Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Mukhlasin; Pembimbing: Rachmadi Purwana, Ratna Djuwita; Penguji: Ririn Arminsih, Christina Widaningrum, Dedi Kusnadi
T-3438
Depok : FKM-UI, 2011
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Narizma Nova; Pembimbing: Wiku Bakti Bawono Adisasmitro; Penguji: Adang Bachtiar, Ede Surya Darmawan, Dezi Syukrawati, Yeni Yuliani
Abstrak: Pada Tahun 2020, tercatat hampir 300.000 tenaga kesehatan yang terinfeksi dan meninggal dunia akibat Covid 19 di seluruh dunia. Tenaga kesehatan berada pada tingkat risiko tinggi terpapar Covid 19 padahal mereka memegang peran penting dalam penanganan kasus Covid 19 dan rumah Sakit sebagai tempat bekerja para tenaga kesehatan harus membuat lingkungan kerja yang nyaman dan aman bagi mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter dan perawat berjumlah 95 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko yang mempunyai perbedaan resiko terhadap paparan infeksi pada tenaga kesehatan adalah alat pelindung diri , sedangkan faktor yang paling berpengaruh adalah kontrol infeksi Perlunya kerjasama dari berbagai pihak seperti Otoritas Kesehatan yang berwenang yaitu Dinas Kesehatan dan manajemen Rumah Sakit untuk membuat sistem dan kebijakan khusus untuk lebih fokus kepada eliminasi sumber penularan yang ada di masyarakat dalam mengendalikan transmisi infeksi Covid 19
Read More
B-2219
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Herwan; Pembimbing: R. Sutiawan; Penguji; Martya Rahmaniati Makful, Sulistyo, Muldiasman
Abstrak: Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan yang serius terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Kondisi di Provinsi Jambi dalam 3 tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah kasus TB paru BTA positif. Diduga terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kasus TB paru BTA positif di Provinsi Jambi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi daerah kerawanan kasus TB paru BTA positif di Provinsi Jambi tahun 2013. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi ekologi dengan uji statistik korelasi dan pendekatan analisis spasial. Hasil analisis bivariat yang terbukti berhubungan dan mempunyai korelasi positif dengan kasus TB paru BTA positif adalah ; keluarga miskin (r=0,716 ; p=0,013), fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis (r=0,637 ; p=0,035), dan tenaga kesehatan terlatih (r=0,758 ; p=0,007). Daerah dengan beresiko tinggi terhadap TB adalah Kabupaten Sarolangun. Rekomendasi : prioritas pembiayaan dalam rangka pengendalian TB dilakukan pada daerah dengan tingkat kerawanan tinggi, perlu ditingkatkan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis, dan peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan terlatih terutama pada daerah dengan tingkat kerawanan tinggi maupun sedang, serta perlu penelitian analisis spasial lebih lanjut di Kabupaten Sarolangun. Kata kunci : analisis kerawanan, faktor resiko, kasus TB paru BTA positif
Tuberculosis (TB) remains a serious health problem, especially in developing countries, including Indonesia. Conditions in Jambi Province in the last 3 years an increasing number of cases of BTA positive pulmonary TB . Allegedly there are factors associated with the incidence of BTA positive pulmonary TB cases in the province of Jambi . The purpose of this study was to identify areas of vulnerability BTA positive pulmonary TB cases in Jambi Province in 2013. The study design used in this research is the design of ecological studies with statistical tests of correlation and spatial analysis approach. The results of the bivariate analysis were shown to be associated and have a positive correlation with BTA positive pulmonary TB cases are ; poor (r = 0.716 ; p = 0.013), health care facilities microscopic (r = 0.637 ; p = 0.035), and skilled health personnel (r = 0.758 ; p = 0.007). Areas with high risk of TB is Sarolangun. Recommendation : priority problems of financing in the context of TB control is done in areas with high levels of insecurity, increased the number of health care facilities microscopic, and improving the quality and quantity of trained health workers, especially in areas with high or medium levels of vulnerability, as well as the need to further study the spatial analysis in Sarolangun. Keywords : vulnerability analysis, risk factors , BTA positive pulmonary TB cases
Read More
T-4273
Depok : FKM-UI, 2015
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Clement Drew; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Evi Martha, Inggariwati, Ernawati
Abstrak: Penyakit COVID-19, yang etiologinya adalah virus korona SARS-CoV2, telah menjadi pandemi dan masuk ke Indonesia sejak Maret 2020. Virus ini menyerang sistem pernapasan tubuh dan menyebabkan kematian melalui mekanisme gagal napas. Indonesia memasuki tahun 2021 di peringkat ke-20 sedunia dalam jumlah kasus konfirmasi positif terbanyak, yakni dengan jumlah sebesar 751,270 kasus dan 22,329 kematian. Pemerintah Indonesia merespon dengan mengeluarkan berbagai kebijakan upaya preventif seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB), 3M dan 3T. Namun angka kejadian dan kematian akibat COVID-19 masih terus meningkat. Penting untuk dapat ditelusuri faktor resiko yang dapat meningkatkan resiko kematian pasien positif COVID-19 dan bagaimanakah respon kepatuhan masyarakat akan implementasi upaya preventif yang dilakukan oleh pemerintah. Penelitian ini menelusuri efek dari usia lanjut (>=60 tahun), jenis kelamin, adanya gejala saluran pernapasan, gejala luar saluran pernapasan, riwayat komorbid seperti diabetes mellitus, hipertensi, gagal ginjal kronik, gangguan hati kronik, penyakit paru obstruktif kronik dan obesitas dengan analisis kohort retrospektif. Data analisis diperoleh dari penelusuran epidemiologis (PE) oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta di lima wilayah DKI Jakarta sejak bulan Maret - September 2020. Sedangkan untuk respon kepatuhan masyarakat akan dinilai dari sudut pandang petugas kesehatan, yakni dengan diskusi kelompok bersama petugas Sudinkes dan puskesmas lima wilayah DKI Jakarta. Dari 35,463 sampel data PE Dinkes, diketahui ada 1017 kematian (2.87%). Analisis multivariat regresi logistik menunjukan bila usia lanjut (>=60 tahun) meningkatkan RR kematian sebesar 6.736 (95% IK 5.538 - 8.193), jenis kelamin laki-laki sebesar 1.305 (95% IK 1.113 - 1.529), adanya gejala saluran pernapasan sebesar 2.563 (95% IK 2.034 - 3.229), adanya gejala luar saluran pernapasan sebesar 2.485 (95% IK 1.965 - 3.142), riwayat gagal ginjal kronik sebesar 3.227 (95% IK 2.154 - 4.834), adanya riwayat hipertensi sebesar 4.396 (95% IK 3.196 - 6.047) dan riwayat diabetes mellitus sebesar 4.415 (95% IK 2.846 - 6.849). Persepsi petugas kesehatan akan kepatuhan masyarakat adalah seragam di lima wilayah, yakni kepatuhan dinilai baik pada masa awal pandemi dan semakin melonggar seiring berjalannya waktu. Hambatan yang ditemui pada umumnya berakar dari kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit COVID-19 dan bagaimana untuk mencegahnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bila usia lanjut, jenis kelamin, gejala saluran pernapasan, gejala luar saluran pernapasan, riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan gagal ginjal kronik meningkatkan resiko mortalitas pasien positif COVID-19 di DKI Jakarta. Selain itu kepatuhan masyarakat dinilai petugas kesehatan semakin melonggar, sehingga upaya preventif primer yang dilakukan pemerintah perlu diperdalam dengan menjangkau dengan dialog kelompok-kelompok yang masih tidak patuh
Read More
T-6101
Depok : FKM-UI, 2021
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Endi Budi Setyawan; Pembimbing: Meily Kurniawidjaja, Dadan Erwandi; Penguji: Anugerah; Ary Soeharijanto
Abstrak: Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif observasional. Data primer mengukur lingkar pinggang, berat dan tinggi badan pekerja serta menyebar kuesioner. Data sekunder berupa hasil pemeriksaan kesehatan berkala. Hasil telitian pada 170 responden mendapatkan ukuran lingkar pinggang berlebih (> 90 cm) sebanyak 54.12%, berat badan berlebih (overweight) sebesar 39.41% dan obesitas menunjukkan 12.35%, ada hubungan faktor risiko seperti usia, tekanan darah, genetik, aktivitas fisik, durasi tidur, dan lingkar pinggang berlebih.
Read More
T-5734
Depok : FKM-UI, 2019
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sefti Fazila; Pembimbing: Budi Hartono; Penguji: Laila Fitria, Zarteti
S-8987
Depok : FKM UI, 2016
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Diah Ayu Rianawati; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Besral, Resti Damanik
Abstrak: Penumonia adalah salah satu penyebab mortalitas tertinggi pada balita sehingga penyakit ini mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Tingginya angka kejadian pneumonia tidak terlepas dari beberapa faktor resiko. Penelitian ini membahas tentang kejadian pneumonia pada balita serta faktor yang berhubungan dengannya. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional, jumlah sampel sebanyak 100 orang, dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pancoran Tahun 2014. Analisa hubungan dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik.
 
Hasil uji statistik multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita adalah anggota keluarga yang merokok dengan nilai OR=10,304 (95% CI: 2,988 - 35,528), usia balita dengan nilai OR=7,411 (95% CI: 2,406 - 22,828), ASI eksklusif dengan nilai OR=3,390 (95% CI: 1,201 - 9,571) dan sosial ekonomi orang tua dengan nilai OR=3,227 (95% CI: 0,987 - 10,556). Oleh karena itu upaya promotif dan preventif tentang beberapa faktor tersebut harus lebih ditingkatkan untuk menhindari terjadinya pneumonia pada balita.
 

Pneumonia is one of the causes of the highest mortality in infants so the desease gets more attention from the goverment.The high incidence of pneumonia was not apart of some risk factors. This study discusses the incidence of pneumonia in infants and factors associated with it. This study is a quantitative with cross sectional design, total sample of 100 people, performed in the public health center districts of Pancoran in 2014. Analysis of the relationship using the chi-square and regresi logistics.
 
Multivariate statistical tests results showed that the variables related with incidence of pneumonia in infats is family members who smoke with OR=10,304 (95% CI: 2,988 - 35,528), age of infants with OR=7,411 (95% CI: 2,406 - 22,828), exclusive breastfeeding with OR=3,390 (95% CI: 1,201 - 9,571), and parental sosioeconomic with OR=3,227 (95% CI: 0,987 - 10,556). Therefore promotive and preventive efforts on several factors must be improved to avoid the occurrence of pneumonia in infants.
Read More
S-8386
Depok : FKM-UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Suci Hajati Husma; Pembimbing: Asih Setiarini; Penguji: Sandra Fikawati, Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Rian Anggraini, Azhari
Abstrak:
Stunting adalah kondisi di mana panjang atau tinggi badan seorang anak tidak sesuai dengan usianya. Hal ini disebabkan oleh malnutrisi kronis dan infeksi berulang, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan. Stunting masih menjadi masalah kesehatan utama di Provinsi Aceh, karena prevalensinya masih tinggi yang menduduki peringkat 7 secara nasional dan sejak tahun 2013-2021 Aceh selalu berada di peringkat lima besar nasional daerah paling tinggi angka stuntingnya. Terdapat 14 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang memiliki prevalensi stunting lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata provinsi yaitu di atas 29,4%, dengan prevalensi terendah sebesar 29,5% dan tertinggi mencapai 40,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko stunting yang meliputi faktor individu ibu, faktor individu balita dan faktor rumah tangga pada balita usia 6-59 bulan berdasarkan wilayah perkotaan dan perdesaan di Provinsi Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 3.589 balita berusia 6-59 bulan dari total sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang digunakan merupakan data sekunder SKI tahun 2023. Proses analisis data dalam penelitian ini meliputi univariat dan bivariat menggunakan chii square serta multivariat menggunakan regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita usia 6-59 bulan di Provinsi Aceh sebesar 26,2%, dengan proporsi stunting di wilayah perdesaan lebih tinggi yaitu mencapai 27,2% dibandingkan wilayah perkotaan sebesar 25,1%. Hasil analisis bivariat secara keseluruhan di Provinsi Aceh menunjukkan  bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tinggi badan ibu (p-value 0,000), pendidikan ibu (p-value 0,001), jenis kelamin balita ((p-value 0,004), usia balita (p-value 0,000), panjang badan lahir rendah (PBLR) (p-value 0,015) dan berat badan lahir rendah (BBLR) (p-value 0,048), dengan kejadian stunting pada balita usia 6-59 bulan di Provinsi Aceh. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor resiko dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada penelitian ini adalah usia balita untuk ketiga wilayah, baik di wilayah perkotaan, perdesaan maupun secara keseluruhan di Provinsi Aceh dengan OR 2,121 (95% CI: 1,236–3,640) di perkotaan, OR 2,427 (95% CI: 1,583–3,72) di perdesaan dan OR 2,312 (95% CI: 1,653–3,232) secara keseluruhan di Provinsi Aceh. Mengingat dampak stunting pada balita yang sangat besar terhadap beban negara dan mengancam keberlangsungan generasi yang akan datang, maka penentuan faktor risiko stunting pada tahap awal berdasarkan karakteristik wilayah tempat tinggal sangat penting dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas dan produktivitas yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di masa depan.


Stunting is a condition where a child's length or height is not appropriate for their age. It is caused by chronic malnutrition and recurrent infections, especially during the first 1,000 days of life. Stunting is still a major health problem in Aceh Province, as its prevalence is still high, ranked 7th nationally and from 2013-2021 Aceh has always been in the top five national stunting regions. There are 14 out of 23 districts/cities in Aceh Province that have a stunting prevalence higher than the provincial average of over 29.4%, with the lowest prevalence of 29.5% and the highest reaching 40.2%. This study aims to determine the risk factors for stunting which include individual maternal factors, individual factors of toddlers and household factors in toddlers aged 6-59 months based on urban and rural areas in Aceh Province. This study is a quantitative study using a cross sectional design with a sample size of 3,589 toddlers aged 6-59 months from total sampling according to inclusion and exclusion criteria. The data used is secondary data for SKI in 2023. The data analysis process in this study includes univariate and bivariate using chii square and multivariate using multiple logistic regression. The results showed that the prevalence of stunting in children aged 6-59 months in Aceh Province was 26.2%, with a higher proportion of stunting in rural areas reaching 27.2% compared to urban areas at 25.1%. The results of the overall bivariate analysis in Aceh Province showed that there was a significant association between maternal height (p-value 0.000), maternal education (p-value 0.001), gender of toddlers ((p-value 0.004), age of toddlers (p-value 0.000), low birth length (PBLR) (p-value 0.015) and low birth weight (BBLR) (p-value 0.048), with the incidence of stunting in children under 6-59 months of age in Aceh Province. The results of multivariate analysis showed that the dominant risk factor associated with stunting in this study was age under five for all three regions, both in urban, rural and overall in Aceh Province with OR 2.121 (95% CI: 1.236-3.640) in urban areas, OR 2.427 (95% CI: 1.583-3.72) in rural areas and OR 2.312 (95% CI: 1.653-3.232) overall in Aceh Province. Given the enormous impact of stunting in children under five years old on the burden of the state and threatening the sustainability of future generations, determining the risk factors for stunting at an early stage based on the characteristics of the area of residence is very important to overcome the decline in quality and productivity that can hamper economic growth and increase poverty in the future.

Read More
T-7305
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fastabiqul Khairat; Pembimbing: Yovsyah; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Rahmadewi
Abstrak:
Permasalahan terkait kependudukan masih terjadi di Indonesia, salah satu diantaranya peningkatan jumlah penduduk yang tinggi tetapi tidak disertai dengan peningkatan kualitas hidup. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2025 berjumlah sekitar 273,65 juta jiwa. Menurut hasil SDKI (2017) pengguna kontrasepsi terbanyak yaitu pengguna metode kontrasepsi non-MKJP yaitu kontrasepsi suntik (29%), pil (12%) dibandingkan dengan pengguna MKJP yaitu implant/AKBK (5%), IUD (5%), serta MOW (4%). Sedangkan angka putus pakai kontrasepsi yaitu mencapai 34% dan yang tertinggi merupakan pengguna pil (46%), suntik (28%), dan kondom (27%). Puskesmas Pekayon Jaya, didapatkan masih banyak pengguna KB menggunakan non-MKJP, yang didominasi oleh penggunaan suntik dengan 564 Wanita Usia Subur (WUS) dan penggunaan pil dengan 196 WUS. Untuk MKJP yakni IUD dengan 149 WUS, dan implant 49 WUS. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi. Desain penelitian menggunakan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara acak atau simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 akseptor KB. Uji statistic menggunakan chi square test. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan (p value = 0,003 dan OR 4,16) dan aksesbilitas pelayanan KB (p value = 0,012 dan OR 3,26) dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Pekayon Jaya.

The issue related to population persists in Indonesia, one of which is the high population growth without a corresponding increase in the quality of life. The Central Statistics Agency (BPS) estimates Indonesia's population in 2025 to be around 273.65 million people. According to the results of the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (SDKI), the most widely used contraceptive method is non-permanent methods (MKJP), specifically injectables (29%) and pills (12%), compared to permanent methods (MKJP), such as implants/IUDs (5%) and female sterilization (MOW - 4%). Meanwhile, the discontinuation rate of contraception reaches 34%, with the highest being among pill users (46%), injectables (28%), and condoms (27%). At Pekayon Jaya Community Health Center, it was found that there are still many family planning (KB) users utilizing non-permanent methods, predominantly injectables with 564 Women of Reproductive Age (WRA) and pills with 196 WRA. For the permanent methods, there are 149 WRA using IUDs and 49 WRA using implants. The general objective of this research is to understand the factors influencing acceptors in choosing Long-Acting Reversible Contraceptive Methods (MKJP) in the working area of Pekayon Jaya Community Health Center in Bekasi City. The research design used a cross-sectional approach. Sampling was done randomly or using simple random sampling. The total sample size in this study was 90 family planning acceptors. Statistical tests employed the chi-square test. The research results showed a relationship between knowledge (p-value = 0.003 and OR 4.16) and accessibility of family planning services (p-value = 0.012 and OR 3.26) with the usage of long-acting contraceptive methods in the working area of Pekayon Jaya Community Health Center.
Read More
S-11490
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yan Bani Luza Prima Wangsa; Pembimbing: Budi Haryanto, Syahrizal Syarif; Penguji: Ririn Arminingsih Wulandari, Ratu Tri Yulia, Cecep Suherlan Alamsyah
Abstrak: Latar belakang : Kejadian penyakit diare yang dijumpai dalam suatu masyarakat masih cukup tinggi dan kematian karena diare merupakan bagian yang terbesar dari penyebab kematian di Indonesia.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara kualitas bakteriologis Escherichia coli dari peralatan makan (piring) balita dan hubungan antara faktor-faktor resiko lingkungan serta faktor-faktor resiko lainnya terhadap kejadian penyakit diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat tahun 2005.

Metode : Menggunakan desain penelitian Cross Sectional, dengan populasi adalah seluruh anak balita yang berumur kurang dari lima tahun dan berdomisili di wilayah kerja puskesmas Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 150 sampel, dan cara pengambilan sampel menggunakan sistematic cluster random sampling dengan terlebih dahulu membuat sampling frame sebelumnya. Sebagai responden adalah ibu yang memiliki anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Kualitas bakteriologis peralatan makan dilihat dengan adanya Escherichia coli yang dinilai dengan metode total plate count, menggunakan media agar EMBA (Eosin Methylen Blue Agar) dan inkubator dengan suhu 25oc serta dihitung dengan colony counter. Analisis bivariat dengan uji beda proporsi chi square.

Hasil : Analisis bivariabel diperoleh tidak ada pengaruh kualitas bakteriologis peralatan makan dengan kejadian diare pada balita, namun kondisi pembuangan sampah dan kondisi air kulah yang tidak memenuhi syarat serta higen perorangan ibu yang tidak baik mempunyai pengaruh.

Kesimpulan : Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan di masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan tentang higien perorangan yang baik melalui berbagai media yang ada dan memberikan suatu bentuk stimulan percontohan sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan dan juga memberikan pedoman tentang cara-cara penggunaan air kulah yang baik dan menginformasikan dampaknya secara terus menerus dan berkesinambungan, pembinaan dan pengawasan dengan melakukan penyuluhan dan pemantauan penyakit diare dengan ikut serta melibatkan lintas program dan sektor terkait. Selanjutnya perlu dilakukan pula penelitian yang sejenis namun dengan disain penelitian yang lebih kuat seperti studi case control atau cohort, serta meningkatkan jumlah variabel yang secara substansi berpengaruh.

Kata kunci : Kualitas bakteriologis Escherichia coli , diare, faktor resiko lingkungan, faktor resiko lain dan analisis univariat, analisis bivariat serta uji chi square.
Background : The incident of diarrhea found in community still quite high and mortality due to diarrhea take bigger part on cause of death in Indonesia

Objective : To evaluate the relation between Escherichia coli bacteriological quality of infant utensil of eating, environment risk factor and other risk factor with incident of infant diarrhea disease within working area of Puskesmas Sukaresmi at Cianjur District, Province West Java Year 2005.

Methods : Cross Sectional design researches is used, with working population is all infant below five years old and domicile within working area of Puskesmas Sukaresmi in Cianjur district, Province West Java. Total samples were taken 150 samples and data were collected by sistematic cluster random sampling , with pre-prepared sampling frame. The respondents are mothers with infant below 5 years old.. Bacteriological quality of infant utensil of eating was determined by the presence of Escherichia coli which judged using total plate count method, method utilize gel media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar) and 25oC incubator and counted using colony counter. Analysis bivariat with chi square proportional differential test.

Results : Analysis bivariat result show that bacteriological quality of infant utensils of eating has no effect with infant diarrhea incidents, however the below standard garbage dumpster and ?kulah? water condition altogether with poor mothers individual hygiene has effect.

Conclusions : Its deem necessary to continually improve community knowledge on good individual hygiene through various available media and giving a stimulant of the exile garbage and administer some form of stimulant such as model on hygienic qualified garbage dumpster facility, guidance on method of good "kulah" water usage along with its impacts by continuously and sustainability. Education and monitoring of diarrhea incidents which involve integrated cross program and inter sector participation is needed in order to promote and supervise this program.. Beside that it's also necessary to conduct similar research but with stronger design research approach such as case control or cohort study, also with increase on numbers of variable which has substantial effect.

Key word : Escherichia coli bacteriological quality, diarrhea, environment risk factor, other risk factor, and univariat analysis, bivariat analysis, also bivariat analysis with chi square test
Read More
T-2175
Depok : FKM UI, 2005
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive