Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Ingrat Padmosari; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Sabarinah Prasetyo, M. Ilhamy, Imran Pambudi, Tin Afifah
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan dari faktor komposisional (levelindividu) serta determinan kontekstual (level kabupaten/kota) terhadap kejadiankomplikasi obstetri di 20 Kabupaten. Penelitian ini menggunakan desain potonglintang dengan pendekatan analisis multilevel untuk mengestimasi efek kontekstual,sehingga dapat ditentukan prioritas intervensi program terhadap kejadian komplikasiobstetri. Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder Riskesdas 2013,Studi Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu di 100 Fasilitas Kesehatan tahun 2012 dandata BPS Tinjauan Regional berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota tahun 2010-2013,dengan melibatkan 2066 orang Wanita Usia Subur berusia 15-49 tahun) yangmemiliki riwayat kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil penelitian menunjukkanbahwa prevalensi Kejadian Komplikasi Obstetri di 20 Kabupaten adalah 30,1%.Tampak adanya perbedaan peranan di level individu dan level kabupaten/kota.
Read More
T-4549
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
W. Bouwmeester, K.G.M. Moons, T.H. Kappen, W.A. van Klei, J.W.R. Twisk, M.J.C. Eijkemans, Y. Vergouwe
Abstrak: Internal validity of a risk model can be studied efficiently with bootstrapping to assess possible optimism in model performance. Assumptions of the regular bootstrap are violated when the development data are clustered. We compared alternative resampling schemes in clustered data for the estimation of optimism in model performance. A simulation study was conducted to compare regular resampling on only the patient level with resampling on only the cluster level and with resampling sequentially on both the cluster and patient levels (2-step approach). Optimism for the concordance index and calibration slope was estimated. Resampling of only patients or only clusters showed accurate estimates of optimism in model performance. The 2-step approach overestimated the optimism in model performance. If the number of centers or intraclass correlation coefficient was high, resampling of clusters showed more accurate estimates than resampling of patients. The 3 bootstrap schemes also were applied to empirical data that were clustered. The results presented in this paper support the use of resampling on only the clusters for estimation of optimism in model performance when data are clustered.
Read More
AJE Vol.177, No.11
Oxford : Oxford University Press, 2013
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Emily T. Murray ... [et al.]
AJE Vol.178, No.3
Oxford : Oxford University Press, 2013
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dhea Riana Kismaningrum; Pembimbing: Tris eryando; Penguji: Besral, Minarto, R. Giri Wurjandaru
Abstrak: Obesitas disebabkan ketidakseimbangan asupan kalori masuk dan energi keluaryang diukur melalui parameter IMT. Timbulnya ketidakseimbangan inimerupakan peran dari berbagai determinan. Tujuan penelitian ini adalahmengidentifikasi determinan komposisional dan kontekstual terkait IMT padaorang dewasa di 16 propinsi diatas rata-rata prevalensi obesitas nasional.Penelitian menggunakan desain potong-lintang dengan jumlah responden 180.352orang dewasa usia 19-44 tahun di Indonesia. IMT dihitung dari hasil pengukurantinggi badan dan berat badan responden. Data determinan komposisional didapatdari Riskesdas 2013. Data determinan kontekstual didapat dari Statistik PotensiDesa tahun 2011, Statistik Perilaku Peduli Lingkungan Hidup tahun 2013 danStatistik Pengeluaran Konsumsi Makanan-Bukan Makanan danPendapatan/Penerimaan Rumah Tangga tahun 2013. Penelitian ini menggunakananalisis multilevel regresi linear. Hasil penelitian ini melaporkan bahwadeterminan komposisional yang memiliki hubungan dominan dengan IMT adalahstatus ekonomi pada semua kelompok. Determinan kontekstual yang memilikihubungan dominan dengan IMT adalah peningkatan akses terhadap penggunaankendaraan bermotor dan makanan siap saji sejalan dengan peningkatan IMT.Penelitian ini memiliki kontribusi untuk memahami hubungan kompleks antaradeterminan individu dan komunitasnya terkait IMT. Kebijakan yang mendukungpeningkatan akses terhadap makanan sehat dan aktivitas fisik melalui falsilitasyang tersedia di sekitar tempat tinggal dan edukasi pola hidup seimbangdiharapkan mampu mengurangi risiko penyakit tidak menular terkait IMT dimasyarakat.Kata kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), orang dewasa, analisis multilevel.
Obesity caused by unequality of nutrition intake and energy output which ismeasured by body mass index (BMI) as parameter. Unequality phenomenaaccured by complex determinants called compositional and contextual factor. Theaim from this study is identify complex determinants of BMI in 16 province inIndonesia which have higher obesity prevalence than national obesity prevalence.This study use cross-sectional design study and 180.352 sampel of Indonesianadults in 19-44 years old. BMI measured from body height and body weight. Datafor compositional determinants collected from Basic Health Research 2013 givenby National Health Research and Development of Indonesia. Data for contextualdeterminants collected from Statistical of Statistik Potensi Desa 2011, StatistikPerilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 dan Statistik Pengeluaran KonsumsiMakanan-Bukan Makanan dan Pendapatan/Penerimaan Rumah Tangga 2013given by Berau of Statistic of Indonesia. Analysis using multilevel linearregression. Compositional determinant dominant of IMT reported is socialeconomy status. Social economy status have postive associated with BMI.Contextual determinants dominant of IMT reported are motorized-user and fast-food outlet have postive associated with BMI. Policy to encorouge people toaccess healthy food and physical activity expectable to reduce non-communicablediseases.Keywords: body mass index, adults, multilevel analysis.
Read More
T-4588
Depok : FKM-UI, 2016
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Agus Handito; Promotor: Nasrin Kodim; Kopromotor: Tri Yunis Miko, Badriul Hegar Syarif; Penguji: Ratu Ayu Dewi Sartika, Besral, Julitasari Sundoro, Kodrat Pramudho
D-340
Depok : FKM-UI, 2016
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muhammad Saleh Jasape; Pembimbing: Tri Yunis Miko Wahyono; Penguji: Renti Mahkota, Nyoman Saniambara
Abstrak:
Rabies, penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus, tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat global, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis multilevel untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kejadian rabies pada tingkat individu dan kontekstual di NTT selama 2023-2024. Data dari 14 kabupaten/kota yang dikategorikan sebagai daerah endemis rabies menunjukkan bahwa kelompok usia muda (15-24 tahun), paparan kerja lapangan, dan akses ke fasilitas kesehatan yang berjarak lebih dari 207 km secara signifikan meningkatkan risiko rabies. Temuan utama mencakup nilai odds ratio (OR) sebesar 18,427 untuk akses layanan kesehatan jarak jauh dan kontribusi variabel kontekstual seperti akses layanan kesehatan sebesar 36,284% terhadap kemungkinan wabah rabies. Penelitian ini menekankan pentingnya peningkatan akses layanan kesehatan, intervensi kesehatan masyarakat yang terarah, serta kampanye vaksinasi yang efektif untuk manusia dan hewan guna mengurangi penyebaran rabies di daerah endemis seperti NTT. 

Rabies, a zoonotic disease caused by lyssaviruses, remains a significant public health challenge globally, including in East Nusa Tenggara (NTT) Province, Indonesia. This study employed a multilevel analysis to identify factors influencing rabies incidence at individual and contextual levels in NTT during 2023-2024. Data from 14 districts/cities categorized as rabies-endemic areas revealed that young age groups (15-24 years), occupational exposure, and living more than 207 km from healthcare facilities significantly increased the risk of rabies. Key findings included an odds ratio (OR) of 18.427 for distant healthcare access and a 36.284% contribution of contextual variables such as healthcare access to the likelihood of rabies outbreaks. This study underscores the importance of improving healthcare access, targeted public health interventions, and effective vaccination campaigns for both humans and animals to reduce rabies transmission in endemic areas like NTT
Read More
T-7224
Depok : FKM UI, 2025
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Yovella Medhira Fujiasti; Pembimbing: Helda; Penguji: Tri Yunis Miko Wahyono, Nining Mularsih, Hidayat Nuh Ghazali
Abstrak:
Latar belakang: Meskipun telah mendapatkan terapi ARV untuk menurunkan viral load namun jumlah viral load itu sendiri sangat dipengaruhi faktor individu. Selain itu telah banyak studi yang menyatakan bahwa faktor ekologi atau lingkungan juga berperan terhadap jumlah viral load pada ODHIV. Studi analisis multilevel dilakukan untuk mengetahui efek variasi dari faktor kontekstual dan besar kontribusinya terhadap viral load > 200 salinan/ml pada ODHIV di DKI Jakarta tahyuh 2023. Metode: penelitian ini menggunakan desain studi gabungan antara studi cross sectional dan studi ekologi.  Hasil: tidak ada efek variasi dari faktor risiko kontekstual terhadap jumlah viral load > 200 salinan/ml di tingkat kota (MOR=1,00). Variasi antar kelompok kota berdasarkan variabel kontekstual cukup besar tetapi efek variasi pada tingkat kota bukan disebabkan oleh faktor kontekstualnya. Simpulan: tidak ada efek variasi dari faktor risiko kontekstual terhadap jumlah viral load > 200 salinan/ml pada tingkat kota di Provinsi DKI Jakarta. Faktor risiko kontekstual tidak berkontribusi terhadap kejadian jumlah viral load > 200 salinan/ml di DKI Jakarta tahun 2023.

Background: Even though you have received ARV therapy to reduce viral load, the amount of viral load greatly influences individual factors. Apart from that, many studies have stated that ecological or environmental factors also contribute to the amount of viral load in PLHIV. A multilevel analysis study was carried out to determine the effect of variations in contextual factors and their contribution to viral load > 200 copies/ml in PLHIV in DKI Jakarta in the year 2023. Method: This research used a combined study design between a cross-sectional study and an ecological study.  Result: There was no effect of variations in contextual risk factors on the number of viral loads > 200 copies/ml at the city level (MOR=1.00). The variation between city groups based on contextual variables is quite large, but the effect of variation at the city level is not caused by contextual factors. Conclusion: There is no effect of variations in contextual risk factors on the number of viral loads > 200 copies/ml at the city level in DKI Jakarta Province. Contextual risk factors do not contribute to the incidence of viral loads > 200 copies/ml in DKI Jakarta in 2023.
Read More
T-7433
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Dede Anwar Musadad; Promotor: Nuning MK. Masjkuri; Ko-Promotor: Mondastri Korib Sudaryo, Nurhayati Prihartono; Penguji: Tri Budi W. Rahardjo, Agus Suwandono, Syahrizal Syarif, Soetiarto Soetiarto, Farida
D-303
Depok : FKM-UI, 2014
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Athaya Rofifah Fajriah; Pembimbing: Zakianis; Penguji: Atik Nurwahyuni, Yulia Fitriani
Abstrak:
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi penyebab utama kunjungan layanan kesehatan primer di Indonesia. Data menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan ISPA, baik pada Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) maupun Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP), dengan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 3,7 juta dan 19,3 juta kunjungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor sosiodemografi individu (usia, jenis kelamin, segmentasi peserta, kelas rawat) serta faktor keehatan lingkungan tingkat kabupaten/kota (kepadatan penduduk, tempat tinggal, curah hujan, suhu rata-rata, kelembapan udara, dan kecepatan angin) dan tingkat provinsi (ISPU) terhadap jumlah kunjungan ISPA di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) rawat jalan Program JKN tahun 2023. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan unit analisis individu dan agregat wilayah. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, segmentasi peserta, kelas rawat, kepadatan penduduk, tempat tinggal, suhu, kelembapan relatif, dan ISPU memiliki hubungan yang signifikan secara statistik terhadap kunjungan ISPA di FKTP lebih dari sekali. Pada analisis multivariat, faktor usia, segmentasi peserta, kepadatan penduduk, suhu, dan kecepatan angin berhubungan secara signifikan dengan kunjungan peserta ISPA ke FKTP. Variabel yang paling berpengaruh dalam model ini adalah usia balita. Temuan ini menegaskan pentingnya pendekatan multi-level dalam upaya pengendalian ISPA melalui intervensi berbasis individu dan lingkungan.
Acute Respiratory Infections (ARI) remain a leading cause of visits to primary healthcare services in Indonesia. Data show an increase in ARI visits, both inpatient and outpatient at the primary level, with an average annual total of 3.7 million and 19.3 million visits, respectively. This study aims to analyze the relationship between individual sociodemographic factors (age, gender, participant segmentation, and treatment class), environmental health factors at the district/city level (population density, residence type, rainfall, average temperature, humidity, and wind speed), and provincial level factors (Air Pollution Standard Index, ISPU) on the number of ARI visits to Primary Healthcare Facilities (FKTP) outpatient services under the JKN program in 2023. This quantitative study uses a cross-sectional design, with individual and regional aggregate units of analysis. Bivariate analysis results show that age, gender, participant segmentation, treatment class, population density, residence, temperature, relative humidity, and ISPU have a statistically significant relationship with ARI visits to FKTP more than once. Multivariate analysis further reveals that age, participant segmentation, population density, temperature, and wind speed are significantly associated with ARI visits to FKTP. The most influential variable in the model is the age group of children under five. These findings highlight the importance of a multi-level approach in controlling ARI through both individual and environmentbased interventions.
Read More
S-12001
Depok : FKM-UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Muammar Muslih; Promotor: Tri Yunis Miko Wahyono; Kopromotor: Irawan Mangunatmadja, Masdalina Pane; Penguji: Ede Surya Darmawan, Mondastri Korib Sudaryo, Tris Eryando, Elisabeth Siti Herini, Soewarta Kosen
Abstrak:

Campak adalah penyakit dengan tingkat penularan dan fatalitas tinggi terutama di negara dengan sistem kesehatan yang lemah. Campak merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sebagai bagian integral dari sistem kesehatan. Program imunisasi dasar merupakan bagian dari transformasi layanan kesehatan primer. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model ketahanan imunisasi campak rubela kabupaten/kota di Indonesia berdasarkan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap imunisasi campak rubela.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif desain cross sectional, tapi pada level kabupaten kota menggunakan studi ekologi atau korelasi populasi, dimana unit penelitian terdiri dari 2 level, yaitu level individu dan level kabupaten/kota yang memiliki setidaknya 1 kasus positif IgM kasus campak rubela di 257 kabupaten kota tahun 2022-2023. Analisis menggunakan multilevel modelling, pada level individu dilakukan analisis variabel umur, jenis kelamin, dan riwayat imunisasi, sedangkan level kabupaten kota meliputi cakupan imunisasi, anggaran pelayanan imunisasi, pendanaan stabil, pemerintah kinerja program campak, SDM imunisasi dan surveilans terlatih, respon alert, kelengkapan dan ketepatan laporan.
Kasus campak rubela terbesar pada kelompok umur 0-5 tahun (60,7%), perempuan (51,3%) dengan riwayat imunisasi MR2 tidak lengkap (67%). Hasil analisis multivariat didapatkan variabel kasus campak rubela (OR=2,014), cakupan imunisasi campak rubela (OR=1,916), anggaran imunisasi (OR=1,856), pendanaan stabil(KLB) (OR=1,823), pemerintah kinerja program campak (OR=2,05), SDM imunisasi terlatih (OR=1,968) dan SDM surveilans terlatih (OR=1,841) menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ketahanan imunisasi campak rubela kabupaten kota di Indonesia. Pada hasil analisis multilevel nilai MOR pada level individu 1.00159 dan level kabupaten kota 1.00081 sehingga dapat disimpulkan efek individu lebih besar dari efek level. Kontribusi variabel independen terbesar untuk level kabupaten kota adalah cakupan imunisasi sebesar 624,14% terhadap ketahanan imunisasi campak rubela kabupaten kota. Model prediksi ketahanan imunisasi campak rubela didapatkan dengan formula = -2,314 + 0,787 kasus campak rubela +0,685 cakupan imunisasi campak rubela + 0,586 anggaran imunisasi +0,568 pendanaan KLB + 0,712 pemerintah kinerja program campak baik + 0,627 SDM Imunisasi + 0,596 SDM surveilans.
Kesimpulan : Model ketahanan imunisasi campak rubela pada studi ini menemukan variasi ketahanan imunisasi campak rubela hampir sama/tidak beragam antar kabupaten kota dibandingkan antar individu, namun kontribusi/peran dari cakupan imunisasi kabupaten kota sangat besar terhadap ketahanan imunisasi campak rubela kabupaten kota. Saran : Peran program imunisasi penting dalam mencapai cakupan imunisasi campak rubela kabupaten/kota tinggi dan merata dalam memperkuat ketahanan imunisasi campak rubela, Kabupaten kota dapat melakukan evaluasi program imunisasi dengan menganalisis data ketahanan imunisasi untuk mewujudkan eliminasi campak rubela tahun 2026.


Measles is a highly contagious disease with a significant mortality rate, particularly in countries with underdeveloped healthcare systems. However, it is a vaccine-preventable illness. Immunization plays a vital role within the healthcare system, and basic immunization programs are a fundamental component of the ongoing transformation of primary healthcare services. This study seeks to assess the resilience of measles-rubella immunization at the district/city level. To achieve this, a model capable of evaluating the measles-rubella immunization resilience index is required, incorporating variables that influence immunization outcomes.
An observational study design employing an ecological or population-level correlation approach with multilevel analysis was used. The unit of analysis consisted of districts/cities that reported confirmed measles-rubella IgM-positive cases, resulting in a sample of 257 districts/cities. The analysis was conducted at two levels: the individual level (including variables such as age, sex, and immunization history), and the district/city level (including indicators such as immunization coverage, budget allocation for immunization services, funding stability, governance quality, availability of trained immunization and surveillance personnel, responsiveness to health threats, and the completeness and accuracy of reporting).
Results of the study with the largest cases of measles rubella were in the age group of 0-5 years (60.7%), women (51.3%) with a history of incomplete MR2 immunization (67%). The results of the multivariate analysis obtained the variables of measles rubella cases (OR = 2.014), measles rubella immunization coverage (OR = 1.916), immunization budget (OR = 1.856), stable funding (KLB) (OR = 1.823), government measles program performance (OR = 2.05), trained immunization human resources (OR = 1.968) and trained surveillance human resources (OR = 1.841) showed a significant influence on the resilience of measles rubella immunization in cities and districts in Indonesia. In the results of the multilevel analysis, the MOR value at the individual level was 1.00159 and the city district level was 1.00081 so it can be concluded that the individual effect is greater than the level effect. The largest independent variable contribution for the city district level is immunization coverage of 624.14% to the resilience of measles rubella immunization in cities and districts The measles rubella immunization resilience prediction model with the formula = -2.314 + 0.787 measles rubella cases +0.685 measles rubella immunization coverage + 0.586 immunization budget +0.568 KLB funding + 0.712 Good governance + 0.627 Immunization HR + Surveillance HR + 0.596. The largest independent variable contribution for the district/city level is immunization coverage of 624.14% to the resilience of measles rubella immunization in the district/city.
Conclusion: The results of the study show that the measles rubella immunization resilience model in this study proves that the variation in measles rubella immunization resilience is almost the same/does not vary between districts/cities compared to individuals, but the contribution/role of district/city immunization coverage is very large to the resilience of measles rubella immunization in the district/city. The variables of measles rubella cases, measles rubella immunization coverage, immunization budget, funding during the outbreak, government performance of the measles program is good, immunization and surveillance human resources show significant and positive effects on measles rubella immunization resilience. This model can be an important tool in data-based policy making. Recommendations/Suggestions: Districts and cities can evaluate immunization programs by analyzing immunization resilience data and need to study and make policies to realize measles and rubella elimination in 2026.

 

Read More
D-579
Depok : FKM-UI, 2025
S3 - Disertasi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive