Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query :: Simpan CSV
Suci Hajati Husma; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Sandra Fikawati, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Rian Anggraini, Azhari
Abstrak:
Read More
Stunting adalah kondisi di mana panjang atau tinggi badan seorang anak tidak sesuai dengan usianya. Hal ini disebabkan oleh malnutrisi kronis dan infeksi berulang, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan. Stunting masih menjadi masalah kesehatan utama di Provinsi Aceh, karena prevalensinya masih tinggi yang menduduki peringkat 7 secara nasional dan sejak tahun 2013-2021 Aceh selalu berada di peringkat lima besar nasional daerah paling tinggi angka stuntingnya. Terdapat 14 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang memiliki prevalensi stunting lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata provinsi yaitu di atas 29,4%, dengan prevalensi terendah sebesar 29,5% dan tertinggi mencapai 40,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko stunting yang meliputi faktor individu ibu, faktor individu balita dan faktor rumah tangga pada balita usia 6-59 bulan berdasarkan wilayah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 3.589 balita berusia 6-59 bulan dari total sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang digunakan merupakan data sekunder SKI tahun 2023. Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi univariat dan bivariat menggunakan chii square serta multivariat menggunakan regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita usia 6-59 bulan di Provinsi Aceh sebesar 26,2%, dengan proporsi stunting di wilayah perdesaan lebih tinggi yaitu mencapai 27,2% dibandingkan wilayah perkotaan sebesar 25,1%. Hasil analisis bivariat secara keseluruhan di Provinsi Aceh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu (p-value 0,000), pendidikan ibu (p-value 0,001), jenis kelamin balita ((p-value 0,004), usia balita (p-value 0,000), panjang badan lahir rendah (PBLR) (p-value 0,015) dan berat badan lahir rendah (BBLR) (p-value 0,048), dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan di Provinsi Aceh. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor resiko dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada penelitian ini adalah usia balita untuk ketiga wilayah, baik di wilayah perkotaan, perdesaan maupun secara keseluruhan di Provinsi Aceh dengan OR 2,121 (95% CI: 1,236–3,640) di perkotaan, OR 2,427 (95% CI: 1,583–3,72) di perdesaan dan OR 2,312 (95% CI: 1,653–3,232) secara keseluruhan di Provinsi Aceh. Mengingat dampak stunting pada balita yang sangat besar terhadap beban negara dan mengancam keberlangsungan generasi yang akan datang, maka penentuan faktor risiko stunting pada tahap awal berdasarkan karakteristik wilayah tempat tinggal sangat penting dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas dan produktivitas yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di masa depan.
Stunting is a condition where a child's length or height is not appropriate for their age. It is caused by chronic malnutrition and recurrent infections, especially during the first 1,000 days of life. Stunting is still a major health problem in Aceh Province, as its prevalence is still high, ranked 7th nationally and from 2013-2021 Aceh has always been in the top five national stunting regions. There are 14 out of 23 districts/cities in Aceh Province that have a stunting prevalence higher than the provincial average of over 29.4%, with the lowest prevalence of 29.5% and the highest reaching 40.2%. This study aims to determine the risk factors for stunting which include individual maternal factors, individual factors of toddlers and household factors in toddlers aged 6-59 months based on urban and rural areas in Aceh Province. This study is a quantitative study using a cross sectional design with a sample size of 3,589 toddlers aged 6-59 months from total sampling according to inclusion and exclusion criteria. The data used is secondary data for SKI in 2023. The data analysis process in this study includes univariate and bivariate using chii square and multivariate using multiple logistic regression. The results showed that the prevalence of stunting in children aged 6-59 months in Aceh Province was 26.2%, with a higher proportion of stunting in rural areas reaching 27.2% compared to urban areas at 25.1%. The results of the overall bivariate analysis in Aceh Province showed that there was a significant association between maternal height (p-value 0.000), maternal education (p-value 0.001), gender of toddlers ((p-value 0.004), age of toddlers (p-value 0.000), low birth length (PBLR) (p-value 0.015) and low birth weight (BBLR) (p-value 0.048), with the incidence of stunting in children under 6-59 months of age in Aceh Province. The results of multivariate analysis showed that the dominant risk factor associated with stunting in this study was age under five for all three regions, both in urban, rural and overall in Aceh Province with OR 2.121 (95% CI: 1.236-3.640) in urban areas, OR 2.427 (95% CI: 1.583-3.72) in rural areas and OR 2.312 (95% CI: 1.653-3.232) overall in Aceh Province. Given the enormous impact of stunting in children under five years old on the burden of the state and threatening the sustainability of future generations, determining the risk factors for stunting at an early stage based on the characteristics of the area of residence is very important to overcome the decline in quality and productivity that can hamper economic growth and increase poverty in the future.
T-7305
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
Nazlia Anjani; Pembimbing: Siti Arifah Pujonarti; Penguji: Nurul Dina Rahmawati, Farida Ariyyani
Abstrak:
Read More
Wasting merupakan bentuk kekurangan gizi yang merepresentasikan berat badan balita kurus berdasarkan tinggi badan. Pada tahun 2022 berdasarkan data dari SSGI prevalensi wasting di DKI Jakarta lebih tinggi (8%) dibanding prevalensi nasional (7.7%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian wasting pada balita usia 0-23 bulan di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari SSGI 2022 dengan desain studi cross sectional dan metode stratified two stage sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 1192. Analisis data yang digunakan adalah chi-square, regresi logistik sederhana, dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian didapatkan 8.47% balita mengalami wasting. Analisis bivariat menggunakan CI 95% didapatkan terdapat hubungan yang bermakna antara usia balita dengan kejadian wasting pada balita usia 0-23 bulan di DKI Jakarta (p value 0.043) tetapi tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, diare, ISPA, cacingan, TB paru, ASI eksklusif, status imunisasi, kunjungan ANC, MDD, IMD, kepemilikan KIA, pemberian vitamin A, PMT, BBLR, ketahanan pangan, sumber air minum, dan ketersediaan jamban. Analisis multivariat diperoleh tingkat pendidikan ibu merupakan faktor protektif dengan kejadian wasting (OR=0.467). Hasil uji interaksi diperoleh terdapat interaksi antara pendidikan ibu dengan infeksi ISPA (pvalue 0.030) dan TB paru (p value 0.021).
Wasting is a form of malnutrition that represents the weight of thin children based on height. In 2022, based on data from SSGI, the prevalence of wasting in DKI Jakarta was higher (8%) compared to the national prevalence (7.7%). The purpose of this study is to determine the factors associated with wasting in children aged 0-23 months in DKI Jakarta. This study used secondary data from SSGI 2022 with a cross-sectional study design and stratified two-stage sampling method. The sample size used was 1192. Data analysis used chi-square, simple logistic regression, and multiple logistic regression. The research found that 8.47% of children experienced wasting. Bivariate analysis using 95% CI found a significant correlation between the age of children with wasting among children in 0-23 months of age in DKI Jakarta (p-value 0.043), but there was no significant correlation with gender, mother’s education level, maternal occupation status, diarrhea, ARI, helminthiasis, pulmonary TB, exclusive breastfeeding, immunization status, ANC visits, MDD, IMD, ownership of KIA, vitamin A supplementation, PMT, LBW, food security, source of drinking water, and availability of toilets. Multivariate analysis found that maternal education level was a protective factor against wasting (OR=0.467). Interaction analysis found interactions between maternal education level and ARI infection (p-value 0.030) and pulmonary TB (p-value 0.021).
S-11727
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
☉
