r = -0,186) dengan kasus asma seluruh tahun (2018 – 2022) di Jakarta Pusat. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan signifikan antara konsentrasi PM10, suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan dengan kasus asma tahun 2018 – 2022.

Asthma is a chronic inflammatory airway disease characterized by respiratory symptoms such as wheezing, dyspnea, coughing and chest tightness. During the Covid-19 pandemic (2020 – 2022) the number of asthma cases in DKI Jakarta including Central Jakarta has decreased compared to before the pandemic occurred (2018 – 2019). The same thing also happened to the decrease in air pollution (PM10), which is one of the causes of asthma. This study aims to determine the relationship between PM10 concentration, air temperature, air humidity, and rainfall with the number of asthma cases in Central Jakarta before (2018 – 2019) and during (2020 – 2022) the Covid-19 pandemic using an ecological study design (time-trend). The method of analysis was carried out by means of ≥ 2 difference test, correlation test, and multiple linear regression test. This study used secondary data from the DKI Jakarta Provincial Health Office, the BMKG for the Kemayoran area, and the BMKG website. The results showed that there were significant differences in average asthma cases, PM10 concentrations, and rainfall before (2018 – 2019) and during (2020 – 2022) the Covid-19 pandemic (p = 0.000; p = 0.023; p = 0.050). In addition, the correlation test showed that there was no significant relationship between PM10 concentration (p = 0.156; r = 0210), air temperature (p = 0.883; r = 0.019), air humidity (p = 0.380; r = -0.115), rainfall (p = 0.154; r = -0.186) with asthma cases throughout the year (2018 – 2022) in Central Jakarta. The conclusion in this study is that there is no significant relationship between PM10 concentrations, air temperature, air humidity, and rainfall with asthma cases in 2018 – 2022.
Read More
S-11330
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Indra Nopendri; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Dewi Susanna, Desy Mery Dorsanti
Abstrak:
Pneuumonia merupakan salah satu penyakit pernapasan yang paling banyak menyumbang kematian dan kesakitan pada anak. Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan bagi dunia dan Indonesia, terutama pada Kota Jakarta Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor cakupan rumah sehat, faktor individu (BBLR), faktor demografi (kepadatan penduduk), dan faktor iklim (suhu dan curah hujan) dengan kejadian pneumonia pada balita di Kota Jakarta Barat pada tahun 2018-2022. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan pendekatan analisis korelasi dan analisis spasial dengan unit analisis berupa seluruh kecamatan yang ada di Kota Jakarta Barat selama periode tahun 2018-2022. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa tedapatnya hubungan yang bermakna pada variabel cakupan rumah sehat (r= -0,362), BBLR (r= 0,396), kepadatan penduduk (r= 0,484), suhu (r= 0,332), dan curah hujan (r= -0,544). Pada analisis spasial menunjukan bahwa pola persebaran kejadian pneumonia balita di Kota Jakarta Barat tahun 2018-2022 cenderung banyak terjadi wilayah yang memiliki cakupan rumah sehat rendah dan kepadatan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya preventif dan pengendalian dalam menekan kejadian kasus pneumonia yang banyak terjadi pada daerah dengan cakupan rumah sehat rendah dan kepadatan penduduk yang tinggi.

Pneumonia is one of the respiratory diseases that causes the most deaths and morbidity in children. Pneumonia is still a health problem for the world and Indonesia, especially in the city of West Jakarta. This study aims to analyze the relationship between healthy house coverage factors, individual factors (underweight birth), demographic factors (population density), and climate factors (temperature and rainfall) with the incidence of pneumonia in toddlers in West Jakarta City in 2018-2022. This research uses an ecological study design with a correlation analysis and spatial analysis approach with the unit of analysis being all sub-districts in West Jakarta City during the 2018-2022 period. The results of this study show that there is a significant relationship between the variables healthy house coverage (r= -0.362), underweight birth (r= 0.396), population density (r= 0.484), temperature (r= 0.332), and rainfall (r= -0.544). Spatial analysis shows that the distribution pattern of toddler pneumonia in West Jakarta City in 2018-2022 tends to occur in areas with low coverage of healthy homes and high population density. Therefore, preventive and control efforts are needed to reduce the incidence of pneumonia cases which often occur in areas with low coverage of healthy houses and high population density.
Read More
S-11637
Depok : FKM-UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive