Hasil Pencarian :: Kembali

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query ::  Simpan CSV
cover
Suparmi, Belinda Chiera, Julianty Pradono
HSJI Vol.7, No.2
Jakarta : Depkes. HSJI, 2016
Indeks Artikel Jurnal-Majalah   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Mochamad Anwarid Ardans Pratama; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Martya Rahmaniati Makful, Popy Yuniar, Rahmadewi, Laila Mahmudah
Abstrak:
Bayi usia dibawah satu bulan termasuk kedalam kategori usia dengan risiko gangguan kesehatan paling tinggi, risiko tersebut dapat berakibat fatal yaitu kejadian kematian apabila tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Kematian neonatal di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat tersebut pada tahun 2022 mencapai 38,38% dari jumlah kematian neonatal pada tingkat nasional. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama 4 tahun cenderung meningkat, dengan peningkatan terbesar terjadi di Tahun 2022 dengan peningkatan sebesar 16% dibandingkan Tahun 2021. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan AKN yang dipengaruhi oleh kondisi spasial di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2022. Penelitian berdesain studi ekologi dengan unit analisis 105 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang dianalisis merupakan data agregat yang bersumber dari data sekunder berupa Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2022 dan hasil Susenas Tahun 2022 yang dipublikasikan oleh BPS. Pemodelan dengan metode GWR diketahui bahwa dari 6 variabel yang dianalisis dalam model, terdapat 3 variabel yang berpengaruh signifikan secara statistik dengan AKN yaitu variabel BBLR, kerapatan jalan, dan KN lengkap.

Babies aged under one month are included in the age category with the highest risk of health problems, this risk can have fatal consequences, namely death if they do not receive adequate health services. Neonatal deaths in Central Java Province, East Java Province and West Java Province in 2022 will reach 38.38% of the number of neonatal deaths at the national level. In the Yogyakarta Special Region Province, it has tended to increase over the past 4 years, with the largest increase occurring in 2022 with an increase of 16% compared to 2021. The aim of this research is to determine the determinants of AKN which are influenced by spatial conditions in the Provinces of Central Java, East Java, Java West and Special Region of Yogyakarta in 2022. The research has an ecological study design with analysis units of 105 districts/cities in the Provinces of Central Java, East Java, West Java and the Special Region of Yogyakarta. The data analyzed is aggregate data sourced from secondary data in the form of the 2022 Provincial Health Profile and the results of the 2022 Susenas published by BPS. Modeling using the GWR method shows that of the 6 variables analyzed in the model, there are 3 variables which have a statistically significant effect on AKN are the variables LBW, road density, and complete neonatal visit.
Read More
T-6973
Depok : FKM UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Witri Zuama Qomarania; Pembimbing: Krisnawati Bantas; Penguji: Soedarto Ronoatmodjo, Helda, Kasmiyati, Erni Risvayati
T-5072
Depok : FKM UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Isti Dariah; Pembimbing: Sabarinah; Penguji: Agustin Kusumayati, Hasnerita, Endah Pujiastuti
Abstrak:

ABSTRAK Nama : Isti Dariah Program Studi  : Kesehatan Reproduksi Judul : Faktor yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Cimahi Tahun 2016 Latar  Belakang: Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu salah satunya Angka Kematian Bayi. Penyumbang Angka Kematian bayi di kota Cimahi adalah Angka Kematian neonatal dimana pada tahun 2013 sebesar 83% Kematian bayi terjadi pada periode neonatal dan pada tahun 2014 sebesar 76,9% .Pada Tahun 2016 terjadi kematian neonatal 50 orang dan kematian bayi 66 dan sebagaian besar terjadi pada periode neonatal. Dalam 7 tahun ke belakang ( Tahun 2009 – 2015) program penurunan kematian bayi  khususnya kematian neonatal di Kota Cimahi kurang signifikan bahkan cendrung naik pada Tahun 2016 dan belum adanya analisis mendalam terhadap penyebab kematian bayi. Metode: Penelitian bersifat observasional dengan desain kasus kontrol. Kasus adalah bayi  meninggal usia 0 sampai dengan 28 hari. Sedangkan kontrol adalah bayi lahir hidup. Sampel dalam penelitian sebanyak 86 yang terdiri dari 43 kasus dan 43 kontrol. Data penelitian data berupa data sekunder dari hasil laporan otopsi verbal kematian neonatal, buku KIA dan data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara tertulis dan formulir. Analisa data secara univariate dan bivariate dengan uji chi square. Hasil Penelitian: Analisi faktor risiko menunjukkan variable pendidikan (Nilai P=0,828), sosial ekonomi (Nilai P=0,008; OR=4,440), Umur Ibu (Nilai P=0,471; OR= 1,5930), paritas (Nilai P = 0,375; OR= 1,640 ), Jarak persalinan (nilai P= 0,009; OR= 7,935), Pekerjaan (Nilai P= 0,000; OR= 15,333), Status Gizi (nilai P = 0,016; OR=7.047), pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan (Nilai P=0,015; OR= 4,032), pengetahuan tentang tanda bahaya bayi baru lahir (Pvalue= 0,001; OR= 10,982), Jenis Kelamin (Nilai P= 0,512), Usia Getasi (Nilai P=0,000; OR= 25,895), Asfiksia (Nilai P=0,000; OR=2,870), BBLR (Nilai P=0,000; OR=12,316), Infeksi (Nilai P= 0,018; OR=2,344),faktor persalinan (Nilai P= 1,000), Komplikasi (P= 0,010; OR=3,496), post natal care (nilai P= 0,023; OR=5,161), Pemeriksaan ANC (nilai P= 0,001 ; OR=5,914), IMD (P= 0,001; OR=12,500). Kesimpulan : Faktor ekonomi keluarga, jarak kehamilan, pekerjaan, status gizi, pengetahuan tentang bahaya kehamilan, pengetahuan tentang bahaya BBL, usia getasi, asfiksia, BBLR, infeksi, komplikasi post natal care, pemeriksaan ANC dan intervensi (IMD) berhubungan dengan kematian neonatal. Kata kunci: Faktor Risiko;  Kematian Neonatal; Kasus Control


ABSTRACT Name : Isti Dariah Study Program : Reproductive Health Title : Factors Associated with Neonatal Mortality in the Work Territory of Health Region in Cimah City 2016 Background:Health development conditions in general can be seen from the health status and nutrition of the community, one of which is the Infant Mortality Rate (IMR). The contributor of the Infant Mortality Rate in Cimahi city is neonatal mortality rate. In 2013 the incidenceof infant mortality in neonatal period is 83%and 76.9% in 2014. In 2016, there are 50 of infant mortality and 60 of neonatal mortality. In the past 7 years (from 2009 to 2015)program to decreaseinfant mortality, especially neonatal mortality in Cimahi City is not significant,yet tend to increasein 2016 and there has not any deep analysis to what causes the infant mortality. Methods: The study was observational with case control design. Cases are infants dying from 0 to 28 days. While the controls arethe infants-bornalive. Samples in this study were 86 consisting of 43 cases and 43 controls. The data collected were secondary data from verbal autopsy report of neonatal death, KIA book and primary data obtained directly from respondents through written interview and forms. Data analysis used univariate and bivariate data with chi square test. Results: Risk factor analysis showed educational variables (P value = 0.828), socioeconomic (P value = 0.008 OR = 4.440), maternal age (P value = 0.471, OR = 1.5930), parity (P value = 0.375 ; OR = 1,640), Gestational Distance (P value = 0.009; OR = 7,935), Occupation (P = 0,000; OR = 15,333), Nutritional Status (P = 0.016; OR = 7.047), maternal knowledge about pregnancy alert (P = 0.015; OR = 4,032), knowledge of the newborn hazard (Pvalue = 0.001; OR = 10,982), Gender (P value = 0.512), Age Gestation (P = 0,000; OR = 25,895) Asphyxia (P = 0,000; OR = 2,870), BBLR (P = 0,000; OR = 12,316), Infection (P = 0.018; OR = 2,344), labor factor (P = 1,000), Complications (P = 0.010 ; OR = 3,496), post-natal care (P value = 0.023; OR = 5,161), ANC examination (P value = 0.001; OR = 5,914), IMD (P = 0.001; OR = 12,500). Conclusions: Family economic factors, gestational distance, occupation, nutritional status, knowledge of pregnancy hazards, knowledge of BBL dangers, age of gestation, asphyxia, LBW, infections, postnatal care complications, ANC and intervention (IMD) are associated with neonatal mortality. Keywords: Case control; Risk Factors; Neonatal Mortality.

Read More
T-5049
Depok : FKM-UI, 2017
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Nurmala Selly Saputri; Pembimbing: Pandu Riono; Penguji: Soedarto Ronoatmodjo, Christiana R. Titaley
Abstrak: Pendahuluan: Data lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan cakupan pemeriksaan antenatal di Indonesia. Selain itu lebih dari 75 persen ibu telahmenerima tablet besi selama kehamilan. Namun, tren penurunan kematian neonatal di Indonesia justru mengalami perlambatan bahkan cenderung tetap. Tujuan: Mempelajari pengaruh suplementasi tablet besi dan pemeriksaan antenatal dengan kejadian kematian neonatal di Indonesia. Metode: Analisis multivariabel dengan regresi logistik ganda pada semua responden dengan riwayat kelahiran anak terakhir yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun sebelum survei. Didapatkan 198 kematian neonatal pada 15.126 kelahiran hidup tunggal. Hasil: Suplementasi tablet besi pada ibu hamil memberikan proteksi pada kejadian kematian neonatal. Ternyata, ada beda pengaruh suplementasi tablet besipada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal dan tidak melakukan pemeriksaan antenatal. Pengaruh yang tidak mengonsumsi tablet besi dapat meningkatkan odds kematian neonatal 1,4 lebih besar pada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal sedangkan pengaruh tidak dapat suplementasi tablet besipada ibu hamil meningkatkan odds kematian neonatal 13,4lebih besar pada ibuyang tidak melakukan pemeriksaan antenatal. Interaksi tersebut menunjukkan pengaruh yang sangat kuat dari suplementasi tablet besi pada ibu hamil di Indonesia terhadap kematian neonatal. Simpulan & Saran: Suplementasi tablet besi pada ibu hamil sangat pentingdalam menurunkan kematian neonatal di Indonesia. Diperlukan upaya khusus agar setiap wanita hamil di Indonesia mengosumsi tablet besi selama kehamilannya. Prioritas lain adalah program yang mampu mengurangi kejadian anemia pada wanita sejak remaja.
Kata kunci: Kematian neonatal, pemeriksaan antenatal, suplementasi tablet besi
Background: Data in the last five years shows an increase in antenatal carecoverage in Indonesia. In addition, more than 75 percent mothers had receivediron tablets during pregnancy. However, the neonatal mortality trend in Indonesiaexperienced a slowdown even stagnant. Moreover, coverage of neonatal mortalityin infant mortality has increased over time.Objective: The objective of this study is to determine influenceof iron tabletssupplementation and antenatal care with neonatal mortality in Indonesia.Methods: Multivariable analysis with logistic regression is used to analyze themost recently born infant in five years. The analysis finds 198 neonatal deaths in15.126 single live births.Result: Iron tablets supplementation on pregnant women reduce risk on neonatalmortality. Apparently, there are different influences of iron tabletssupplementation in mothers who perform and not perform antenatal care. Theodds ratio of not taking iron tablets increase the risk of neonatal death 1.4 timeshigher for mothers with antenatal care while the influence not taking iron tabletsupplementation in pregnant women increases the risk of neonatal mortality of13.4 times higher for mothers with no antenatal care. The interaction shows a verystrong influence of iron tablets supplementation to pregnant women againstneonatal mortality in Indonesia.Conclusion & suggestion: Iron tablets supplementation gives important role topregnant women in reducing neonatal mortality in Indonesia. Special efforts areneeded so that every pregnant woman in Indonesia takes iron tablets duringpregnancy. Another priority is a program that is able to reduce anemia in womenas a teenager.Suggestion: Need a special effort to reduce anemia in pregnant women with irontablets supplementations since girls start adolescence.
Keywords: Neonatal mortality, antenatal care, iron tablets supplementation
Read More
S-8203
Depok : FKM UI, 2014
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Fatharani Azmi Nadhira; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Putri Bungsu, Rizki Ekananda
Abstrak: Based on 2012 IDHS, neonatal mortality rate in Indonesia reached 19/1000 live births. This figure is still far from the SDGs target by 2030, i.e 12/1000 live births. Several studies have shown that government health budget allocations that are influenced by regional income and social determinants of health have a role in reducing neonatal mortality. This study aims to look at the description of regional income, health financing in the APBD, adequacy of health personnel, and social determinants of health and its correlation with neonatal mortality at the regency/city level in Indonesia in 2016. The method used for this study is ecological study by analyzing secondary data. The statistical test used is correlation for numerical variables and chi-square for categorical variables with 4 strata of area analysis, i.e national, city, regency, and rural area. The results of this study indicate that there is no significant correlation between local income level and neonatal mortality rate, but it is found a correlation trend between health budget allocation percentage and neonatal mortality rate. In addition, social determinants of health variable also has a tendency to correlate with the neonatal mortality rate, except for the unemployment rate variable.
Read More
S-9640
Depok : FKM UI, 2018
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Uswatun Khasanah; Pembimbing: Artha Prabawa; Penguji: Popy Yuniar, Julie Rostina
Abstrak:
Masa neonatal yakni 28 hari pertama kehidupan merupakan periode paling kritis bagi kelangsungan hidup bayi karena tingginya risiko untuk mengalami kematian pada fase ini. Berdasarkan laporan SKI 2023, Indonesia berada di posisi ketiga untuk AKN tertinggi di Asia Tenggara yakni 9,3 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Data terkini mengungkapkan peningkatan yang cukup signifikan, dimana kasus kematian neonatal melonjak dari 20.882 pada tahun 2022 menjadi 29.954 pada tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kematian neonatal pada peserta BPJS Kesehatan Tahun 2015-2022. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional dengan menganalisis data sampel BPJS Kesehatan tahun 2015-2022, mencakup bayi baru lahir (0-28 hari) yang melakukan kunjungan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosioekonomi (status ekonomi dan tempat tinggal) dan faktor neonatus (jenis kelamin, usia saat kunjungan dan berat badan lahir) memiliki hubungan yang signifikan (p-value: 0,000) terhadap kematian neonatal. Dengan hasil berat badan lahir rendah memiliki risiko 4,1 kali lebih berisiko untuk mengalami kematian neonatal (OR: 4,1 95% CI: 3,74-4,55), kemudian neonatus yang melakukan kunjungan di usia 0-7 hari 3,4 kali berisiko mengalami kematian neonatal (OR: 3,4 95% CI: 2,64-4,43), neonatus perempuan memiliki risiko 0,8 kali lebih rendah untuk mengalami kematian neonatal (OR: 0,8 95% CI: 0,74-0,88), dan untuk neonatus yang berada di luar pulau jawa memiliki risiko 1,3 kali lebih berisiko untuk mengalami kematian neonatal (OR: 1,31, 95% CI: 1,21-1,43) serta neonatus dengan status ekonomi kurang memiliki risiko 1,8 kali lebih untuk mengalami kematian neonatal (OR: 1,89, 95% CI: 1,79-2,06).



The neonatal period, the first 28 days of life, is the most critical phase for infant survival due to the high risk of mortality. According to SKI 2023, Indonesia ranks third for the highest neonatal mortality rate in Southeast Asia at 9.3 deaths per 1,000 live births. Recent data shows a significant increase, with neonatal deaths rising from 20,882 cases in 2022 to 29,954 in 2023. This study aims to identify factors associated with neonatal mortality among BPJS Kesehatan participants from 2015-2022. Using a cross-sectional design, we analyzed BPJS Kesehatan data of newborns (0-28 days) visiting Advanced-Level Health Facilities (FKRTL). Results show that socioeconomic factors (economic status and residence) and neonatal factors (sex, age at visit, and birth weight) significantly correlate with neonatal mortality (p-value: 0,000). With low birth weight having a 4.1 times higher risk of experiencing neonatal death (OR: 4,1 95% CI: 3,74-4,55), then neonates who have visits at 0-7 days old have a 3.4 times higher risk of experiencing neonatal death (OR: 3,4 95% CI: 2,64-4,43), female neonates have a 0.8 times lower risk of experiencing neonatal death (OR: 0,8 95% CI: 0,74-0,88), and neonates who are outside of Java Island have a 1,3 times higher risk of experiencing neonatal death (OR: 1,31, 95% CI: 1,21-1,43) as well as neonates with poor economic status having a 1,8 times higher risk of experiencing neonatal death (OR: 1,89, 95% CI: 1,79-2,06).
Read More
S-12085
Depok : FKM UI, 2025
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Aisyah Syahrani Syafri; Pembimbing: Lhuri Dwianti Rahmartani; Penguji: Rizka Maulida, Nadia Shafira
Abstrak:
Latar Belakang: Periode neonatal merupakan waktu yang rentan bagi bayi pada awal kehidupannya dan komplikasi perdarahan selama kehamilan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ibu dan bayi. Saat ini, terdapat perbedaan pendapat terkait pengaruh komplikasi perdarahan selama kehamilan dengan kematian neonatal serta belum ditemukannya publikasi terkait komplikasi perdarahan selama kehamilan terhadap kematian neonatal di skala nasional Indonesia dengan data terbaru. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perdarahan selama kehamilan dengan kematian neonatal di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan studi kuantitatif menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dengan desain studi cross-sectional. Analisis data dilakukan pada wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun yang melahirkan bayi lahir hidup pada rentang tahun 2012-2017 dan merupakan anak terakhir tunggal yang terdata dalam SDKI 2017. Sebanyak 14.848 sampel didapatkan untuk dianalisis menggunakan complex survey dengan chi-square dan regresi logistik untuk memeriksa hubungan antara perdarahan selama kehamilan dengan kejadian kematian neonatal Hasil: Prevalensi kematian neonatal pada wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun yang melahirkan dalam rentang waktu 2012-2017 di Indonesia berdasarkan data SDKI 2017 sebesar 0,7%. Selain itu, 48,4% dari total 14.848 responden mengalami perdarahan selama kehamilan. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan mengontrol ukuran lahir bayi, jenis kelamin bayi, dan paritas ibu, tidak ditemukan asosiasi yang bermakna secara statistik antara perdarahan selama kehamilan dengan kejadian kematian neonatal (adjusted odds ratio 0,67; CI 95% 0,45-1,01). Kesimpulan: Perdarahan selama kehamilan tidak terbukti berasosiasi dengan kematian neonatal. Hal ini mungkin terjadi akibat keterbatasan metode penelitian yang digunakan, tidak diketahui lebih lanjut kapan dan seberapa banyak perdarahan yang terjadi, dan cakupan ANC yang baik. Dari sisi klinis, terdapat perdarahan yang cukup sulit untuk dideteksi oleh tenaga kesehatan sehingga memungkinkan tidak terdatanya kasus. Selain itu, pada perdarahan yang berisiko, penanganan cepat akan dilakukan sehingga kesehatan bayi tidak akan berdampak pada masa neonatal.

Background: Neonatal period is a vulnerable time for infants and bleeding during pregnancy can affect the survival of the mother and baby. Research regarding association between bleeding during pregnancy and neonatal deaths using the Indonesia is still rarely carried out at this time and there’s a variety of opinion regarding this matter. Therefore, researchers conducted a study to determine the association between bleeding during pregnancy and neonatal mortality in Indonesia. Method: This research is a quantitative study using secondary data from the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) with a cross-sectional study design. Data analysis was conducted on women of reproductive age (WRA) aged 15-49 years who gave birth to live infants between 2012 and 2017 and whose most recent singleton births were recorded in the 2017 IDHS. A total of 14,848 samples were obtained for analysis using complex survey methods with chi-square and logistic regression to examine the relationship between bleeding during pregnancy and neonatal mortality. Results: The prevalence of neonatal mortality among women of reproductive age (WRA) aged 15-49 years who gave birth between 2012 and 2017 in Indonesia, based on the 2017 IDHS data, was 0.7%. Additionally, 48.4% of the total 14,848 respondents experienced bleeding during pregnancy. After conducting multivariate analysis while controlling with its confounders (perceived birth weight, sex of the baby, and maternal parity) no statistically significant association was found between bleeding during pregnancy and neonatal mortality (adjusted odds ratio 0.67; 95% CI 0.45-1.01). Conclusion: Bleeding during pregnancy was not found to be associated with neonatal mortality. This may be due to limitations in the research methods used, the lack of detailed information on the timing and amount of bleeding, and good ANC coverage. Clinically, some bleeding may be difficult to detect, leading to potential underreporting of cases. Furthermore, in cases of high-risk bleeding, emergency management is likely to be implemented, preventing any impact on neonatal health.
Read More
S-11682
Depok : FKM UI, 2024
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Sonia Miyajima Anjani; Pembimbing: Asri C. Adisasmita; Penguji: Sudarto Ronoatmodjo, Johanes Edy Siswanto, Bobby Marwal Syahrizal
Abstrak:
Kematian neonatus masih menjadi masalah utama kesehatan. Salah satu upaya penurunan AKN adalah menerapkan konsep asuhan berkelanjutan pada ibu hamil, yakni asuhan dari masa kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan yang berkesinambungan. Studi ini bertujuan untuk menilai dampak asuhan berkelanjutan pada ibu hamil usia 20-35 tahun dalam menurunkan AKN. Peneliti membandingkan kondisi di Indonesia dengan Filipina karena AKN yang hampir sama padahal pendapatan per kapita Filipina lebih rendah. Studi potong lintang ini menggunakan data Demographic and Health Survey (DHS) Indonesia tahun 2007, 2012, dan 2017 dan Filipina tahun 2008, 2013, dan 2017. Efek utama adalah risk ratio (RR) asuhan berkelanjutan pada ibu hamil usia 20 – 35 tahun dengan kematian neonatus di Indonesia dan Filipina. Peneliti menyusun model awal dan kemudian melakukan analisis stratifikasi untuk melihat peran interaksi dan perancu seluruh kovariat. Penelitian kemudian membuat model akhir yang fit. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Setelah dilakukan seleksi, terdapat 30.503 dam 11.833 data ibu hamil di Indonesia dan Filipina yang dianalisis. AKN Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan Filipina (7 kematian vs 8 kematian per 1000 kelahiran hidup). Terdapat 21% dan 18,5% ibu hamil usia 20 – 35 tahun yang mendapatkan asuhan berkelanjutan di Indonesia dan Filipina secara berturut-turut. Di Indonesia, ibu hamil yang tidak mendapatkan asuhan berkelanjutan berisiko mengalami kematian neonatus dengan RR 6,08 (IK95% 2,52-15,16) jika bayi berat lahir normal. Data di Filipina menunjukkan bahwa ibu hamil yang tidak mendapatkan asuhan berkelanjutan berisiko mengalami kematian neonatus dengan RR 9,64 (IK95% 2,19-42,39). Asuhan berkelanjutan merupakan upaya penting untuk menurunkan AKN di Indonesia dan Filipina.

Neonatal death is still a major health problem. One of the efforts to reduce neonatal death is to apply the concept of continuum of care for pregnant women, consist of antenatal care, skilled birth attendance, and postnatal care. This study aims to assess the impact of continuum of care among pregnant women aged 20-35 years in reducing neonatal death. We compare conditions in Indonesia with the Philippines because of similar neonatal death although the Philippines' income per capita is lower. This cross-sectional study uses Demographic and Health Survey (DHS) data in Indonesia 2007, 2012, and 2017 and the Philippines in 2008, 2013, and 2017. The main effect is the risk ratio (RR) of continuum of care in pregnant women aged 20 – 35 years with neonatal deaths in Indonesia and the Philippines. We developed an initial model and then conducted a stratification analysis to evaluate interactions and confounders role of all covariates. We then create a fit final model. Multivariate analysis were using multiple logistic regression. After selection, there were 30,503 and 11,833 data on pregnant women in Indonesia and the Philippines that being analyzed. Indonesia's neonatal death is slightly lower than the Philippines (7 deaths vs 8 deaths per 1000 live births). There are 21% and 18.5% of pregnant women aged 20 – 35 years who receive continuum of care in Indonesia and the Philippines respectively. In Indonesia, pregnant women who do not receive continuum of care are at risk of neonatal death with an RR of 6.08 (95% CI 2.52-15.16) if the baby is of normal birth weight. Data in the Philippines shows that pregnant women who do not receive continuum of care are at risk of neonatal death with an RR of 9.64 (95% CI 2.19-42.39). Continuum of care is an important effort to reduce neonatal death in Indonesia and the Philippines.
Read More
T-6886
Depok : FKM-UI, 2024
S2 - Tesis   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
cover
Hafizah Fauziyana Fadly; Pembimbing: Sudijanto Kamso; Penguji: Sutanto Priyo Hastono, Rahmadewi
Abstrak:
Berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi penyebab kematian neonatal terbanyak tiap tahunnya di Indonesia. Data SDKI 2017 melaporkan persentase rata-rata kasus BBLR adalah 6,98%, berada di bawah target RPJMN 2015–2019. Beberapa studi menunjukkan kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap BBLR. KTD di Indonesia mengalami kenaikan dari 14% (2012) menjadi 15% (2017). Sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan pada bayi, KTD harus dapat dicegah, dan mencegahnya merupakan salah satu komponen untuk mencapai SDGs ke-5 PBB, yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kehamilan tidak diinginkan dengan kejadian berat badan lahir rendah di Indonesia.

Low birth weight (LBW) become the most common cause of neonatal death each year in Indonesia. The 2017 IDHS data reports that the average proportion of LBW cases is 6.98%, which is below the target of the 2015–2019 RPJMN. Several studies have shown that unintended pregnancy is one of the factors that have significant effect on LBW. Unintended pregnancy in Indonesia has increased from 14% (2012) to 15% (2017). As one of the factors that can increase the risk of health problems in infants, adverse events must be preventable, and preventing them is one of the components to achieve the UN's 5th SDGs, that is improving maternal health. This study aims to determine the relationship between unintended pregnancy and the incidence of low birth weight in Indonesia. The 2017 IDHS data reports that the average proportion of LBW cases is 6.98%, which is below the target of the 2015–2019 RPJMN. Several studies have shown that unintended pregnancy is one of the factors that have significant effect on LBW. Unintended pregnancy in Indonesia has increased from 14% (2012) to 15% (2017). As one of the factors that can increase the risk of health problems in infants, adverse events must be preventable, and preventing them is one of the components to achieve the UN's 5th SDGs, that is improving maternal health. This study aims to determine the relationship between unintended pregnancy and the incidence of low birth weight in Indonesia.
Read More
S-11320
Depok : FKM-UI, 2023
S1 - Skripsi   Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
:: Pengguna : Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat
Library Automation and Digital Archive